NUS Tunjukkan Cara Cerdas Hadapi AI di Dunia Pendidikan tanpa Kehilangan Nilai Kemanusiaan

2 days ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran kecerdasan buatan (AI) telah membawa perubahan besar di dunia pendidikan dan industri. Menyadari hal itu, National University of Singapore (NUS) mengambil langkah progresif untuk beradaptasi dengan era baru ini.

Wakil Rektor Bidang Inovasi Pendidikan sekaligus Dekan NUS College, Professor Simon Chesterman, mengakui masih banyak pihak yang khawatir terhadap dampak AI terhadap perilaku akademik mahasiswa.

"Dengan adanya AI, mereka khawatir mahasiswanya ini cheating, padahal ini adalah sebuah realitas baru yang harus kita hadapi," ujarnya dalam sebuah diskusi media 'NUS Innovation Forum 2025' pada Jumat, 24 Oktober 2025.

Alih-alih melarang penggunaan AI, NUS justru memilih untuk menghadapinya dengan kesiapan dan pembelajaran adaptif. Kampus ternama di Asia ini kini memiliki sekitar 175 modul pembelajaran berbasis AI, yang dirancang untuk membantu mahasiswa memanfaatkan teknologi secara etis, kreatif, dan bertanggung jawab.

Professor Simon menegaskan bahwa pendekatan tersebut bertujuan agar mahasiswa tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tapi juga pencipta solusi inovatif berbasis AI.

"Kami juga mendorong para mahasiswa kami untuk melakukan eksperimen, baik itu di dalam ataupun di luar universitas," tambahnya.

Promosi 1

Keterampilan Manusia Tak Tergantikan oleh AI

Selain fokus pada penguasaan teknologi, NUS juga menaruh perhatian besar pada pengembangan besar pada pengembangan keterampilan manusia (human skills). Sebab, kemampuan berinteraksi sosial menjadi nilai penting yang belum bisa digantikan oleh mesin.

"Dan, yang ketiga adalah budaya universitas. Jadi, kami mendorong mahasiswa kami untuk belajar tidak hanya di dalam kelas, tapi juga di luar kelas," ujarnya.

Professor Simon menekankan pentingnya pengalaman belajar di luar kelas melalui kegiatan sosial, perjalanan lintas budaya, hingga proyek lintas disiplin untuk membentuk karakter mahasiswa yang utuh.

Melalui berbagai inisiatif, NUS mendorong mahasiswa untuk aktif mengeksplorasi dunia luar kampus. "Kami mendorong mereka melakukan traveling, memahami kawasan, termasuk mempererat hubungan dengan Indonesia," ujarnya 

Inisiatif ini menjadi bagian dari misi NUS untuk mencetak lulusan yang berpikiran terbuka, berjiwa global, dan siap menghadapi dunia kerja yang makin kompleks.

Professor Simon menambahkan bahwa AI memang bisa menganalisis data atau menulis program. "Namun, kemampuan manusia untuk memahami emosi, budaya, dan konteks sosial itu masih menjadi kekuatan utama kita," pungkasnya.

Kolaborasi dan Pembelajaran Bersama Indonesia

Dalam kesempatan yang sama, Professor Simon juga menyinggung pentingnya kolaborasi lintas negara di tengah perkembangan AI.

"Tidak ada dari kita yang punya semua jawaban. Kami juga ingin belajar, termasuk membandingkan pendekatan kami dengan Indonesia," ujarnya

Sebagai bagian dari komitmen itu, NUS akan menggelar NUS Innovation Forum yang turut melibatkan berbagai mitra dari Indonesia. Forum ini menjadi wadah untuk berbagi pengalaman, riset, serta membahas potensi kolaborasi antara teknologi dan kemanusiaan di Asia Tenggara.

Salah satu program unggulan yang dibentuk adalah Acacia College, sebuah inisiatif baru dari NUS yang menggabungkan studi lintas disiplin antara AI, ilmu sosial, dan humaniora.

Melalui program ini, mahasiswa diajak untuk mengeksplorasi hubungan antara teknologi dan nilai-nilai manusia, agar mereka mampu menciptakan inovasi yang beretika dan berdampak positif bagi masyarakat.

"Kami percaya bahwa masa depan pendidikan tidak hanya tentang menguasai teknologi, tapi juga tentang memahami manusia," kata Simon.

Langkah-langakh progresif NUS ini menjadi inspirasi bagi perguruan tinggi di kawasan Asia, termasuk Indonesia, untuk menyongsong masa depan pendidikan yang kolaboratif, etis, dan berpusat pada manusia.

Foto Pilihan

Tenaga kesehatan Siti Nurjanah (kiri) dibantu rekan-rekannya memberikan vaksin campak kepada seorang anak dalam kampanye vaksinasi campak dari rumah ke rumah menyusul wabah di Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, Senin 8 September 2025. (AP Photo/Dita Alangkara)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |