Liputan6.com, Jakarta - Bagi penderita kolesterol tinggi dan asam urat, diet yang tepat sangat penting untuk menjaga kesehatan. Namun, diet harus disesuaikan secara khusus, karena tidak semua pola makan cocok untuk setiap orang.
Dokter Spesialis Gizi Klinik di Siloam Hospitals Lippo Village, dr. Mulianah Daya, Sp.GK, menjelaskan pentingnya personalized nutrition atau nutrisi yang disesuaikan dengan kebutuhan individu.
"No one’s fit for all," kata Mulianah saat berbincang dengan Health Liputan6.com dalam sebuah kesempatan di Tangerang, Banten, belum lama ini.
Artinya, diet yang berhasil pada satu orang belum tentu efektif pada orang lain, karena setiap orang memiliki kondisi dan preferensi yang berbeda.
Diet Sehat Itu Seperti Apa?
Personalized nutrition adalah konsep diet yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan masing-masing orang. "Diet untuk kamu, misalnya, bisa saja berbeda dengan diet untuk orang lain," kata Mulianah.
Sebagai contoh, jika seseorang tidak menyukai atau tidak cocok mengonsumsi susu, tentu menu dietnya akan disesuaikan. "Kalau pun ada yang perlu mengonsumsi susu, caranya tetap akan disesuaikan terutama jika ada masalah kolesterol tinggi, asam urat, dan lain-lain," tambahnya.
Karena kebutuhan yang berbeda inilah, konsultasi dengan ahli gizi menjadi sangat penting. Dalam konsultasi, biasanya dilakukan pemeriksaan detail dan penyesuaian menu yang dirancang khusus.
"Untuk menjelaskan ini semua, dibutuhkan sesi konsultasi yang cukup panjang," katanya. Sesi ini membantu agar diet yang diterapkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan kesehatan pasien.
Bagaimana Diet yang Baik dan Benar?
Menentukan pola makan atau diet yang tepat harus diawali dengan langkah yang benar agar hasilnya optimal. Mulianah memberikan panduan praktis tentang cara memulai diet yang baik berdasarkan kondisi tubuh setiap individu.
1. Mulai dengan Pemeriksaan Status Gizi
Sebelum menentukan diet, Mulianah menyarankan agar setiap orang melakukan screening status gizi untuk mengetahui kebutuhan nutrisi yang spesifik.
Tahap ini mencakup pemeriksaan indeks massa tubuh (IMT), yang berfungsi mengukur apakah seseorang memiliki berat badan ideal atau perlu menurunkan berat badan.
Cara menghitung IMT cukup sederhana. IMT didapatkan dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. Misalnya, jika seseorang memiliki berat badan 60 kg dan tinggi 1,7 meter, perhitungannya adalah 60 dibagi (1,7 x 1,7).
Hasil IMT ini kemudian dapat dikategorikan:
- Normal: IMT antara 18,5 hingga 22,9
- Berat badan lebih: IMT antara 23 hingga 24,9
- Obesitas: IMT di atas 25
Mulianah, menekankan, semakin tinggi angka obesitas, semakin besar pula risiko seseorang terhadap sindrom metabolik, yaitu gangguan metabolisme yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi.
2. Lakukan Pemeriksaan Komposisi Tubuh
Selain IMT, pemeriksaan komposisi tubuh juga penting untuk mengidentifikasi distribusi lemak dalam tubuh.
Mulianah menjelaskan bahwa seseorang bisa saja memiliki berat badan yang normal tetapi menyimpan lemak berlebih di area perut, yang dikenal sebagai visceral obesity atau obesitas visceral.
Jenis lemak ini berbahaya karena letaknya yang dekat dengan organ vital, sehingga berpotensi meningkatkan risiko penyakit metabolik.
Dengan mengetahui komposisi tubuh secara lebih mendalam, seseorang bisa menyesuaikan diet untuk mengurangi lemak yang tidak terlihat tetapi berdampak besar terhadap kesehatan.
Bagaimana Cara Diet untuk Penderita Diabetes?
Bagi penderita diabetes, pengelolaan gula darah yang efektif bisa dilakukan melalui perubahan gaya hidup.
Mulianah menekankan bahwa penanganan diabetes tidak harus selalu mengandalkan obat-obatan. Dengan pola makan dan rutinitas olahraga yang teratur, kadar gula darah bisa dikendalikan secara alami.
Menurut Mulianah, langkah pertama untuk mengelola diabetes adalah lifestyle modification atau perubahan gaya hidup. Melalui pengaturan makan yang tepat dan berolahraga, banyak pasien yang dapat menjaga kadar gula darahnya tetap stabil.
Bahkan, pasien yang konsisten menerapkan pola hidup sehat ini sering kali dapat mengurangi dosis obat, atau dalam beberapa kasus, berhenti sepenuhnya dari pengobatan.
Dia menekankan pentingnya pemahaman mendalam bagi setiap pasien diabetes untuk mengelola pola makan harian mereka.
Dengan mengatur asupan karbohidrat, gula, dan lemak, serta memilih makanan yang rendah indeks glikemik, pasien dapat merasakan manfaat signifikan bagi kesehatan mereka.
"Pasien yang disiplin mengatur pola makan dan olahraga bisa mengurangi dosis obat, bahkan berhenti dalam beberapa kasus," ujarnya kepada Health Liputan6.com. Jadi, diet yang baik bukan hanya tentang apa yang dimakan, tapi bagaimana menjalani gaya hidup sehat secara keseluruhan.