MSG Bisa Bantu Lezatkan Masakan Tanpa Garam Berlebih, Asal Sesuai Takaran

1 month ago 52

Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia kuliner, cita rasa menjadi faktor penting untuk memuaskan selera. Namun, meningkatnya kesadaran akan kesehatan membuat banyak orang mulai memantau konsumsi garam mereka.

Berdasarkan sejumlah penelitian, konsumsi garam berlebih bisa memicu masalah kesehatan serius, seperti hipertensi dan penyakit jantung. Lalu bagaimana cara menjaga kelezatan makanan tanpa harus menambah jumlah garam? Salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan yakni penggunaan monosodium glutamate atau MSG.

Kenapa Penting Mengurangi Garam?

Garam yang merupakan sumber utama natrium, berperan penting bagi fungsi tubuh. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan konsumsi natrium harian maksimal 2.000 mg/hari. Jumlah tersebut setara dengan satu sendok teh garam per orang per hari.

Sayangnya, banyak orang, termasuk masyarakat Indonesia, masih mengonsumsi garam melampaui batas tersebut. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, konsumsi rata-rata natrium masyarakat Indonesia mencapai sekitar 3.000 mg/hari.

Menurut Kementerian Kesehatan Ri, konsumsi garam berlebih akan meningkatka jumlah natrium dalam sel dan mengganggu keseimbangan cairan. Kondisi ini akan mengecilkan diameter pembuluh darah arteri sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat yang berakibat meningatnya tekanan darah. Peningkatan tekanan darah akan berpengaruh pada peningkatan kerja jantung, pada akhirnya dapat meningkatkan risiko individu mengalami serangan jantung dan stroke.

Konsumsi garam berlebih juga dapat mengganggu fungsi ginjal karena menambah protein dalam organ tersebut dan akibatnya meningkatkan risiko gangguan hinjal bahkan batu ginjal.

Penggunaan MSG untuk Kurangi Konsumsi Garam

MSG merupakan garam natrium dari asam glutamat yang secara alami dapat ditemukan dalam bahan makanan seperti tomat, keju dan daging.

MSG dikenal sebagai penambah rasa yang dibuat dari ekstrak tetes tebu yang difermentasi menjadi kristal berwarna putih. Sebagai penguat rasa, MSG memberi cita rasa gurih umami.

Salah satu keunggulan MSG adalah kandungan natriumnya yang jauh lebih rendah dibandingkan garam meja biasa. Jika garam mengandung sekitar 39 persen natrium, maka MSG hanya 12 persen. Hal ini memungkinkan penggunaan MSG untuk mengurangi penggunaan garam hingga 30 persen dalam masakan tanpa mengorbankan cita rasa.

Ada tiga kandungan zat dalam MSG yaitu asam glutamat 78 persen, natrium 12 persen, dan air 10 persen. Asam glutamat yang menjadi zat utama MSG merupakan asam amino yang tidak berbeda dengan asam amino yang terkandung dalam makanan alami sehar-hari.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Nutrition menemukan bahwa penggunaan MSG dapat membantu menurunkan kadar natrium dalam makanan tanpa mengurangi kepuasan rasa. Responden yang diberi makanan dengan MSG merasakan tingkat kepuasan rasa yang sama, atau bahkan lebih tinggi, dibandingkan makanan dengan kandungan garam yang lebih tinggi.

Takaran Aman Konsumsi MSG

Meski penggunaan MSG dalam jumlah yang disarankan memiliki manfaat, mitos terkait efek samping negatif penguat rasa ini masih beredar luas. Sebagian orang khawatir, MSG dapat menyebabkan sakit kepala atau reaksi alergi.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) serta WHO telah menyatakan bahwa MSG aman digunakan dalam makanan. Masyarakat di negara-negara Eropa umumnya menggunakan MSG dalam jumlah stabil, berkisar antara 5-12 gr/hari. WHO pun menetapkan asupan harian MSG yang dapat diterima oleh tubuh manusia adalah 0-120 mg/kgBB.

Di Indonesia, MSG merupakan salah satu bahan tambahan pangan penguat rasa yang paling aman dan diizinkan untuk dikonsumsi. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.033 Tahun 2012 dengan takaran secukupnya. Aturan lain adalah Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan RI No.23 tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Penguat Rasa. Inti dari aturan aturan ini adalah MSG aman dikonsumsi dalam takaran yang sesuai.

Anak-anak Palestina menerima tetesan vaksin sebagai bagian dari program vaksinasi polio di Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah pada 14 Oktober 2024. (Eyad BABA/AFP)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |