Vaksin Karya Anak Bangsa Terus Berkembang, mRNA, PCV-13, hingga Kandidat Vaksin TB Masuk Fase Strategis

18 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Pengembangan vaksin karya anak bangsa terus menunjukkan kemajuan signifikan sepanjang 2025. Indonesia kian memperkuat kemandirian industri biofarmasi melalui pengembangan vaksin mRNA, vaksin PCV-13, hingga kandidat vaksin tuberkulosis (TB) yang kini memasuki fase strategis. Capaian ini menjadi sinyal positif bagi ketahanan sistem kesehatan nasional.

Salah satu perusahaan biofarmasi dalam negeri yang mencatatkan kontribusi penting adalah PT Etana Biotechnologies Indonesia. Di penghujung 2025, Etana menerima Penghargaan Karya Anak Bangsa dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) atas inovasi di bidang vaksin, sekaligus menegaskan peran industri nasional dalam pengembangan teknologi kesehatan mutakhir.

Director Anti-Infectious Business Unit Etana, Indra Lamora, mengatakan, pengembangan vaksin dalam negeri tidak hanya berorientasi pada capaian jangka pendek, tapi juga membangun fondasi inovasi yang berkelanjutan.

"Pencapaian ini mencerminkan komitmen kami dalam mengembangkan inovasi biofarmasi yang berkelanjutan, dengan tetap mengedepankan kepatuhan terhadap regulasi serta kontribusi nyata bagi sistem kesehatan nasional," ujar Indra.

Penghargaan tersebut diberikan atas kontribusi Etana dalam mengembangkan dan memproduksi vaksin mRNA dan vaksin pneumokokus PCV-13 di dalam negeri.

Selain itu, Etana juga tengah mengembangkan kandidat vaksin TB yang saat ini telah memasuki tahap uji klinis fase 1, sesuai dengan persetujuan dan pengawasan otoritas kesehatan terkait.

Pengembangan Vaksin TBC

Pengembangan kandidat vaksin TBC menjadi perhatian penting, mengingat Indonesia masih termasuk negara dengan beban tuberkulosis tertinggi di dunia. Kehadiran vaksin hasil riset nasional diharapkan dapat memperkuat upaya pencegahan jangka panjang, sekaligus mengurangi ketergantungan pada produk impor.

Tak hanya di bidang vaksin, penguatan industri biofarmasi nasional juga terlihat dari peningkatan kapasitas riset, produksi, dan kepatuhan terhadap regulasi. Hal ini dinilai sejalan dengan agenda pemerintah dalam mendorong kemandirian farmasi serta memperkuat ketahanan sistem kesehatan nasional.

Indra, menambahkan, ke depan pengembangan inovasi vaksin akan terus diperkuat melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk regulator dan institusi kesehatan.

"Ke depan, kami akan terus memperkuat pengembangan inovasi di bidang vaksin dan terapi penyakit, serta berkontribusi aktif dalam mendukung pembangunan kesehatan Indonesia," pungkas Indra.

Peran Vaksin TB Inhalasi untuk Indonesia Bebas TBC 2030

Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dr. Benjamin Paulus Octavianus, Sp.P(K) menyatakan bahwa pemberantasan Tuberkulosis (TBC) menjadi prioritas nasional. Salah satu langkah strategis yang kini dilakukan adalah pelaksanaan uji klinis Fase I vaksin TB berbasis inhalasi di Indonesia.

Vaksin ini dikembangkan melalui kolaborasi PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) dan CanSino Biologics Inc., menargetkan populasi yang sebelumnya telah menerima vaksin BCG.

"Pemberantasan TBC adalah prioritas yang mendapatkan perhatian langsung dari Presiden Prabowo. Uji klinis vaksin inhalasi ini menjadi langkah strategis menuju Indonesia bebas TBC pada 2030," ujar Wamenkes Benny saat peresmian uji klinis di RS Islam Jakarta Cempaka Putih.

Vaksin TB inovatif ini menggunakan adenovirus rekombinan tipe 5 manusia dan diberikan melalui inhalasi, metode yang menargetkan imunitas mukosal saluran pernapasan, pintu masuk utama infeksi TB.

Metode ini dipandang memiliki potensi perlindungan lebih baik dibandingkan vaksin BCG yang saat ini hanya efektif melindungi bayi dan anak dari bentuk TB berat, namun tidak cukup efektif untuk orang dewasa maupun TB paru.

Pelaksanaan uji klinis ini akan melibatkan 36 partisipan sehat berumur 18 s.d 49 tahun, yang divaksin melalui nebulizer di RS Islam Jakarta Cempaka Putih dan RSUP Persahabatan. Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc., Sp.P(K), memimpin jalannya penelitian ini.

Dukungan penuh pemerintah diberikan melalui BPOM, yang memastikan seluruh tahapan uji klinis memenuhi standar ilmiah dan keamanan.

Kepala BPOM, Prof. Dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D., mengatakan,"Persetujuan uji klinis Fase I diberikan setelah evaluasi ilmiah komprehensif, mencakup hasil preklinis in vitro dan in vivo yang menunjukkan keamanan dan kualitas vaksin. Kami siap mendukung kelanjutan ke Fase II dan Fase III jika hasilnya positif."

Wamenkes Benny juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas kementerian dan lembaga untuk mempercepat eliminasi TBC.

"Dukungan BPOM menunjukkan komitmen pemerintah untuk memastikan proses berjalan cepat dan efisien, namun tetap mengutamakan kaidah ilmiah. Harapannya, pada tahun 2029 vaksin ini sudah bisa digunakan secara luas," tambahnya.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |