Liputan6.com, Jakarta Kepala sekolah SMKN 1 Dawuan, Subang, Jawa Barat R. Eris Gariani viral di media sosial saat menjadi pembina upacara di depan para siswa.
Dalam video yang diunggah akun Tiktok SMKN 1 Dawuan, Eris membahas soal pacaran di usia remaja. Menurutnya, pacaran di usia remaja adalah pilihan yang buruk.
“Fokus nak yah punya cita-cita, kalau kalian sibuk pacaran tercapai enggak tuh cita-citamu? Enggak akan tercapai karena sejak pacaran aja udah dibelenggu oleh pacarmu, enggak boleh bergaul, selalu harus laporan, cape hidup begitu, paham sayang?” kata Eris kepada murid-muridnya.
Hingga Sabtu siang, 23 November 2024, unggahan ini telah ditonton 2,4 juta kali dengan 107,4 ribu suka, dan 8,6 ribu komentar.
Tak sedikit warganet memuji Eris atas materi yang disampaikan pada siswa-siswi. Bahkan ada pengguna Tiktok yang berharap Eris menjadi Menteri Pendidikan.
“Boleh nggak ibu ini dijadikan Menteri Pendidikan?” kata warganet.
“Ibu kenapa dulu tidak menjadi kepsek di sekolahku,” kata warganet lain.
Senada dengan Eris, praktisi parenting dan kriminolog Haniva Hasna menjelaskan mengapa pacaran di usia remaja sebaiknya dihindari.
“Karena usia remaja adalah masa perkembangan di mana mereka masih mencari jati diri, belum matang secara emosional dan rentan terhadap berbagai macam dampak negatif,” kata perempuan yang akrab disapa Iva kepada Health Liputan6.com melalui keterangan tertulis, Sabtu (23/11/2024).
Saat anak beranjak dewasa, terjadi perubahan pada diri mereka yang membuat mereka terkesan lebih keras kepala.
Berbagai Masalah yang Bisa Dialami Remaja Jika Pacaran
Iva menambahkan, jika remaja mulai berpacaran, maka beberapa dampak yang bisa terjadi adalah:
Stress, depresi bahkan perilaku destruktif, akibat ketidakmatangan emosi.
Gangguan pada proses belajar, karena fokusnya menjadi teralihkan untuk menjalin hubungan, membangun kepercayaan, mengelola kecemburuan, sikap posesif serta drama pacaran yang tentunya menguras pikiran.
Akan terjadi perubahan peran sosial dan keseimbangan hidup, karena remaja yang terlalu fokus pada hubungan cenderung mengesampingkan keluarga, pertemanan, hobby, kondisi ini mempengaruhi keseimbangan hidup dan hubungan sosial.
Hubungan cinta yang dibangun di usia remaja sering kali tidak bertahan lama karena belum ada dasar yang kuat, tidak ada kedewasaan cara berpikir, emosional atau kesamaan visi.
Apa Pacaran di Usia Remaja Bisa Membawa Dampak Positif?
Lebih lanjut Iva menerangkan, di balik berbagai dampak negatifnya, pacaran pada remaja juga memiliki sisi positif jika dilakukan dalam bimbingan dan pengawasan orangtua.
“Pacaran di kalangan remaja bisa berdampak positif jika dilakukan dengan sehat, dalam batasan yang jelas, dan mendapat bimbingan dan pengawasan orangtua. Sebetulnya dalam pacaran itu, remaja belajar menjalin hubungan interpersonal,” kata Iva.
Hubungan yang baik dan sehat menjadi sarana untuk remaja belajar membangun kepercayaan, kompromi dan saling menghormati. Kondisi ini membantu remaja dalam memahami dinamika hubungan manusia secara lebih mendalam.
Lebih Baik Sibuk Mencari Jati Diri Ketimbang Pacaran
Hubungan yang terjalin dengan baik dan saling mendukung juga bisa menjadi sarana mengembangkan kemampuan komunikasi, mengekspresikan perasaan, mendengarkan pendapat orang lain, serta menyelesaikan konflik.
“Keterampilan komunikasi ini berguna untuk kehidupan sosial mereka di masa depan,” kata Iva.
Sisi positif lainnya adalah dapat menumbuhkan empati dan kepedulian, serta motivasi untuk pengembangan diri. Karena dalam sebuah hubungan sehat akan terjadi saling support untuk mencapai tujuan baik dalam sisi prestasi akademik maupun hobi.
“Catatan, kondisi ini tetap sangat sulit karena biasanya remaja yang fokus dengan pendidikan dan pengembangan diri lebih memilih untuk tidak pacaran. Sebaik-baik remaja adalah yang sibuk mencari jati diri dengan prestasi karena gagal dalam prestasi saja sudah membuat sakit hati, apalagi gagal dalam prestasi ditambah dengan konflik pasangan yang sangat mengganggu perasaan,” ujar Iva.