Liputan6.com, Jakarta - Masalah kesehatan gigi pada anak masih kerap dianggap sepele oleh sebagian keluarga di Indonesia. Data praktik klinis menunjukkan 70 persen anak baru dibawa ke dokter gigi ketika kondisinya sudah cukup berat.
Menurut data klinis di klinik dokter gigi Audy Dental lebih dari 70% pasien anak datang dalam kondisi gigi yang sudah cukup parah atau membutuhkan penanganan lanjut.
"Jika dibiarkan, masalah gigi sejak kecil tidak hanya berisiko menimbulkan infeksi dan nyeri, tetapi juga berdampak pada rasa percaya diri anak saat tumbuh besar,” kata dokter gigi spesialis kedokteran anak Eka Sabaty Shofiyah.
Eka mengatakan bahwa perawatan gigi anak sejak dini sangat penting karena kondisi gigi susu akan memengaruhi pertumbuhan gigi permanen, struktur rahang, hingga kebiasaan perawatan gigi anak di masa depan.
Di kesempatan yang sama, Eka mengingatkan bukan cuma anak-anak yang perlu menjaga kesehatan gig. Orang dewasa juga perlu melakukan hal serupa karena kesehatan gigi tidak hanya berkaitan dengan fungsi mulut tetapi juga berdampak pada kesehatan tubuh secara keseluruhan serta kepercayaan diri seseorang.
Eka mengingatkan orang deasa penting untuk menggosok gigi secara rutin lalu melakukan perawatan gigi secara rutin seperti scaling, topical fluoride, fissure sealant sebagai investasi kesehatan.
Membiarkan Masalah Gigi Bisa Berujung Pengaruhi Interaksi Sosial
Bila muncul masalah gigi meski sudah rajin menggosok gigi dan rutin ke dokter gigi secara berkala, maka perlu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
"Masalah gigi yang dibiarkan dapat memengaruhi kualitas makan, berbicara, hingga interaksi sosial, sementara senyum yang sehat berperan besar dalam membangun rasa percaya diri di berbagai tahap kehidupan," kata Eka.
3 Masalah Gigi di Keluarga Indonesia yang Kerap Ditemukan pada 2025
Sepanjang 2025, Audy Dental mengungkapkan tiga temuan utama masalah kesehatan gigi yang paling sering dialami keluarga Indonesia. Tiga masalah teresebut yakni ketidakharmonisan susunan gigi (maloklusi), gigi berlubang pada anak dan dewasa, serta rendahnya kebiasaan perawatan gigi preventif dan rutin.
Data praktik klinis ini selaras dengan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat bahwa 57% penduduk usia 3 tahun ke atas mengalami masalah gigi dan mulut.
“Jika dibandingkan dengan 2024, kami mencatat peningkatan lebih dari 25% pada kasus ketidakharmonisan susunan gigi serta sekitar 10% pada kasus gigi berlubang," kata CEO Audy Dental, drg Yulita Bong.
Melihat tren tersebut, upaya membangun kesadaran sejak dini dinilai penting agar masyarakat tidak lagi menunggu hingga keluhan muncul.
“Kami percaya bahwa kesehatan gigi dan senyum sehat adalah fondasi kualitas hidup. Melalui edukasi, layanan spesialis, dan akses yang luas, AUDY Dental berkomitmen mendampingi keluarga Indonesia membangun kebiasaan perawatan gigi yang berkelanjutan," kata Yulita.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5458018/original/022809100_1767069178-viagra_palsu.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5457945/original/041780600_1767067052-obat_palsu.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5457509/original/059593900_1767003638-tahun_baru.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2229107/original/018359900_1527400467-20180527-Balap-Liar-MER-ISN1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5454684/original/003885500_1766567888-Ilustrasi_perayaan_tahun_baru_2026_di_Jakarta.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/947671/original/038290000_1438838967-5_healthy-holistic-living_com.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5456127/original/034790100_1766809420-KamranAydinov.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4030659/original/062249300_1653284610-melihat-langsung-pelayanan-Faskes-Tingkat-1-BPJS-Kesehatan-ARBAS-8.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5457347/original/016217700_1766997875-Seskab_Pemulihan.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5261046/original/084816300_1750654653-20250623-Pesta_Kembang_Api-ANG_1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4700679/original/085175600_1703756766-ian-schneider-PAykYb-8Er8-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5456999/original/091421900_1766983307-farma.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5456929/original/013904000_1766981170-wold_cancer_day.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5275349/original/098248000_1751875135-e788cf8e-a1ab-495b-862a-4d13aa2a65d4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5179966/original/036500400_1743676596-20250403-Kota_Tua-HER_1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5456861/original/071467700_1766978573-Direktur_Utama_BPJS_Kesehatan__Ghufron_Mukti.jpeg)
![[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Lima Kesuksesan Penanganan Tuberkulosis di China](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/Ijzr3v2dUoIhbDr5hvRjx1LSTrg=/1200x675/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5456539/original/029590800_1766901849-WhatsApp_Image_2025-12-28_at_10.08.30_AM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4827947/original/057553500_1715335734-IMG_2435.jpeg)











:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5342972/original/013803200_1757405019-listya.jpg)












:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5344870/original/016126900_1757495648-aman.jpg)


:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5360701/original/072243700_1758720836-20250924_120820.jpg)

