Liputan6.com, Jakarta Pemborosan pangan hingga menjadi sampah makanan atau food waste adalah hal yang perlu dihindari karena memiliki dampak negatif bagi lingkungan.
Indonesia tercatat sebagai negara yang menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan setiap tahunnya. Ini diungkap dalam data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UN Environment Programme (UNEP) 2022.
Tak hanya dilihat dari sisi lingkungan, membuang-buang makanan juga dilarang oleh agama.
“Islam sebagai agama yang bersifat fleksibel tentunya sangat memperhatikan hal-hal substansial bagi umat manusia. Termasuk aturan menjaga pola konsumsi terhadap makanan dengan tidak melakukan pemborosan pangan,” kata Alumni Khas Kempek dan Mahad Aly Jakarta, Alwi Jamalulel Ubab, mengutip laman NU Online, Jumat (21/2/2025).
Maka dari itu, menjadi sangat penting bagi manusia untuk menjaga pola konsumsi dengan misalnya membeli makanan secukupnya, tidak membuang-buang makanan, hingga mengurangi limbah makanan dengan memanfaatkannya sebagai kompos.
Alwi menambahkan, menjaga pola konsumsi yang proporsional adalah salah satu bentuk menjaga lingkungan. Sebab, menjaga pola konsumsi yang baik dapat mengurangi pemborosan pangan, sehingga limbah makanan yang dihasilkan pun semakin minim.
Sebagai agama, Islam menawarkan solusi terbaik untuk mengatasi sampah makanan mulai dari ruang lingkup terkecil kehidupan, yakni individu. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menjaga pola konsumsi yang baik dengan tidak berlebihan dalam makan dan minum. Islam melalui Al-Quran menjelaskan pentingnya bagi umat manusia untuk tidak berlebihan dalam pola konsumsi makanan. Dengan mengatur mulai dari cara memperoleh makanan yang baik hingga menerapkan pola hidup sehat dalam urusan pakaian, makan dan minum dengan tidak berlebihan.
Banyak bisnis boga di AS setiap malam menjual kelebihan makanan yang tidak terjual ke tempat sampah. Kini ada aplikasi ponsel yang membantu toko menjual kelebihan makanan mereka ke pelanggan yang membutuhkan dengan harga diskon. Berikut laporan Helmi...
Firman Allah Soal Makan Tak Boleh Berlebihan
Allah berfirman dalam surat Al-Araf ayat 31:
يَا بَنِيْ أَدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ
Artinya: “Wahai anak cucu Adam, Pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Pada ayat tersebut, Allah memerintahkan manusia untuk memakai pakaian yang baik, memakan makanan dan meminum minuman yang baik serta tidak berlebihan. Sebab berlebihan dalam makanan dan minuman apalagi sampai membuangnya akan menimbulkan bencana tersendiri.
Selain menekankan pentingnya menjaga pola makan untuk kesehatan jasmani, ayat ini juga menjelaskan bagaimana pentingnya memiliki kesadaran pada lingkungan dengan tidak berlebihan dalam pola konsumsi.
Jaga Pola Konsumsi
Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-Adzim, Juz III, halaman 407 mengutip riwayat dari Imam Ahmad, menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw sangat menganjurkan untuk tidak berlebihan dalam makan, minum, serta pakaian.
Ini membuktikan Nabi Muhammad saw sangat memerhatikan kesehatan umatnya dengan menjaga pola konsumsi.
Rasulullah saw bersabda: كُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَالْبَسُوْا وَتَصَدَّقُوْا فِيْ غَيْرِ مَخِيْلَةٍ وَلَا سَرَفٍ فَإِنَّ اللهَ يُحِبُّ أَنْ يَرَى نِعْمَتَهُ عَلَى عَبْدِهِ
Artinya: “Makanlah, minumlah, pakailah (pakaian) dan bersedekahlah tanpa berlebihan. Sungguh Allah menyukai melihat nikmat-Nya ada pada hamba-Nya,” (HR. Ahmad).
Tiga Bagian Perut Manusia
Dalam hadits lain yang juga diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah saw bahkan memberikan metodenya untuk menjaga kesehatan tubuh sekaligus dalam rangka menjaga pola konsumsi yang baik.
Nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa perut manusia hendaknya dibagi ke dalam tiga bagian dalam mengatur pola makan dan minum. Yaitu sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga yang lain untuk udara.
Rasulullah saw bersabda: مَا مَلَأَ ابْنُ آدَمَ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ حَسْبُ ابْنِ آدَمَ أَكَلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ فَاعِلًا لَا مَحَالَةَ، فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسَهِ
Artinya: “Tidak ada wadah yang penuh dan lebih buruk dari perut manusia. Cukuplah untuk memakan makanan yang dapat memberikan energi bagi tubuh, jika manusia melakukannya maka tidaklah mengapa. Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga lagi untuk udara,” (HR. Ahmad).
Kedua hadits di atas menunjukkan betapa Nabi Muhammad saw dengan tegas menganjurkan umatnya untuk menjaga pola hidup dengan menjaga pola konsumsi yang baik. Menjaga kesehatan sangat penting dilakukan, sebab menjadi wasilah untuk terus beribadah kepada Allah.