Laporan Liputan6.com dari Kuala Lumpur: Jajal Kuliner Malaysia di Tengah Gemerlap Malam Bukit Bintang

Liputan6.com, Kuala Lumpur Rangkaian lampion merah bergantung di sepanjang jalan kawasan street food Bukit Bintang, Kuala Lumpur, Malaysia.

Mendekati libur Natal dan Tahun Baru, kawasan Bukit Bintang ramai didatangi para pelancong baik dari dalam maupun luar negeri.

Berbagai ornamen seperti pohon dan lampu Natal pun menghiasi berbagai tempat termasuk pusat perbelanjaan Pavilion. Mal ini kian megah dengan dekorasi natal bernuansa emas, tak ketinggalan dengan patung-patung rusa yang gagah berdiri, membuat para pengunjung sontak mengeluarkan ponsel dan berswafoto.

Bukit Bintang adalah destinasi wisata di Kuala Lumpur, Malaysia yang begitu ramai dan gemerlap. Berbagai jenis kuliner berjejer di sepanjang jalan. Tak sedikit pedagang menawarkan menu-menu andalan mereka dengan memperlihatkan buku menu tebal lengkap dengan foto-foto makanan yang menggiurkan.

“Ayo mampir, makan di sini, halal, halal,” kata pelayan restoran saat reporter Health Liputan6.com, Ade Nasihudin berjalan menyusuri Bukit Bintang pada Rabu malam, 26 November 2025.

Usai menyusuri kawasan street food dari ujung ke ujung, pilihan pun tertuju pada restoran boga bahari Sai Woo. Ini adalah sebuah rumah makan sederhana bernuansa Chinese yang sudah berdiri sejak 1980.

Lantas, apakah makanan-makanan yang dijual di sini halal? “Halal, semua halal, saya pun Muslim,” jawab seorang pelayan kepada Health Liputan6.com.

Saat melangkah masuk ke dalam restoran, tak ada hal mencolok yang didapati. Suasananya serupa dengan restoran China di Indonesia. Perbedaan justru kentara saat memesan makanan.

Di Indonesia, cara memesan makanan adalah membaca menu dan menyebutkan jenis makanan yang ingin dipesan. Misalnya, jika di buku menu dituliskan “Mie Goreng” maka pembeli akan menyebut “Mie Goreng” untuk kemudian dicatat oleh pelayan.

Sementara, di restoran-restoran Malaysia, cara memesannya sedikit berbeda. Setiap jenis makanan diberi nomor dan nomor ini bisa sampai ratusan. Misalnya, menu mie goreng diberi nomor 205, maka pembeli perlu menyebutkan nomornya “205” sehingga pelayan pun mencatat nomor, bukan nama makanan yang dipesan.

Dalam buku menu yang tebal itu, berderet puluhan nama makanan laut dengan jenis ikan dan biota laut yang terbilang lengkap. Mulai dari kerang, kepiting, udang, hingga ikan kakap.

Menu lintas negara pun tersedia termasuk masakan Indonesia seperti Udang Saus Padang. Lalu, tak ketinggalan menu andalan Thailand seperti tom yum dalam porsi besar.

Soal rasa, masakan Cina di Malaysia ternyata tidak berbeda dengan yang ada di Indonesia. Ketika menyantap tumis kailan (Gai lan), cumi saus telur asin, hingga sup kakap putih rasanya sama-sama lezat.

Sebelum bertolak ke Bukit Bintang, Tim Health Liputan6.com berkesempatan mencicipi makanan khas Malaysia yakni nasi lemak di restoran Hospital Picaso, Petaling Jaya.

Sekilas, hidangan ini terihat seperti nasi uduk dengan ayam bakar yang biasa ditemui di Indonesia. Dalam satu piring ada nasi putih agak berwarna gading yang diletakkan di atas daun pisang, sepotong besar ayam goreng berempah, semangkuk sambal, tiga iris timun, kacang tanah goreng, telur rebus, dan ikan teri goreng.

Nasi lemak memiliki cita rasa gurih santan dan wangi pandan. Dipadukan dengan sambal yang sedikit asam karena menggunakan asam Jawa. Sementara, ayam goreng berempah khas Malaysia secara tampilan mirip dengan ayam lengkuas, hanya saja warnanya lebih pekat.

Dari sisi rasa, kedua ayam ini sangat berbeda. Ayam lengkuas cenderung gurih dan wangi. Sedangkan, ayam goreng berempah di restoran ini memiliki rasa rempah yang asing dan cenderung seperti cita rasa masakan India. Umumnya, ayam goreng berempah dibuat dengan bumbu jintan hitam, jintan manis, lengkuas, sereh, cabai merah, ketumbar, bawang merah, dan bawang putih. Dagingnya garing di luar dan lembut di dalam.