BPOM Temukan Gudang Farmasi Ilegal di Jakarta Barat, Ribuan Obat Senilai Rp 2,7 Miliar Disita

Liputan6.com, Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama Polda Metro Jaya membongkar gudang sediaan farmasi ilegal berskala besar di Jakarta Barat. Dalam operasi gabungan ini, petugas menyita barang bukti senilai total Rp 2,74 miliar.

"Pengungkapan ini adalah bukti nyata sinergi dan kolaborasi kami dengan aparat penegak hukum. BPOM terus berupaya secara optimal memerangi penyalahgunaan obat dan kejahatan sediaan farmasi ilegal untuk melindungi seluruh lapisan masyarakat Indonesia," kata Kepala BPOM Taruna Ikrar dalam konferensi pers "Hasil Penindakan Sediaan Farmasi Ilegal DKI Jakarta Tahun 2025" di Kantor Balai Besar POM, Jakarta Timur Kamis (13/11/2025).

Penindakan gabungan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) BPOM dan Penyidik Polda Metro Jaya ini dilakukan pada 30 Oktober 2025 di Komplek Villa Arteri, Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Dari tempat kejadian perkara (TKP), petugas menemukan total 65 jenis produk ilegal. Temuan terdiri dari 15 item obat tanpa izin edar/TIE (4.027 kemasan) senilai Rp1,4 miliar serta 29 item obat bahan alam (OBA) TIE (3.151 kemasan) senilai Rp770 juta.

OBA yang ditemukan merupakan produk yang termasuk dalam daftar peringatan publik/public warning BPOM karena diduga mengandung bahan kimia obat (BKO) yang tidak seharusnya ditambahkan ke dalam produk OBA. Selain itu, ditemukan pula 21 item (1.899 kemasan) suplemen kesehatan TIE senilai Rp551 juta.

Mayoritas temuan yang disita adalah produk obat dengan klaim penambah stamina pria (obat kuat pria) yang diduga keras mengandung BKO sildenafil dan turunannya. Sildenafil adalah zat aktif yang biasanya digunakan untuk terapi disfungsi ereksi dan seharusnya hanya diberikan atas resep dokter. 

Dalam produk ilegal, zat ini dicampurkan tanpa takaran pasti, sehingga dapat memengaruhi aliran darah dan menekan fungsi jantung, yang pada akhirnya berisiko menimbulkan kerusakan organ vital secara permanen.

Selain itu, penggunaan obat tanpa izin edar dan tanpa pengawasan medis dapat menimbulkan dampak serius bahkan mematikan bagi tubuh.

“Efek membahayakan yang mungkin terjadi, antara lain kehilangan penglihatan dan pendengaran, nyeri dada, pembengkakan pada wajah, stroke, serangan jantung, bahkan kematian, jika digunakan dalam dosis tinggi atau jangka panjang,” ujarnya.

.

Dalam penindakan kali ini, pelaku berinisial MU diketahui berperan sebagai supplier yang beroperasi tanpa toko offline maupun online. Bisnis tersebut dijalankan melalui aplikasi WhatsApp dengan melayani pemesanan dari para pemilik toko online. 

Setelah pesanan dikonfirmasi, pelanggan mengirimkan resi pengiriman untuk dicetak oleh pelaku, lalu produk dikirim ke seluruh wilayah Indonesia.

Dari hasil pemeriksaan, pelaku mampu mengirim hingga 70 paket setiap hari dengan keuntungan bersih sekitar Rp1,1 juta per hari. 

Seluruh barang bukti kini tengah dalam proses pengujian laboratorium lebih lanjut untuk memastikan kandungan bahan kimia berbahayanya.

Penindakan ini menjadi peringatan bagi masyarakat agar lebih berhati-hati dalam memilih produk obat, suplemen, dan herbal yang beredar, terutama yang dijual melalui jalur tidak resmi dan tanpa izin edar dari BPOM.