Masih Banyak Pasien Kanker Terlambat Didiagnosis, Teknologi dan Sistem Terpadu Jadi Harapan Baru

3 days ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Penanganan kanker di Indonesia masih menghadapi tantangan besar akibat tingginya angka keterlambatan diagnosis. Sampai saat kini, sekitar 60 hingga 70 persen pasien kanker baru memeriksakan diri saat stadium lanjut.

Padahal semakin tinggi stadium hal ini berdampak pada terbatasnya pilihan terapi dan menurunnya peluang kesembuhan.

Dokter spesialis bedah onkologi Sonar Soni Panigoro, Sp.B (K) Onk, M.Epid, MARS, mengatakan bahwa fenomena ini telah terjadi sejak lama dan belum banyak berubah.

“Dari dulu pasien datang ke rumah sakit itu 60–70 persen sudah stadium lanjut. Sekarang saya sudah pensiun pun kondisinya masih sama,” ujarnya dalam acara Eka Tjipto Widjaja Cancer Center bertema Pendekatan Terpadu dalam Onkologi: Adaptasi Teknologi, Kolaborasi Multidisiplin, dan Protokol Rujukan di Eka Hospital Group pada Rabu, 17 Desember 2025 di Jakarta.

Situasi tersebut mendorong Eka Tjipto Widjaja Cancer Center (ETWCC) di bawah Eka Hospital Group untuk menghadirkan pusat layanan kanker terpadu dengan dukungan teknologi mutakhir. Pusat layanan ini akan berlokasi di kawasan BSD, Tangerang Selatan dan dirancang untuk mempercepat proses deteksi serta penanganan kanker sejak tahap awal.

Deteksi Kanker Sebelum Gejala Terasa

Salah satu tantangan terbesar dalam pengendalian kanker adalah mendeteksi penyakit sebelum muncul gejala fisik. Selama ini, deteksi dini umumnya mengandalkan pemeriksaan dokter dan alat penunjang seperti mammografi. Namun, ETWCC berencana melangkah lebih jauh dengan menghadirkan layanan genomic profiling.

Teknologi ini memungkinkan tenaga medis untuk mendeteksi genetik sel kanker melalui pemeriksaan darah. Dengan metode tersebut, potensi kanker dapat diketahui lebih awal, bahkan sebelum pasien merasakan keluhan apa pun.

“Ke depan, kita bisa melakukan genomic profiling untuk beberapa jenis kanker utama. Cukup melalui sampel darah, kita sudah bisa melihat ada sel kanker atau tidak,” jelas Sonar.

Sonar menekankan, peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini menjadi kunci utama. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat diharapkan tidak menunggu gejala muncul sebelum memeriksakan diri ke dokter.

Memangkas Proses Berbelit dengan Case Manager

Selain faktor kesadaran pasien, keterlambatan diagnosis juga kerap dipicu oleh alur layanan kesehatan yang berbelit. Pasien sering kali harus berpindah dari satu dokter spesialis ke spesialis lain, mulai dari pemeriksaan awal hingga penegakan diagnosis, yang memakan waktu cukup lama.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, ETWCC akan memperkenalkan sistem Case Manager. Peran ini bertugas memandu pasien agar seluruh proses pemeriksaan dan rujukan berjalan lebih terarah dan efisien.

Dengan adanya Case Manager, pasien tidak lagi kebingungan dalam menjalani rangkaian pemeriksaan. Keputusan penanganan pun dapat diambil lebih cepat melalui diskusi antar dokter atau tumor meeting.

“Nanti akan ada case manager yang memandu pasien. Kalau pun harus melalui beberapa tahapan, alurnya sudah jelas dan terarah,” kata Sonar.

Memperluas Akses Layanan di Berbagai Wilayah

Meski fasilitas utama ETWCC akan berpusat di BSD, Eka Hospital Group juga berencana membangun jejaring layanan di berbagai lokasi lain. Langkah ini bertujuan agar pasien tidak perlu langsung datang ke BSD untuk pemeriksaan awal, melainkan dapat melakukan skrining dasar di Eka Hospital yang terdekat dari tempat tinggal mereka.

Selain itu, Eka Hospital Group tengah mengupayakan agar layanan skrining kanker ini dapat lebih terjangkau, termasuk membuka peluang kerja sama dengan program pemerintah seperti BPJS Kesehatan. Upaya ini diharapkan dapat membantu mengatasi kendala biaya yang selama ini menjadi hambatan bagi masyarakat.

Kemudian, ke depannya, ETWCC juga akan menyiapkan paket pemeriksaan komprehensif untuk mendeteksi 10 jenis kanker utama yang paling banyak dialami masyarakat Indonesia.

“Kami akan membuat paket skrining yang benar-benar komprehensif, dengan fokus pada 10 jenis kanker utama yang paling sering ditemukan di masyarakat,” ujar dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan onkologi, Muhammad Yusuf, Sp.OG (K) Onk pada kesempatan yang sama.

Melalui pendekatan teknologi, sistem layanan yang terintegrasi, serta perluasan akses, diharapkan angka keterlambatan diagnosis kanker di Indonesia dapat ditekan, sehingga peluang kesembuhan pasien semakin besar.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |