Cegah Anemia di Masa Kehamilan, Investasi Kesehatan Jangka Panjang Ibu dan Anak

5 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Anemia pada masa kehamilan berdampak langsung pada meningkatnya risiko bayi lahir prematur, stunting, hingga kematian ibu saat melahirkan. 

Dokter spesialis kandungan, Matthew Simangunsong, menyampaikan bahwa anemia juga menyebabkan gangguan konsentrasi, kelelahan, dan penurunan imunitas pada perempuan.

Guna mencegah anemia di masa kehamilan, maka kebutuhan nutrisi ibu harus terpenuhi. Hal ini tak hanya bisa membuat ibu sehat tapi juga menjadi investasi jangka panjang untuk anak agar tumbuh optimal.

“Pemenuhan nutrisi selama kehamilan bukan hanya soal kesehatan ibu, tapi juga tentang investasi jangka panjang untuk kualitas generasi masa depan. Kekurangan zat besi dan vitamin esensial harus dicegah sedini mungkin,” ujar Matthew dalam talkshow bertajuk Nutrisi Esensial Mewujudkan Generasi Sehat bersama PYFAHEALTH di Cipete, Jakarta, Rabu (23/4/2025).

Upaya mendorong pemenuhan nutrisi ibu hamil juga perlu diperkuat dengan edukasi berkelanjutan. Maka dari itu, dalam talkshow tersebut diperkenalkan kampanye bertajuk Perempuan Hebat, Generasi Kuat. Ini adalah bentuk dukungan terhadap perempuan Indonesia agar lebih sadar pentingnya gizi yang tepat sejak masa kehamilan.

“Melalui kampanye ini, kami ingin mendorong edukasi nutrisi yang mudah dipahami, dan akses terhadap produk berkualitas. Harapannya, perempuan Indonesia dapat menjadi agen perubahan dalam mencetak generasi sehat, cerdas, dan kuat,” ungkap Adi Prabowo, Head of Marketing and Business Integration PYFAGROUP dalam acara yang sama.

Saat hamil, seorang wanita harus memerhatikan asupan makanannya. Tak boleh sembarangan dan harus bernutrisi karena dapat berpengaruh terhadap perkembangan janin. Nah, salah satu makanan kaya nutrisi bagi ibu hamil yakni srikaya.

Mengenal Anemia pada Ibu Hamil

Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang ditandai dengan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal. Hemoglobin berfungsi untuk membawa oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh.

Definisi ini tercantum dalam Buku Saku Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil dan Remaja Putri yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) pada 2023.

Buku yang ditulis dr. Inti Mudjiati, MKM., dkk menerangkan, anemia pada saat kehamilan akan meningkatkan risiko komplikasi perdarahan, melahirkan bayi Berat Badan Lahir rendah (BBLR), Panjang Badan Lahir Rendah (PBLR) dan prematur.

Anemia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kondisi ini ditunjukkan dengan hasil Riskesdas 2018, sebanyak 1 dari 2 ibu hamil anemia dan sebanyak 3-4 dari 10 remaja anemia.

Penyebab anemia pada ibu hamil dan remaja putri di antaranya asupan makan, penyakit penyerta dan belum optimalnya konsumsi tablet tambah darah (TTD).

Penyebab Anemia pada Ibu Hamil

Umumnya anemia disebabkan oleh beberapa hal termasuk kekurangan asupan zat gizi (zat besi, asam folat, vitamin B12, dan protein) sehingga mengganggu pembentukan hemoglobin.

Anemia juga bisa terjadi gegara keluarnya darah dalam jumlah yang banyak atau pendaharahaan baik akut maupun kronis. Perdarahan akut biasanya disebabkan oleh kecelakaan, sedangkan perdarahan kronis disebabkan oleh menstruasi yang berlangsung lama dan banyak, perdarahan akibat kecacingan (cacing menghisap darah dan merusak dinding usus) dan perdarahan akibat malaria yang menyebabkan sel darah merah rusak (hemolysis).

Faktor keturunan (penyakit thalassemia yang menyebabkan sel darah merah rusak) juga berperan pada kejadian anemia.

Sementara, pada ibu hamil, anemia bisa terjadi karena ada pembesaran berbagai organ tubuh seperti payudara, uterus, dan pembentukan plasenta serta penambahan jumlah darah.

Pertumbuhan janin yang semakin lama semakin besar juga akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan zat gizi. Bila tidak terpenuhi maka ibu hamil berisiko menderita anemia, atau bila sudah menderita anemia, maka anemianya akan semakin parah.

Cegah Anemia pada Ibu Hamil

Anemia pada ibu hamil sangat penting untuk dicegah. Upaya pencegahan dilaksanakan melalui penerapan konsumsi makanan bergizi seimbang, konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), fortifikasi dan pengobatan penyakit infeksi.

Perbaikan pola makan dan perilaku sangat penting untuk pemenuhan zat gizi dari makanan. Perbaikan pola makan dengan pendidikan gizi menggunakan Pedoman Gizi Seimbang (PGS).

Implementasi dari “Perilaku Gizi Seimbang” adalah perilaku konsumsi pangan dan hidup sehat sesuai dengan pesan Gizi Seimbang berdasarkan prinsip 4 pilar, yaitu:

  1. Mengonsumsi aneka ragam pangan.
  2. Membiasakan hidup bersih utamanya mencuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir.
  3. Melakukan aktivitas fisik dan olahraga.
  4. Memantau berat badan secara teratur (sebulan sekali) untuk mempertahankan berat badan normal.

Makanan beragam adalah berbagai makanan yang dikonsumsi dari beragam kelompok pangan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah) maupun dalam setiap kelompok pangan.

“Pastikan bahwa di dalam menu sehari-hari mengandung sumber pangan hewani, yang merupakan sumber zat besi. Zat besi berperan dalam pembentukan hemoglobin dan myoglobin, untuk membawa oksigen dan pernapasan sel,” jelas Inti Mudjiati.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |