Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang dirilis awal 2025 menunjukkan, hampir 20 persen anak Indonesia mengalami stunting.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin pada kesempatannya di kegiatan diseminasi hasil SSGI menjelaskan bahwa stunting tidak hanya terjadi setelah anak lahir, tetapi sudah dapat dimulai sejak dalam kandungan. Oleh karena itu, intervensi, salah satunya melalui tenaga kesehatan seperti bidan, menjadi kunci dalam upaya memutus mata rantai permasalahan ini.
Guna memperkuat peran bidan dalam mencegah stunting sejak dalam kandungan, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) meluncurkan Buku Panduan Nutrisi Esensial pada Setiap Tahapan Kehamilan. Materi dalam buku ini disusun secara sistematis berdasarkan referensi ilmiah dan masukan para ahli serta memerhatikan kondisi nyata di lapangan.
Di dalamnya memuat informasi praktis mengenai kebutuhan nutrisi esensial di setiap trimester kehamilan, panduan pencegahan risiko komplikasi seperti anemia dan preeklamsia. Serta, pendekatan komunikasi empatik untuk meningkatkan efektivitas edukasi kepada ibu dan keluarga.
“Bidan merupakan titik awal pendampingan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak di masyarakat. Dengan hadirnya Buku Panduan Nutrisi Esensial pada Setiap Tahapan Kehamilan ini, kami berharap para bidan memiliki referensi praktis yang dapat langsung diterapkan dalam edukasi gizi bagi ibu hamil, sehingga risiko stunting dapat ditekan sejak dini,” ujar Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia, Dr. Ade Jubaedah SSIT Bdn. MM, MKM,. mengutip keterangan pers, Senin (30/6/2025).
ASI eksklusif merupakan langkah penting dalam mencegah stunting sejak dini karena memberikan nutrisi yang optimal bagi pertumbuhan bayi. Dengan menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama, anak mendapatkan zat gizi yang diperlukan untuk perke...
Edukasi Ibu Sejak Awal Kehamilan
Dalam keterangan yang sama, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, konsultan fetomaternal, Prof. Dr. dr. Noroyono Wibowo, Sp.OG(K), mengatakan, kekurangan energi kronis dan kekurangan zat gizi masih menjadi masalah.
“Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah, stunting, bahkan komplikasi dan pendarahan pada ibu. Di sinilah peran tenaga kesehatan menjadi sangat krusial dalam memberikan edukasi gizi ibu sejak awal kehamilan,” jelas Noroyono.
“Dengan pendampingan dan edukasi yang tepat, kita dapat menekan angka risiko bahkan kematian ibu dan bayi, serta memastikan pertumbuhan janin berjalan sehat dan ideal,” tambahnya.
Pemenuhan Gizi Ibu Hamil Sangat Wajib dan Spesifik
Sementara, Health Communicator Kalbe Nutritionals, dr. Dewi Virdianti Pangastuti, menjelaskan, pemenuhan gizi ibu hamil sangat wajib dan spesifik.
“Contohnya, DHA dan Omega-3 berperan penting dalam pembentukan serta perkembangan otak bayi, dan tetap dibutuhkan pasca melahirkan karena DHA juga disalurkan melalui ASI (air susu ibu),” ucapnya.
Sementara itu, kalsium berperan penting dalam pembentukan tulang janin sekaligus menjaga kekuatan tulang ibu.
“Melalui inovasi, kolaborasi, edukasi yang tepat, serta dukungan produk dengan nutrisi yang berkualitas, kami berharap dapat terus mendampingi perempuan siap menjadi ibu dan berkontribusi dalam mempersiapkan generasi masa depan sejak dari awal kehidupan,” tutup Business Group Manager Prenagen, Junita.