Banjir Bandang Sumatera dan Bahaya Tersembunyi pada Kesehatan Paru Pengungsi

8 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Bencana banjir bandang Sumatera yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menyisakan duka sekaligus tantangan besar dalam pelayanan kesehatan. Di tengah upaya pemulihan kondisi psikologis dan fisik para pengungsi banjir, ada satu ancaman yang kerap luput dari perhatian, gangguan paru dan pernapasan.

Direktur Pascasarjana Universitas YARSI sekaligus Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof Tjandra Yoga Aditama mengingatkan bahwa risiko ini nyata dan bisa berkembang menjadi masalah kesehatan serius jika tidak diantisipasi sejak awal.

Lebih lanjut Tjandra Yoga menegaskan bahwa banjir memiliki dampak langsung pada kualitas udara dan risiko penyakit pernapasan. "Banjir dan hujan deras berkepanjangan dapat membawa berbagai kontaminan pencemar seperti toksin, pestisida, hingga patogen penyebab penyakit yang ditularkan melalui air," ujarnya kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Sabtu, 6 Desember 2025.

Kontaminan ini tidak hanya berisiko saat kontak langsung dengan air, tapi juga ketika mengering dan berubah menjadi debu yang kemudian terhirup oleh para pengungsi.

Berdasarkan Penelitian Ilmiah

Dalam artikel ilmiah Flooding and Excessive Rainfall Risk Respiratory Health yang dipublikasikan di Jurnal Lancet, dijelaskan bahwa lingkungan pascabanjir merupakan tempat ideal bagi berbagai zat berbahaya untuk menempel pada udara.

Hal ini memperbesar kemungkinan munculnya infeksi saluran pernapasan atas, batuk berkepanjangan, hingga sesak napas pada kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.

Tak hanya itu, potensi risiko dari jamur di lingkungan pascabanjir juga menjadi perhatian. Meski penelitian khusus tentang dampak jamur setelah banjir masih minim, berbagai studi tentang paparan jamur di lingkungan tertutup menunjukkan kaitan dengan penyakit paru tertentu.

"Kita tahu banyak penyakit paru akibat jamur, seperti aspergilosis. Paparan jamur juga dapat memicu serangan asma, memperburuk bronkitis. Bahkan, walaupun jarang, berhubungan dengan Pneumonia Hipersensitif," kata Tjandra Yoga.

Perlunya Kewaspadaan

Oleh sebab itu, Tjandra Yoga menegaskan perlunya kewaspadaan dan penelitian lebih lanjut untuk memastikan dampaknya pada para pengungsi di Sumatra.

Isu tentang kandungan mikroplastik dalam air hujan yang sempat ramai diberitakan juga menjadi aspek yang mungkin perlu dipertimbangkan.

Jika fenomena ini terjadi di lokasi bencana, maka kualitas udara dan air yang digunakan masyarakat dapat semakin berisiko bagi kesehatan pernapasan.

Di tengah situasi ini, tenaga kesehatan Indonesia terus bekerja keras untuk memastikan para pengungsi mendapatkan perlindungan optimal. PDPI juga terjun langsung membantu penanganan di lapangan.

"Di daerah-daerah terdampak, ada teman-teman sejawat dokter spesialis paru yang langsung memberikan layanan. Harapannya, para pengungsi dapat memperoleh pelayanan kesehatan terbaik," pungkasnya.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |