Perubahan Pola Penyakit hingga Teknologi Baru, Dokter Gigi Perlu Terus Tingkatkan Kompetensi

Liputan6.com, Jakarta Peningkatan kompetensi dokter gigi dinilai sebagai kunci untuk memperkuat keamanan dan kualitas layanan kesehatan gigi di Indonesia. Tantangan seperti meningkatnya penyakit gigi dan mulut, fasilitas yang belum merata, serta perkembangan teknologi yang cepat menuntut dokter gigi terus memperbarui kemampuan mereka. 

Hal di atas disampaikan Dr. drg. Himawan Halim, DMD, Sp.Ort, FICD saat membuka Indonesia Dental Exhibition & Conference (IDEC) 2025 di Jakarta pekan lalu. 

“Kesempatan ini adalah kesempatan kolektif untuk mengembangkan kesehatan masyarakat kita,” kata Himawan. .

Menurut Himawan, dokter gigi saat ini dituntut lebih adaptif karena perubahan pola penyakit dan berkembangnya teknik perawatan membuat prosedur lama tidak lagi cukup. Maka dari itu kompetensi baru seperti pemahaman teknologi digital, standar keselamatan terbaru, dan kemampuan menilai risiko klinis menjadi kebutuhan mendesak. 

“Ini adalah kapasitas mendalam dari seluruh sistem kesehatan dental kita,” kata pria yang juga staf pengajar Departemen Orthodonti Fakultas Kedokteran Gigi Univerisitas (FKG) Universitas Trisakti itu.

Peningkatan kompetensi meruak sebagai investasi jangka panjang yang memperkuat ketahanan sistem kesehatan gigi nasional. Tenaga profesional yang terlatih dapat memberikan perawatan lebih aman, lebih presisi, dan sesuai protokol modern.

Layanan kesehatan gigi Indonesia tengah menghadapi tantangan berlapis, mulai dari meningkatnya kasus karies dan penyakit periodontal hingga akses layanan yang belum merata. Dokter gigi di daerah perkotaan mungkin memiliki akses ke alat modern, sementara di daerah lain kondisi jauh berbeda.

Kompetensi dokter gigi menjadi elemen yang menentukan kualitas layanan, terlepas dari kondisi fasilitas. Kemampuan klinisi harus berkembang sejalan dengan perubahan zaman. Pola penyakit kini lebih kompleks dan membutuhkan dokter gigi yang cermat dalam diagnosis.

“Ketahanan layanan gigi tidak hanya ditentukan oleh fasilitas, tetapi oleh kompetensi dokter gigi yang menjadi ujung tombak perawatan,” tegasnya.

Perkembangan teknologi membuat metode perawatan berubah cepat. Banyak standar perawatan lama yang kini digantikan teknik modern, seperti digital imaging dan desain restorasi berbasis pemindaian. 

Teknologi ini hanya efektif jika dokter gigi memahami cara menggunakannya dengan benar. Tanpa kompetensi yang kuat, risiko kesalahan justru meningkat.

Himawan mengingatkan bahwa dokter gigi tidak bisa bergantung pada pengetahuan lama. “Ini adalah alat untuk mengembangkan ketahanan masyarakat,” ujarnya. 

Kompetensi dokter gigi kini mencakup keterampilan teknis, pemahaman digital, kemampuan komunikasi klinis, hingga kemampuan menilai risiko secara komprehensif. 

Di era teknologi, dokter gigi dituntut tidak hanya menguasai tindakan manual, tetapi juga mampu menggunakan alat diagnostik digital, memahami data klinis, dan menerapkan teknik yang lebih presisi.

Himawan menjelaskan bahwa dokter gigi harus mampu beradaptasi cepat terhadap perkembangan teknologi. 

“Kita membangun sistem yang mudah, adaptif, dan siap menghadapi perubahan,” ujarnya. 

Hal ini mencakup pemahaman tentang scan intraoral, workflow digital, desain restorasi, hingga pemetaan risiko pasien berbasis data.

Selain itu, penguasaan standar keselamatan menjadi aspek penting. Kesalahan kecil, seperti melewatkan prosedur sterilisasi atau salah menentukan diagnosis, dapat berdampak besar bagi pasien. 

Karena itu, Himawan menekankan perlunya dokter gigi memahami kontrol infeksi, protokol tindakan aman, serta prosedur berbasis bukti ilmiah.

Dengan kompetensi yang lebih lengkap ini, klinisi dapat memberikan layanan lebih aman, terukur, dan mampu mengikuti perubahan teknologi maupun penyakit.

Peningkatan kompetensi dokter gigi membawa dampak langsung pada keamanan pasien, efisiensi layanan, dan ketahanan sistem kesehatan gigi secara nasional.

Dokter gigi yang memahami teknik modern dapat melakukan prosedur lebih presisi, mengurangi risiko komplikasi, serta memberikan hasil perawatan lebih optimal. Himawan mengatakan bahwa kompetensi yang kuat merupakan investasi jangka panjang untuk kesehatan masyarakat. 

“Peningkatan kompetensi adalah investasi jangka panjang yang harus dilakukan tenaga kesehatan,” ujarnya. 

Dengan peningkatan tersebut, dokter gigi mampu bekerja lebih cepat, tepat, dan mengikuti standar keselamatan yang terus diperbarui. Secara sistem, dokter gigi yang kompeten memperkuat ketahanan layanan di berbagai kondisi, termasuk saat krisis kesehatan. Mereka mampu beradaptasi, tetap menjaga standar keselamatan, dan memberikan layanan yang konsisten. 

“Ini adalah kapasitas mendalam dari seluruh sistem kesehatan dental kita,” kata Himawan 

Pada akhirnya, peningkatan kompetensi bukan hanya soal keahlian individu, tetapi bagian penting dari upaya menjadikan layanan kesehatan gigi Indonesia lebih tangguh dan berkualitas.