Tanda Anak Demam Rematik, Suhu Tubuh Tak Turun meski Minum Obat

Liputan6.com, Jakarta Demam adalah kondisi yang umum dialami anak. Namun, anak juga bisa mengalami demam rematik yang biasanya muncul setelah infeksi tenggorokan akibat bakteri Streptococcus grup A.

Salah satu tanda khas demam rematik adalah demam tinggi yang bertahan lebih dari 2 hari dan tidak kunjung turun meski telah diberi obat penurun panas biasa. 

“Kalau demamnya masih rendah atau turun-turun, biasanya itu demam biasa yang masih bisa diatasi dengan perawatan rumahan,” jelas dokter Rizky Adriansyah, M.Ked(Ped), Sp.A, Subsp.Kardio(K) saat temu media di kantor IDAI Jakarta pada Senin, 10 November 2025.

Selain demam, anak dengan demam rematik sering mengalami nyeri atau bengkak pada persendian, perubahan pada jantung, hinggamerasa kelelahan yang luar biasa. 

Rizky menekankan bahwa gejala ini tidak bisa diabaikan karena infeksi awal bisa berkembang menjadi penyakit jantung rematik. Orangtua disarankan untuk selalu memantau kondisi anak, mencatat durasi dan tinggi demam, serta memperhatikan gejala tambahan. 

Ketika anak mengalami demam tinggi yang tidak kunjung turun, orangtua disarankan segera membawa anak ke dokter, tanpa menunggu berminggu-minggu. 

“Jika demam tinggi bertahan lebih dari 2 hari dan obat penurun panas biasa tidak membantu, itu tanda anak perlu pemeriksaan lebih lanjut,” ujar Rizky.

Pemeriksaan yang dilakukan dokter meliputi pengecekan darah, jantung, dan sendi. Dokter akan melihat kadar antibodi yang menunjukkan adanya infeksi bakteri Streptococcus, serta mendeteksi perubahan pada jantung seperti suara jantung abnormal atau pembesaran organ. 

Bagi anak yang sudah pernah mengalami penyakit ini, kontrol rutin menjadi sangat penting. Biasanya, dokter menyarankan pemeriksaan setiap 3–4 minggu agar kondisi anak selalu terpantau. 

Orangtua juga bisa meminta surat keterangan dari rumah sakit untuk sekolah, agar aktivitas anak dapat disesuaikan dengan kondisi kesehatan, misalnya menghindari tangga atau olahraga berat.

Rizky menekankan pentingnya kolaborasi antara orangtua, guru, dan tenaga medis. Dengan komunikasi yang baik, anak tetap bisa menjalani pendidikan tanpa membahayakan kesehatannya. 

Selain penanganan medis, dukungan orang tua sangat penting bagi anak dengan risiko demam rematik. Kondisi mental dan emosional anak bisa terdampak karena keterbatasan aktivitas. 

Aktivitas fisik harus dibatasi sesuai kemampuan anak. Olahraga berat seperti bermain bola sebaiknya dihindari. Rizky menekankan bahwa pengawasan aktivitas anak bukan berarti mengekang, melainkan menjaga keselamatan dan mempercepat pemulihan.

Makanan bergizi tetap dianjurkan, tanpa perlu pantangan khusus, selama anak mendapat asupan seimbang. Selain itu, anak perlu mendapat perhatian khusus di sekolah, seperti tidak dipaksa berdiri lama atau melakukan aktivitas fisik yang melelahkan. 

Dengan pengawasan medis yang tepat dan dukungan orang tua, anak dengan risiko demam rematik tetap bisa menjalani kehidupan normal, bersekolah, dan berinteraksi sosial.

Kesadaran, pemantauan rutin, dan penanganan dini menjadi langkah utama untuk mencegah komplikasi jantung yang serius di masa depan.