Gen Z Perlu Waspada! Kurang Kalsium Saat Diet Bisa Bikin Tulang Keropos

Liputan6.com, Jakarta Fenomena diet menurunkan berat badan di kalangan Gen Z semakin terlihat jelas dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, kebiasaan ini sering tidak dibarengi pemahaman nutrisi yang tepat.

Hal inilah yang kemudian memicu masalah pada kesehatan tulang sejak usia muda.

Nadia menilai bahwa Gen Z kini “cenderung diet” dan sering kali pola diet tersebut membuat asupan nutrisi menjadi tidak seimbang. 

Salah satu yang paling terdampak adalah kalsium dan vitamin D, dua komponen penting dalam pembentukan dan kekuatan tulang.

Nadia menjelaskan, banyak anak muda yang mulai defisit kalsium sejak dini karena pola diet yang tidak mempertimbangkan kebutuhan mineral lain. Akibatnya, risiko kerapuhan tulang dapat muncul lebih cepat. 

“Dua dari lima orang Indonesia itu risiko untuk osteoporosis,” ujarnya dalam kegiatan Anlene OsteoWalk 10.000 Langkah Jakarta 2025, Jakarta Pusat, Minggu (16/11/2025).

Nadia menambahkan, pola diet Gen Z sering hanya fokus mengurangi karbohidrat atau memperbanyak protein, tanpa memikirkan mineral lain yang dibutuhkan tubuh. 

Kondisi ini membuat tulang kehilangan fondasi penting yakni kalsium dan vitamin D yang seharusnya dibangun sejak usia muda.

Bukan hanya pola diet, gaya hidup juga berperan besar. 

“Gen Z sering kalau ngapa-ngapain, sekarang mesti minum kopi dulu ya. Americano itu favoritnya,” ungkapnya. 

Namun, kebiasaan ini justru bisa memperburuk kondisi tulang ketika tidak diimbangi nutrisi lain.

Kopi yang bersifat asam dapat mengganggu penyerapan zat-zat penting di lambung, terutama bila diminum tanpa tambahan sumber kalsium seperti susu. 

Banyak anak muda yang minum kopi tanpa memikirkan bahwa di saat yang sama, tubuh mereka kekurangan asupan kalsium yang seharusnya diperoleh dari makanan atau minuman lain. 

Jika berlangsung terus-menerus, kombinasi ini dapat mempercepat risiko kerapuhan tulang.

Kurang Aktivitas Fisik Menambah Beban pada Tulang

Selain pola makan dan konsumsi kopi, Nadia juga menyoroti rendahnya aktivitas fisik pada Gen Z. 

Nadia menyebut, ketika seseorang tidak berolahraga, beban tubuh menjadi tidak seimbang dan hal ini memengaruhi kekuatan tulang. 

Gaya hidup minim gerak semakin memperparah kondisi tulang yang sudah kekurangan nutrisi.

Dalam menjalankan diet, banyak anak muda yang hanya fokus pada satu atau dua jenis nutrisi. 

Nadia menegaskan, pola diet seperti ini dapat menjadi masalah besar untuk jangka panjang. 

“Diet pada anak-anak usia muda sekarang itu juga harus memperhatikan mineral-mineral lainnya,” tegasnya.

Nadia mengingatkan, defisit kalsium yang dibiarkan sejak muda akan berdampak pada masa depan. Pada perempuan, risiko ini semakin meningkat setelah menopause. 

Osteoporosis yang biasanya muncul setelah usia 50 tahun kini bisa datang lebih cepat ketika seseorang menjalani diet tanpa memperhitungkan kebutuhan kalsium.

Melihat meningkatnya kasus osteoporosis ringan pada usia muda, Nadia menekankan, anak-anak muda tidak boleh lagi menganggap osteoporosis hanya terjadi pada lansia.

"Anak-anak muda sekarang jangan berpikir bahwa osteoporosis itu hanya pada usia lansia," ungkapnya.

Ketika menjalani diet, komposisi nutrisi harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, terutama kalsium.

"Jadi anak-anak muda sekarang kalaupun dia diet, dia harus betul-betul perhatikan komposisi dietnya, terutama kalsium," tuturnya.

Meskipun saat ini dampaknya belum terasa, kekurangan nutrisi penting tersebut dapat memengaruhi kekuatan tulang di kemudian hari.