Ariana Grande Bicara soal Trauma dan Duka serta Musik yang Sembuhkan Jiwanya

2 days ago 6

Liputan6.com, Jakarta Ariana Grande kembali membuka perjalanan emosional yang dihadapi saat mengerjakan dua albumnya yang paling personal, Sweetener dan Thank U, Next.

Dalam wawancara terbarunya di podcast Awards Chatter, ia mengungkap bagaimana proses itu berlangsung di tengah kondisi mental yang rapuh akibat rangkaian trauma yang menimpanya.

Mulai dari serangan bom di konser Manchester 2017 hingga setahun kemudian kehilangan mantan kekasihnya, Mac Miller seorang rapper, penyanyi, dan produser rekaman asal Amerika Serikat.

Melansir dari People Selasa 17 November 2025, Ariana mengaku bahwa kedua album tersebut menjadi bagian penting dari proses penyembuhannya. Ia menyebut musik sebagai cara bertahan hidup ketika dirinya masih berjuang dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), depresi, kecemasan, dan berbagai bentuk kesedihan. 

Labelnya sempat ragu karena perilisan yang terlalu cepat tapi Ariana merasa tetap harus mengeluarkan album berikutnya demi kesehatan mentalnya.

“Aku tidak ingin mengikuti formula, aku butuh ini untuk jiwaku,” ujarnya.

Ariana Grande Bahas Proses Penyembuhan yang Berat Saat Garap Sweetener

Dalam wawancara tersebut, Ariana menjelaskan bahwa masa-masa pembuatan Sweetener merupakan periode yang sangat berat. Album itu menjadi karya pertamanya setelah tragedi Manchester yang menewaskan 22 orang dan melukai ratusan lainnya. 

Setelah rilis pada 2018, ia kembali dihantam duka ketika Mac Miller meninggal karena overdosis tak lama kemudian.

Kondisi itu membuatnya semakin tenggelam dalam terapi intensif. Ia menyadari bahwa dirinya sedang memproses trauma dan berbagai jenis kesedihan dalam waktu bersamaan. 

Musik, menurutnya, menjadi ruang aman untuk melepas emosi yang sulit diungkapkan. Ia menggambarkan proses kreatif tersebut sebagai sesuatu yang mendesak dan mengalir begitu saja, seolah tubuh dan hatinya menuntutnya untuk terus bergerak agar tidak runtuh.

Dengan membuat lagu-lagu yang jujur dan penuh emosi, Ariana merasa mampu memberi jarak dari rasa sakit sekaligus memahami peristiwa traumatis yang dialaminya.

Ariana Grande Jelaskan Kondisi PTSD, Depresi, dan Kecemasan yang Dialaminya

Ariana mengungkap bahwa selama mengerjakan Thank U, Next, ia sedang berada dalam kondisi mental yang sangat rapuh. Tragedi bom Manchester 2017 memicu Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), gangguan yang muncul setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis. 

PTSD dapat menyebabkan kilas balik, rasa takut berlebihan, sulit tidur, hingga kecemasan yang muncul tanpa kendali hal yang diakuinya sangat mempengaruhi kesehariannya.

Selain itu, Ariana juga menghadapi depresi dan kecemasan (anxiety) yang muncul bersamaan. Depresi kerap membuatnya kehilangan energi, merasa kosong, dan sulit menikmati hal-hal yang dulu membuatnya bahagia. Sementara anxiety memunculkan rasa gelisah berkepanjangan dan pikiran yang terus berputar tanpa henti.

Kehilangan Mac Miller semakin memperdalam grief yang ia rasakan, membuat proses penyembuhan menjadi semakin berat. Ariana menyebut musik sebagai cara untuk tetap bertahan dan memahami emosinya di tengah fase tergelap hidupnya.

Ariana Grande Temukan Harapan Lewat Cerita Para Penggemarnya

Selain perjalanan personalnya, Ariana menyoroti bagaimana hubungan dengan penggemar memberi kekuatan selama masa-masa sulit. Ia bercerita tentang banyaknya orang yang menyampaikan bahwa musiknya membuat mereka merasa tidak sendirian bahkan menganggapnya sebagai sosok kakak yang menemani dari jauh.

Ia mencontohkan seorang pelayan restoran yang mengaku bisa menemukan keberanian untuk coming out karena mendengar lagu-lagunya. Pengalaman seperti itu membuat Ariana  merasa proses penyembuhan dirinya menjadi bermakna lebih luas. Bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk orang lain yang menemukan kekuatan lewat musiknya.

“Rasanya indah, aku membawa cerita-cerita itu bersamaku.” ujar Ariana

Meski perjalanan yang dilaluinya penuh luka, Ariana menegaskan bahwa ia kini melihat masa itu sebagai bagian penting dari transformasinya, baik sebagai seniman maupun sebagai manusia yang terus mencoba pulih.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |