5 Cara Cegah Skoliosis, Salah Satunya Pastikan Tas Sekolah Anak Tak Terlalu Berat

5 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko atau mencegah keparahan skoliosis. Meskipun, tidak semua jenis skoliosis bisa dicegah, terutama yang bersifat idiopatik atau bawaan.

Dokter spesialis ortopedi & traumatologi, konsultan tulang belakang RS EMC Cikarang, Pekayon & Sentul, dr. I Made Buddy Setiawan, M.Biomed, Sp.OT(K)Spine, menjelaskan, beberapa cara yang bisa diupayakan adalah:

Perhatikan Postur Tubuh

Biasakan duduk dan berdiri dengan posisi tubuh tegak. Hindari kebiasaan membungkuk atau menyandarkan berat tubuh pada satu sisi terlalu lama.

Gunakan Tas Punggung dengan Benar

Pastikan tas sekolah anak tidak terlalu berat dan selalu digunakan di kedua bahu, bukan satu bahu saja.

Olahraga Secara Teratur

Aktivitas fisik seperti berenang, yoga, atau senam punggung dapat membantu memperkuat otot-otot penyangga tulang belakang.

Pemeriksaan Rutin pada Anak

Lakukan pemeriksaan tulang belakang secara berkala, terutama pada masa pertumbuhan anak. Deteksi dini sangat penting agar penanganan bisa lebih efektif.

Nutrisi yang Baik

Konsumsi makanan yang kaya kalsium dan vitamin D untuk menjaga kesehatan tulang sejak dini.

“Secara medis, skoliosis adalah kondisi di mana tulang belakang membentuk kurva abnormal ke arah samping, menyerupai huruf “S” atau “C”,” kata Buddy mengutip laman EMC, Senin (30/6/2025).

Normalnya, tulang belakang manusia memiliki sedikit lengkungan ke depan dan belakang, namun tetap lurus jika dilihat dari belakang. Pada pengidap skoliosis, lengkungan ini terjadi ke kanan atau kiri secara signifikan.

Skoliosis dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja, terutama menjelang masa pubertas. Wanita lebih berisiko mengalami skoliosis dibanding pria.

Seorang wanita memiliki payudara dengan ukuran K, ia terkena skoliosis ringan dan sedang mengumpulkan biaya untuk operasi

Penyebab Skoliosis

Skoliosis dapat terjadi karena berbagai faktor. Berdasarkan penyebabnya, skoliosis dibagi menjadi beberapa jenis, yakni:

Skoliosis Idiopatik

Ini adalah jenis skoliosis yang paling umum (sekitar 80 persen kasus), dan penyebab pastinya belum diketahui. Biasanya muncul pada masa pertumbuhan remaja.

Skoliosis Kongenital

Skoliosis ini terjadi sejak lahir akibat perkembangan tulang belakang yang tidak sempurna saat dalam kandungan.

Skoliosis Neuromuskular

Disebabkan oleh gangguan saraf dan otot, seperti cerebral palsy, distrofi otot, atau spina bifida.

Skoliosis Degeneratif

Terjadi pada orang dewasa, biasanya akibat kerusakan tulang belakang karena usia, osteoarthritis, atau cedera tulang belakang.

Komplikasi Skoliosis

Jika tidak ditangani dengan baik, skoliosis bisa menimbulkan komplikasi jangka panjang seperti:

  • Nyeri kronis: akibat tekanan tidak seimbang pada otot dan sendi.
  • Gangguan pernapasan: bila lengkungan tulang belakang menekan paru-paru.
  • Masalah penampilan dan kepercayaan diri: terutama pada remaja.
  • Keterbatasan aktivitas fisik: karena nyeri dan kelemahan otot.

Gejala Skoliosis

Gejala skoliosis bisa bervariasi, tergantung pada tingkat keparahannya. Beberapa tanda umum yang dapat dikenali antara lain:

  • Salah satu bahu tampak lebih tinggi dari yang lain.
  • Tulang belikat yang menonjol.
  • Panggul tidak sejajar.
  • Salah satu sisi tulang rusuk terlihat lebih menonjol saat membungkuk.
  • Postur tubuh tampak miring ke satu sisi.
  • Nyeri punggung atau kelelahan otot, terutama setelah berdiri atau duduk dalam waktu lama.
  • Pada kasus berat, bisa muncul gangguan pernapasan karena tekanan pada paru-paru.

“Meskipun awalnya tampak ringan atau tanpa gejala yang jelas, skoliosis yang tidak ditangani dengan baik dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan. Mulai dari rasa nyeri, gangguan postur tubuh, hingga masalah pernapasan bisa menjadi komplikasi serius dari kondisi ini,” terang Buddy.

Penanganan Skoliosis

Penanganan skoliosis sangat bergantung pada usia pasien, tingkat keparahan lengkungan tulang, serta jenis skoliosis yang dialami. Berikut beberapa pilihan penanganannya:

Pemantauan Rutin

Jika skoliosis masih ringan (kurva <20 derajat), biasanya dokter hanya akan melakukan observasi secara berkala. Ini dilakukan untuk melihat apakah kelengkungan memburuk seiring waktu.

Fisioterapi dan Latihan Khusus

Terapi fisik bertujuan untuk memperkuat otot punggung, meningkatkan fleksibilitas, dan memperbaiki postur tubuh. Beberapa metode populer seperti Schroth Method atau SEAS (Scientific Exercise Approach to Scoliosis) terbukti membantu memperlambat progresi skoliosis.

Penggunaan Penyangga (Brace)

Brace atau penyangga punggung direkomendasikan pada anak atau remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan dengan kurva 25–40 derajat. Brace tidak menyembuhkan skoliosis, namun bisa mencegah kelengkungan makin parah.

Operasi (Spinal Fusion)

Pada kasus berat (kurva >45–50 derajat), dokter bisa menyarankan operasi fusi tulang belakang untuk memperbaiki bentuk tulang dan mencegah kelengkungan bertambah. Operasi biasanya dilakukan jika skoliosis menyebabkan nyeri hebat, gangguan fungsi paru, atau masalah postur serius.

“Skoliosis memang sering dianggap sepele, namun dampaknya bisa sangat besar jika diabaikan. Deteksi dini dan penanganan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius di masa depan. Jika Anda atau anak Anda mengalami tanda-tanda skoliosis, segera konsultasikan ke tenaga medis profesional untuk mendapatkan pemeriksaan dan saran terbaik,” tutup Buddy.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |