Apakah Minuman Matcha Sehat? Begini Fakta Kafein, Manfaat, dan Cara Menyajikannya

Liputan6.com, Jakarta - Matcha kini menjadi salah satu minuman paling populer di berbagai kafe hingga gerai dessert. Variannya pun semakin beragam. Mulai dari matcha latte, soda matcha, hingga mie berbumbu matcha. Padahal, secara tradisional matcha disajikan sebagai teh panas dalam upacara minum teh di Jepang.

Namun, tren modern menunjukkan bahwa bubuk teh hijau ini telah menjadi pilihan banyak orang yang ingin menikmati minuman 'lebih sehat' dengan kafein lebih ringan daripada kopi.

Secara nutrisi, matcha memang menarik. Kaya antioksidan, mengandung L-theanine, dan memiliki kafein yang dianggap lebih lembut efeknya. Tak heran banyak orang menjadikannya sebagai minuman paginya. Penelitian pun menyoroti manfaat matcha, seperti membantu menurunkan stres, meningkatkan fungsi otak, hingga memperlambat penuaan.

Namun, bagaimana sebenarnya kandungan kafein dalam matcha? Chief Communications Officer at The Republic of Tea, Kristian Tucker, menjelaskan, kadar kafein dalam matcha bisa sangat bervariasi tergantung cara penyajiannya.

"Banyak orang tidak menyadari bahwa secangkir matcha tidak selalu memiliki kadar kafein yang sama. Matcha kualitas seremonial, misalnya, biasanya mengandung 30 hingga 60 miligram kafein per sajian," ujar Tucker, seperti dikutip dari Real Simple pada Jumat, 21 November 2025.

Variasi ini dipengaruhi jumlah bubuk yang digunakan hingga teknik pengocokan yang membuat sensasi kafein lebih terasa.

Tucker juga menambahkan bahwa matcha seremonial dibuat dari daun teh muda yang ditanam di tempat teduh sebelum dipanen.

"Peneduhan meningkatkan klorofil dan L-theanine sekaligus membuat kandungan kafeinnya cenderung lebih tinggi dibanding matcha kuliner," ujarnya. Inilah alasan matcha seremonial terasa lebih halus, lebih kaya rasa, dan memberikan energi yang lebih stabil.

Meski demikian, matcha sebenarnya mengandung lebih sedikit kafein jika dibandingkan teh hijau seduhan biasa. Perbedaannya ada pada cara konsumsinya.

Matcha dikonsumsi dalam bentuk bubuk dari seluruh daun teh, bukan hanya air hasil seduhan. Artinya, tubuh mendapatkan lebih banyak nutrisi sekaligus kafein dari daun teh utuh.

Jika dibandingkan kopi, matcha jelas lebih rendah kafein. Tucker, mengatakan,"Secangkir kopi berukuran 227 mililiter mengandung sekitar 95 hingga 200 miligram kafein, jauh lebih tinggi dibandingkan matcha."

Meski kandungan kafeinnya ringan, matcha tetap efektif memberikan energi berkat kombinasi alami kafein dan L-theanine. Asam amino ini membantu meningkatkan fokus sekaligus memberi rasa tenang.

Itulah mengapa banyak orang memilih matcha untuk boost energi tanpa efek gelisah atau jantung berdebar seperti setelah minum kopi. Efeknya yang stabil membuat matcha semakin digemari dan diolah menjadi berbagai menu kekinian.

Bagi pecinta matcha yang ingin menikmati rasanya tanpa kafein berlebih, ada trik sederhana yang bisa dilakukan. Jumlah bubuk matcha adalah faktor utama. Semakin banyak bubuk, semakin tinggi kafeinnya.

Tucker menyarankan penggunaan bubuk lebih sedikit untuk efek yang lebih ringan. Bahan tambahan seperti susu, oat milk, jahe, atau chia juga dapat membantu menyeimbangkan intensitas rasa sekaligus membuatnya lebih lembut.

Dengan beberapa penyesuaian kecil, pecinta matcha tetap bisa menikmati minuman favorit mereka sambil menjaga asupan kafein sesuai kebutuhan. Matcha tetap dapat menjadi minuman yang sehat, menenangkan, dan penuh manfaat selama dinikmati dengan bijak.