Cara Bijak Mengenali Minat Anak ala dr. Reisa: Sabar, Ikhlas, dan Terbuka

10 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia parenting, tidak sedikit orang tua yang buru-buru menentukan bakat atau minat anak sejak dini. Namun, tidak dengan dr. Reisa Broto Asmoro. 

Dokter, model, dan pembawa acara ini mengatakan bahwa memperkenalkan anak kepada berbagai pengalaman justru jauh lebih penting daripada langsung mengarahkan mereka ke satu jalur saja.

"Alhamdulillah saya termasuk orang yang percaya bahwa memaparkan sebanyak mungkin kesempatan untuk anak-anak itu akan lebih baik," ujar dr. Reisa dalam diskusi media 'Waktu Tak Bisa Kembali' di Jakarta belum lama ini. 

Dia berpendapat bahwa mengenalkan anak pada berbagai aktivitas akan membantu mereka menemukan potensi diri secara lebih alami, bukan semata karena keinginan orang tua.

Bagaimana Cara Kita Mengetahui Bakat Anak?

Sebagai orang tua, sangat penting untuk tidak buru-buru menyimpulkan apakah suatu aktivitas cocok atau tidak untuk anak hanya karena mereka tidak langsung menyukainya. 

Misalnya, anak pertama dr. Reisa, Raden Satriyo Daniswara Broto Asmoro, pernah menyukai sepak bola. 

Namun, setelah beberapa kali bermain, bocah laki-laki yang dipanggil Yoga tersebut sempat berkata lelah dan tidak mau melanjutkan.

"Kadang kita terlalu dini menilai. Oh, berarti ini bukan jalannya. Padahal, bisa jadi itu cuma karena mood swing sesaat," kata dr. Reisa. 

Dia mengingatkan bahwa anak-anak memiliki dinamika emosi yang berubah-ubah, sehingga butuh waktu dan kesabaran dari orang tua untuk benar-benar melihat ketertarikan anak yang sesungguhnya.

Peran Orang Tua: Sabar, Konsisten, dan Mendukung

Bagaimana cara dan peran orang tua dalam mengembangkan bakat yang dimiliki oleh anak? 

Menurut dr. Reisa, proses mengenalkan berbagai kegiatan kepada anak bukan hanya menyita waktu si Kecil, tetapi juga orang tua. 

Kegiatan seperti les musik, bela diri, melukis, atau berenang memerlukan komitmen dari orang tua untuk mendampingi dan mendukung anak secara konsisten.

"Mulai harus dengan kesabaran dan keikhlasan menemani mereka di situ dan menemani berbagai mood-nya mereka," tambahnya.

Fokus dan Proses, Bukan Sekadar Hasil

Pengalaman dr. Reisa memperkenalkan musik kepada anak pertamanya, Raden Rara Ramania Putri Broto Asmoro, juga menjadi bukti bahwa setiap kegiatan memiliki manfaat tersembunyi. 

Bukan semata agar anak bisa mahir bermain piano, tetapi ada nilai penting lain yang bisa diasah.

Misalnya, Ramania yang memiliki rentang fokus pendek, diajak belajar piano agar bisa belajar untuk tetap konsentrasi dari awal hingga akhir.

"Dia susah banget fokus. Ketika baru mulai berapa menit, dia sudah ke yang lain, hilang, buyar semuanya," katanya. 

Dr. Reisa pun selalu mengingatkan anak perempuannya itu untuk fokus dari awal sampai akhir.

"Saya bilang ke dia bahwa dalam satu partitur untuk membuat satu lagu, semua part itu harus dilalui. Kamu skip satu, enggak jadi lagunya," katanya dengan lugas.

Hal serupa juga terjadi pada Yoda, yang selalu ingin tahu akhir cerita saat membaca buku.

"Dia kayak yang enggak sabar gitu. Pasti dia akan buka halaman terakhirnya, apa sih ending ceritanya?," cerita dr. Reisa. 

"Saya juga bilang ke dia you have to learn the process. Kamu harus pelan-pelan sampai akhirnya kamu tahu ending ceritanya," tambahnya.

Manfaat Lain dari Aktivitas Anak

Hal terpenting menurut dr. Reisa adalah tidak menyesal saat anak tidak cocok dengan satu aktivitas. Justru, setiap pengalaman tetap memberikan pelajaran yang berarti. 

Misalnya, meskipun anak tidak menjadi pianis, mereka tetap bisa mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut, seperti fokus, disiplin, dan kesabaran.

"Jadi, jangan terus berpikir bahwa kok anak saya enggak mau jadi pianis? Engga gitu juga. Banyak sekali hal yang bisa kita dapatkan dari aktivitas anak," pungkasnya.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |