Kemenkes Tak Rekomendasikan Pemberian Susu Formula di Situasi Bencana, Seharusnya Begini!

3 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pelayanan Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Lovely Daisy menyampaikan bahwa pihaknya tidak merekomendasikan pemberian susu formula (sufor) di situasi bencana.

“Kita tidak merekomendasikan adanya pemberian susu formula di situasi bencana dan di Aceh sendiri sebenarnya sudah ada surat edaran dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh untuk tidak memberikan susu formula,” kata Lovely kepada Health Liputan6.com dalam temu media di Jakarta (5/12/2025).

Sementara, jika susu formula diperlukan dalam situasi gawat darurat maka pemberiannya akan dipantau oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kota.

“Dan kalaupun diberikan untuk kasus kegawatdaruratan, itu harus melalui Dinas Kesehatan, jadi akan dinilai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan akan dipantau,” tambahnya.

Guna memenuhi nutrisi balita dan para pengungsi, Kemenkes juga telah menurunkan ahli gizi yang akan bertugas di dapur umum.

“Kemudian kita juga menurunkan dari puskesmas ada ahli gizi untuk melihat dapur-dapur umum, itu kan biasanya menyediakan makanan untuk dewasa, nah kita juga ada pemberian makan untuk balita karena kan akan berbeda antara makanan balita dan makanan untuk dewasa,” ucapnya.

Distribusikan Makanan untuk Ibu Hamil

Lovely menambahkan, pihaknya juga sudah mendistribusikan makanan tambahan untuk ibu hamil ke tiga provinsi yang terdampak bencana yakni Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.

“Dan kami juga sudah mendistribusikan makanan tambahan untuk ibu hamil ke tiga provinsi. Jadi, masing-masing sudah kita distribusikan sejak Jumat tanggal 28 November, sebagian melalui udara dan sebagian melalui darat.”

“Sebagian sudah sampai dan sebagian masih ada yang terus bertahap kita distribusikan sampai saat ini,” ucapnya.

Fasilitas Kesehatan yang Terdampak Banjir

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Kesehatan Benjamin Paulus Octavianus melaporkan total fasilitas kesehatan (faskes) yang terdampak banjir di Aceh-Sumatera. Menurutnya, ada 31 rumah sakit dan 156 puskesmas yang terdampak.

“Dengan rincian Aceh 13 rumah sakit dan puskesmasnya 122. Lalu Sumatera Utara 18 rumah sakit dan 22 puskesmas. Dan Sumatera Barat 9 puskesmas,” kata Wamenkes Benny.

Pada Selasa, 2 Desember 2025, Benny turun langsung ke lapangan untuk melihat situasi di Aceh. Lokasi pertama yang didatangi adalah Kabupaten Bener Meriah.

“Mereka terkena banjir bandang dan bayangkan ada 125 jembatan yang rusak di kabupaten itu. Maka terputuslah hubungan antar-desa, antar-kecamatan semuanya, hampir semuanya rusak. Bersyukur di situ ada airport-nya (bandara), jadi bisa pesawat besar.

Saat tiba, Benny melihat hanya dalam jarak 1 km dari bandara, akses sudah sulit dilalui sehingga barang bantuan harus dipikul. Sementara, seluruh lampu mati, bahan bakar minyak (BBM) pun tidak ada.

“Saya datang ke rumah sakitnya, cukup besar, punya 22 spesialis. Tapi, di situ tidak bisa dilakukan pelayanan, karena dari 22 dokter ahli, yang masuk cuma 1. Dokter umumnya dari sekian banyak tapi mereka terdampak.”

“Nggak bisa datang ke rumah sakit karena nggak ada BBM, nggak ada air, nggak ada listrik. Jadi kondisinya sangat mengenaskan, itulah kendala yang dihadapi di lapangan,” ujar Benny.

 Benny juga membahas soal total pengungsi yang terdampak banjir Aceh-Sumatera yakni 847.925 jiwa. Dengan jumlah pengungsi terbanyak di Aceh, yakni 788.586 pengungsi.

“Kenapa dia banyak? Tadi itu, putus, sarana jalannya putus. Jadi di situlah kenapa pengungsi banyak. Bayangkan, saya datang, itu kantor bupati, kantor camat, kantor kepala desa isinya seluruh penduduk sana.”

“Di situlah mereka bahu-membahu, ambil makanan, ambil beras semua yang ada di kantor bupati, didistribusikan ke desa-desa. Itu yang terjadi di daerah yang parah-parahnya itu rata-rata karena habis kena banjir bandang, langsung rusak, parah, hubungan segala terputus,” kenang Benny.

Banyak Rumah Sakit Terendam di Langkat

Sementara, kondisi di Langkat, Sumatera Utara juga tidak baik-baik saja.

“Langkat itu terendam dan airnya nggak turun. Bayangkan tuh sudah hari kesembilan, rumah sakit terendam sembilan hari. Di lantai satu, ya semua alatnya (terendam), rumah sakit tutup.”

Beruntung ada rumah sakit swasta yang masih bisa melayani pasien dan tidak terdampak bencana.

“Bersyukur ada rumah sakit swasta yang posisinya tidak terkena bencana. Jadi saling bantu, jadi pasien yang dari Rumah Sakit Tanjung Pura, dilarikan ke Rumah Sakit Putri Bidadari di Langkat. Bersyukur dia rumah sakit tipe B punya tempat tidur 300 lebih,” jelasnya.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |