Waspadai Infeksi Tenggorokan Berulang, Bisa Berujung Penyakit Jantung Rematik pada Anak

Liputan6.com, Jakarta Penyakit jantung rematik (PJR) masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius bagi anak-anak di Indonesia. PJR kerap muncul akibat komplikasi dari infeksi tenggorokan oleh bakteri Streptococcus group A yang tidak diobati dengan benar.

“Penyakit ini berawal dari infeksi tenggorokan akibat bakteri Streptococcus group A yang tidak tertangani dengan baik. Melalui suatu mekanisme reaksi imunologis, kondisi tersebut dapat merusak katup jantung permanen pada anak,” jelas DR Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA, Subsp.Kardio(K) yang juga Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di Jakarta pada Senin, 10 November 2025. 

Penyakit jantung rematik ditandai dengan gejala seperti sesak napas, kelelahan, dan pembengkakan pada tungkai. Dalam banyak kasus, anak-anak yang menderita penyakit ini mengalami penurunan kualitas hidup bahkan berisiko cacat jantung permanen.

Piprim menekankan pentingnya kesadaran orangtua untuk segera memeriksakan anak yang mengalami sakit tenggorokan berulang.

Pengobatan antibiotik selama sepuluh hari penuh dapat mencegah terjadinya demam rematik dan penyakit jantung rematik.

Di kesempatan yang sama, Ketua Unit Kerja Koordinasi Kardiologi IDAI dokter Rizky Adriansyah, M.Ked(Ped), SpA, Subsp.Kardio(K) mengatakan penyakit jantung rematik banyak menyerang anak 5–15 tahun. Kondisi ini terutama terjadi di daerah dengan padat penduduk dan kebersihan lingkungan yang rendah.

“Anak 5–15 tahun yang tinggal di daerah padat penduduk lebih rentan terkena infeksi tenggorokan berulang. Faktor lingkungan yang kurang sehat dan akses kesehatan yang terbatas juga meningkatkan risiko penyakit jantung rematik. Kondisi sosial ekonomi berperan besar dalam tingginya angka kasus di negara berkembang seperti Indonesia,” ujarnya.

Demam rematik merupakan reaksi kekebalan tubuh yang tidak normal setelah infeksi tenggorokan. Ketika sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri, termasuk jantung, sendi, kulit, dan otak, timbul komplikasi serius.

“Jika reaksi ini mengenai jantung, bisa menyebabkan peradangan pada jantung atau karditis yang lama-kelamaan merusak katup,” jelas Rizky.

Gejala umum demam rematik antara lain nyeri sendi, demam, sesak, hingga denyut jantung tidak teratur. Apabila tidak segera ditangani, penyakit dapat berkembang menjadi gagal jantung dan meningkatkan risiko kematian dini. 

Rizku mengungkapkan pencegahan penyakit jantung rematik dapat dilakukan dengan beberapa langkah sederhana:

1. Menjaga kebersihan

2. Menghindari paparan infeksi

3. Memberikan antibiotik secara tepat kepada anak yang menderita infeksi tenggorokan akibat bakteri.

“Anak yang sudah pernah terkena demam rematik harus rutin mendapat suntikan antibiotik setiap bulan untuk mencegah kekambuhan,” ujar Rizky

Edukasi masyarakat juga menjadi kunci utama. Orangtua perlu memahami bahwa sakit tenggorokan bukan penyakit ringan jika disertai demam tinggi dan nyeri sendi.  Deteksi dini di fasilitas kesehatan dapat mencegah komplikasi berat di kemudian hari.

Selain itu, kerja sama lintas sektor seperti sekolah, puskesmas, dan pemerintah daerah diperlukan untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan anak sejak dini.

Indonesia termasuk salah satu negara endemis penyakit jantung rematik dengan angka kejadian dan kematian yang masih tinggi. Data global menunjukkan lebih dari 40 juta penderita di dunia dengan 100 ribu kematian tiap tahunnya.

Rizky menilai, hingga kini belum ada program nasional yang secara khusus menangani pencegahan dan skrining penyakit jantung rematik. Padahal, upaya deteksi dini dan pengawasan ketat bisa menurunkan angka kejadian secara signifikan.

“Negara seperti Australia dan Selandia Baru sudah menerapkan skrining massal dan program profilaksis rutin. Hasilnya angka kematian turun drastis,” katanya.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendorong pemerintah untuk memperkuat kebijakan pencegahan dan meningkatkan pelatihan bagi tenaga medis di tingkat layanan primer.

Dengan edukasi dan penanganan yang tepat, diharapkan angka penyakit jantung rematik di Indonesia dapat ditekan, dan anak-anak tumbuh lebih sehat tanpa ancaman komplikasi jantung di masa depan.