Kekerasan pada Balita Mayoritas Berlangsung di Rumah, Pakar Ingatkan Pentingnya Pengasuhan yang Peka

4 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Ada 28.611 kasus kekerasan yang terjadi hingga November 2025, 7 persen di antaranya adalah kekerasan yang terjadi pada anak usia 0-5 tahun.

Ironisnya, sebagian besar kekerasan terjadi di lingkungan rumah tangga (16.848 kasus), tempat yang seharusnya menjadi ruang paling aman bagi anak. Ini adalah data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI-PPA).

“Sebagian besar kekerasan terjadi di lingkungan terdekat anak, berlangsung lama, dan sering tidak terdeteksi karena rendahnya kepedulian dan kepekaan di sekitar anak,” kata Penata Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) Ahli Madya pada Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Balita dan Anak, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga), Hemiliana Dwi Putri, Selasa, 2 Desember 2025 dalam seminar daring.

Dia menambahkan, keluarga sejatinya merupakan tempat perlindungan utama bagi anak. Namun kenyataannya, berbagai bentuk kekerasan masih sering terjadi dan mengancam tumbuh kembang serta masa depan mereka. Situasi ini mempertegas pentingnya peningkatan kapasitas semua pihak yang terlibat dalam pengasuhan.

Peran pengasuhan tak hanya ada dalam keluarga tapi juga pada saat anak dititipkan. Pengasuh di tempat penitipan anak (TPA) juga perlu memastikan anak terhindar dari kekerasan. Seperti ditanamkan di Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA) yang diinisiasi Kemendukbangga)/BKKBN. Taman asuh ini dinilai menjadi solusi penitipan anak bagi orang tua yang bekerja.

Layanan Rujukan bagi Anak yang Mengalami Kekerasan

Program TAMASYA juga menekankan penguatan layanan rujukan pengasuhan anak usia dini yang terintegrasi. Layanan rujukan tersebut diberikan bagi anak yang mengalami atau berisiko mengalami kekerasan, agar penanganannya lebih cepat, tepat, dan menyeluruh.

Sebagai bagian dari upaya tersebut, Ruang Belajar TAMASYA Seri 3 diselenggarakan untuk memberikan pemahaman yang lebih kuat kepada pengasuh, pengelola TPA, Penyuluh KB, dan tenaga kesehatan mengenai penanganan kekerasan terhadap anak secara tepat, terintegrasi, dan berkelanjutan. Mulai dari deteksi dini hingga rujukan yang cepat.

“Mencegah kekerasan pada anak adalah investasi besar untuk pembangunan bangsa. Generasi emas tidak akan tumbuh dari pengalaman masa kecil yang penuh luka," ujar Hemiliana saat membacakan arahan Wakil Kepala BKKBN Isyana Bagoes Oka.

Perkuat Jejaring Penyedia Layanan Anak

Melalui Ruang Belajar TAMASYA Seri 3, Kemendukbangga/BKKBN juga memperkuat jejaring layanan antara TPA/TAMASYA dengan puskesmas dan lembaga perlindungan anak lainnya. Sehingga, mekanisme rujukan dapat berjalan lebih terkoordinasi dan efektif.

Ruang Belajar Tamasya Seri 3 ini juga menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya, yaitu Kanit 2 Subdit II Dittipid PPA dan PPO Bareskrim Polri Dwi Astuti, SH, MA; Tim Pakar RS Akademik UGM dr. Budiatri Retno Noormaningrum, M.Sc, Sp.F.M  dan dr. Fita Wirastuti, M.Sc, Sp.A.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |