Bukti Indonesia Tak Kekurangan Peneliti Hebat: Dari EKG Cerdas Berbasis AI hingga Minuman Fungsional Antidiabetik

2 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kembali menunjukkan bahwa kualitas peneliti-nya tidak kalah dari negara lain. Hal ini terlihat dari diumumkannya tiga penelitian terbaik dalam ajang Ristek Kalbe Science Awards (RKSA) 2025 yang mengangkat tema 'Kerja Sama Pentahelix dalam Menunjang Hilirisasi Penelitian'.

Dari 420 judul yang masuk, hanya tiga inovasi terpilih dan dinilai paling siap untuk dihilirisasi, mulai dari diagnosis berbasis kecerdasan buatan hingga minuman fungsional antidiabetik.

Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Irawati Setiady, menekankan bahwa ajang ini menjadi bukti besarnya potensi riset Tanah Air.

"Indonesia memiliki banyak potensi inovasi sains dan teknologi. Melalui RKSA, kami menjembatani sinergi antara industri dan peneliti sekaligus mempercepat hilirisasi agar hasil riset bermanfaat secara ekonomi dan sosial," kata Irawati.

Tahun ini, penyelenggaraan RKSA turut melibatkan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Kolaborasi ini sejalan dengan arah strategis 'Diktisaintek Berdampak' yang berfokus pada transformasi sains sebagai penggerak perubahan sosial dan ekonomi. 

Ketua Dewan Juri RKSA 2025, Prof. Dr. Amin Soebandrio, Ph.D, Sp.MK., menegaskan pentingnya riset yang tidak hanya kuat secara akademik, tapi juga siap dipasarkan.

"Potensi kesuksesan inovasi dipengaruhi oleh pengaplikasiannya dan pemahaman perspektif regulasi. Proses penjurian RKSA dirancang secara holistik dengan melibatkan akademisi, pemerintah, dan industri. Kami pun akan memantau proses penelitian para pemenang secara berkala," ujar Amin.

Perkembangan Riset Harus Mengedepankan Kehati-Hatian

Namun, Amin juga mengingatkan bahwa perkembangan riset harus tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian, terutama dalam penelitian berbasis bahan alam yang kini semakin diminati masyarakat.

Dia menjelaskan bahwa pengembangan bahan alam saat ini terbagi menjadi beberapa pendekatan, mulai dari ramuan tradisional yang sudah digunakan turun-temurun hingga ekstraksi senyawa aktif fisiologis tertentu.

"Bahan yang sudah dipakai ratusan tahun, seperti jamu, kini dikembangkan menjadi lebih bersih, lebih sehat, dan kualitasnya lebih terjamin," katanya saat berbincang dengan Health Liputan6.com di kesempatan tersebut. 

Dia menyebut proses ini sebagai saintifikasi jamu, sebuah upaya membuktikan kandungan aktif dan khasiat herbal melalui penelitian ilmiah.

"Kalau dulu jamu dibuat dari daun atau akar yang dicampur begitu saja, kini riset dilakukan untuk mengetahui komponen aktif yang benar-benar memberikan manfaat," tambah Amin.

Peneliti Eksplorasi Bahan yang Belum Pernah Dipakai

Selain bahan tradisional, peneliti juga mengeksplorasi bahan baru yang belum pernah digunakan sebelumnya. Namun, prosesnya harus dimulai dari uji hewan untuk memastikan efektivitas dan keamanan.

"Harus dibuktikan dulu di hewan coba apakah bermanfaat dan tidak toksik. Kalau aman, bisa dikembangkan menjadi obat awal, meski belum obat yang tersandar," katanya.

Bahan alam juga terus berkembang menjadi produk fungsional ramah konsumsi, mulai dari minuman herbal, puding kesehatan, hingga tablet effervescent seperti penelitian Kombucha Rosella yang terpilih dalam RKSA 2025.

"Teman-teman peneliti berusaha mencari dari bahan alam mana yang memberikan dampak. Bukan sebagai obat, tapi sebagai suplemen yang bisa punya manfaat seperti mengurangi darah tinggi atau membantu mengatasi gula darah," ujarnya Amin.

Daftar Pemenang RKSA 2025

Tiga penelitian terbaik tahun ini menunjukkan keberagaman inovasi yang lahir dari berbagai universitas di Indonesia. Mulai dari teknologi diagnostik hingga pengembangan minuman fungsional, semuanya memiliki peluang besar untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat.

Berikut tiga penerima dana penelitian RKSA 2025:

1. Achmad Himawan – Universitas Hasanuddin

AI-assisted Diagnostics of Atopic Dermatitis yang mengombinasikan pengenalan foto dengan pemeriksaan biomarker kulit.

2. Aulia Arif Iskandar – Swiss German University

Perangkat EKG cerdas 5-lead portabel berbasis AI untuk skrining kardiovaskular secara real-time.

3. Dr. Widiastuti Setyaningsih – Universitas Gadjah Mada

Hilirisasi tablet effervescent Kombucha Rosella sebagai minuman fungsional antidiabetik dengan integrasi AI-NIR untuk pengendalian mutu real-time.

Ketua Panitia RKSA 2025, Jimmy Susanto, menyebut model pentahelix sebagai kunci percepatan hilirisasi. "Keterlibatan akademisi, industri, pemerintah, komunitas, dan media memastikan hasil riset dapat dibawa ke tahap komersialisasi sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas," ujarnya.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |