Apa yang Dimaksud dengan Stoikisme? Ajaran yang Disebut Marissa Anita Mampu Cegah Stres hingga Depresi

Liputan6.com, Jakarta - Kata kunci 'stoikisme' menjadi trending di tengah kabar perceraian jurnalis sekaligus aktris, Marissa Anita. Dia disebut menggugat cerai suaminya, Andrew Trigg, setelah 17 tahun menikah. Informasi tersebut dibenarkan langsung oleh pihak Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Humas PN Jakarta Pusat, Sunoto, mengatakan, berkas permohonan cerai tersebut sudah masuk sejak 12 November 2025. "Betul, gugatan cerai atas nama Marissa Anita terdaftar pada 12 November 2025," ujar Sunoto dikutip dari Kanal Showbiz Liputan6.com pada Selasa, 18 November 2025.

Meski kabar tersebut telah dipastikan, Marissa Anita belum memberikan pernyataan publik. Selama ini, dia memang dikenal sebagai sosok yang sangat menjaga privasi, terutama terkait urusan rumah tangga.

Namun, di tengah ujian hidup yang dihadapinya, publik kembali menyoroti salah satu prinsip hidup yang kerap dibagikannya, yaitu stoikisme.

Dalam salah satu tulisannya di Great Mind, Marissa menjelaskan bagaimana filosofi kuno tersebut membantunya menghadapi tekanan hidup.

Pemain film 'Dendam Malam Kelam' menilai stoikisme membuatnya lebih tenang, jernih dalam mengambil keputusan, dan terhindar dari stres berkepanjangan. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan stoikisme?

Melansir Real Simple, stoikisme adalah aliran filsafat Yunani kuno yang muncul sekitar tahun 300 SM. Meski sering disalahpahami, stoikisme bukan mengajarkan seseorang untuk mematikan perasaan.

Stoikisme bukan tentang mengabaikan emosi, tetapi tentang memahami dan mengendalikannya agar hidup terasa lebih ringan. Ajaran ini menekankan bahwa manusia tidak dapat mengatur segala hal, tapi bisa mengendalikan responsnya terhadap situasi yang sulit.

Konsep inilah yang membuat stoikisme relevan hingga saat ini, terutama dalam pengelolaan stres dan kecemasan.

Berikut beberapa prinsip stoikisme modern:

Stoikisme menekankan pentingnya menerima kenyataan, bahkan yang paling pahit sekalipun. Saat seseorang menyadari bahwa tidak semua hal dapat dia atur, energi mentalnya dapat dialihkan ke hal yang benar-benar penting.

Setelah melepaskan hal-hal di luar kendali, seseorang diarahkan untuk fokus pada tindakan yang bisa dilakukan. Pendekatan ini membuat keputusan lebih rasional dan tidak dikuasai emosi sesaat.

Stoikisme mendorong seseorang melihat situasi dari perspektif yang lebih luas. Dengan cara ini, hidup tidak lagi hitam-putih, dan seseorang lebih percaya diri mengambil langkah terbaik.

Ajaran ini mengingatkan bahwa tidak semua persepsi adalah kenyataan. Dengan menahan diri dari pikiran negatif yang impulsif, seseorang bisa terhindar dari stres dan pikiran tidak bahagia.

Menulis jurnal atau rencana harian merupakan praktik stoik yang membantu menyelaraskan pikiran dan tindakan.

6. Menghargai Momen

Stoikisme terkenal dengan pengingat bahwa hidup ini terbatas. Kesadaran ini bukan untuk menakutkan, melainkan membuat seseorang menjalani hidup dengan lebih penuh dan bermakna.

7. Bersiap Menghadapi Kesulitan

Melatih diri membayangkan skenario terburuk bukan pesimistis, tetapi membangun ketahanan mental. Teknik ini menjadikan seseorang lebih siap ketika menghadapi rintangan nyata.