Kesalahan Umum Ibu Baru Saat Memakai Korset dan Cara Memperbaikinya

16 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan korset melahirkan kini semakin umum di kalangan ibu baru. Alasannya, korset membantu menopang perut, menjaga rahim tetap stabil, serta mengurangi rasa nyeri terutama bagi ibu yang melahirkan secara sesar. Namun, masih banyak kesalahan yang kerap dilakukan sehingga manfaat korset tidak terasa maksimal.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RSU Menteng Mitra Afia, dr. Leonita Triwachyuni Agustina Sutrisna, SpOG, menjelaskan apa saja kesalahan tersebut dan bagaimana cara memperbaikinya.

1. Memakai Korset Terlalu Tinggi atau Rendah

Kesalahan paling sering terjadi adalah menempatkan korset tidak pada posisi yang seharusnya. Banyak ibu memakai korset terlalu tinggi hingga berada jauh di atas pusar, atau terlalu rendah dan tidak menutupi area rahim.

"Korset untuk ibu pascamelahirkan harus menutupi area rahim, yaitu dari pusar ke bawah. Jangan terlalu tinggi atau terlalu rendah, karena yang ingin diperbaiki adalah posisi rahim dan bentuk perut," kata Leonita.

Posisi yang salah membuat korset tidak berfungsi optimal dalam menstabilkan pergerakan rahim atau melindungi luka sesar.

2. Tak Menutupi Luka Sesar

Beberapa ibu justru menghindari area luka sesar karena takut nyeri. Padahal, korset seharusnya menutupi area tersebut untuk memberikan perlindungan tambahan.

"Pada ibu sesar, korset wajib menutupi luka. Fungsinya seperti perban yang lebih kuat agar luka lebih rapat, tidak banyak bergerak, dan cepat kering," tambahnya.

Jika korset diposisikan di bawah luka, gesekan dapat memperlambat penyembuhan.

3. Memakai Korset Terlalu Ketat

Sering kali ibu mengira semakin ketat korset, semakin cepat perut kembali rata. Padahal, cara ini bisa membuat sesak napas, mengganggu aliran darah, hingga menyebabkan nyeri.

"Korset boleh dikencangkan, tetapi harus tetap nyaman. Kalau terasa kurang nyaman, bagian velcro boleh dilonggarkan," katanya.

Seiring waktu, saat rahim dan perut mengecil, barulah korset bisa ditarik lebih rapat.

4. Tidak Melepas Korset Secara Berkala

Korset dipakai sepanjang hari tanpa jeda juga menjadi kebiasaan yang kurang tepat. Kulit membutuhkan waktu untuk bernapas dan beristirahat.

"Korset harus dilepas setiap dua jam, lalu boleh dipakai lagi. Tujuannya agar kulit tidak lembap dan iritasi," ujar Leonita.

Rutinitas ini membantu menjaga kesehatan kulit sekaligus tetap mendapatkan manfaat kompresi.

5. Terlambat Mulai Memakai Korset

Banyak ibu baru yang baru memutuskan memakai korset setelah 2–3 bulan pascapersalinan. Padahal, hasil terbaik diperoleh saat korset dipakai sejak hari-hari pertama.

"Korset sudah boleh langsung dipakai begitu efek bius hilang. Semakin cepat dipakai, semakin baik pemulihannya," kata Leonita.

Pemakaian terlambat bisa memicu masalah seperti perut semakin longgar, pinggang sakit, hingga risiko diastasis recti.

6. Tidak Memperhatikan Aspek Medis Saat Memilih Korset

Banyak korset dijual dengan klaim mengecilkan perut, tetapi tidak semua memberikan dukungan yang aman.

"Korset untuk ibu pascamelahirkan harus punya dukungan medis dan back support yang baik," pungkasnya.

Kebutuhan ibu baru inilah yang mendorong Momcozy memperkenalkan Ergowrap Postpartum Belly Band di IMBEX 2025. 

VP of Marketing TNP Group, Fallin Tika, mengatakan, Momcozy memahami bahwa masa pemulihan tidak hanya soal fisik, tapi juga emosional.

"Ibu tidak perlu memilih antara merawat bayi dan diri sendiri, keduanya harus seimbang. Setelah sukses dengan pompa ASI, Ergowrap adalah langkah alami kami untuk membantu ibu Indonesia mendapatkan kembali kenyamanan dan kepercayaan diri mereka," ujarnya.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |