Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Profesor Ali Ghufron Mukti berharap para peneliti dapat menemukan obat kanker dengan harga lebih terjangkau.
Pasalnya, kontrol kualitas dan kontrol biaya menjadi hal penting agar standarisasi layanan dan fasilitas kesehatan di Indonesia berjalan dengan baik. Untuk itu, antara lain dibutuhkan obat-obatan dengan harga yang lebih terjangkau untuk mendukung cakupan layanan yang lebih luas.
“Para peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menemukan obat-obatan dengan harga terjangkau, terutama untuk penyakit kanker,” katanya dalam acara The 6th International Seminar on Pharmaceutical Sciences and Technology (ISPT) di Universitas Padjadjaran (Unpad), Jatinangor, pada 31 Oktober 2024.
“Harapan kami, ada banyak tersedia obat-obat yang cost effective sehingga BPJS Kesehatan bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi,” ujar Ghufron.
Dia menambahkan, BPJS Kesehatan terus melakukan transformasi kualitas. Yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih mudah, lebih cepat, dan yang paling penting adalah pelayanan kesehatan tanpa diskriminasi.
Dalam kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Farmasi Unpad, Prof. Ajeng Diantini mengatakan, obat-obatan berkualitas baik dengan harga terjangkau memang diperlukan untuk mendukung layanan BPJS Kesehatan. Tujuannya, agar bisa memberikan fasilitas pengobatan yang lebih luas lagi.
“Penyakit itu macam-macam, dari yang biayanya ringan sampai yang pengobatan mahal seperti kanker. Tidak semua obat bisa di-cover, hanya yang cost effective saja dalam arti memiliki efektivitas yang baik, efek samping rendah dan harga terjangkau. Itu yang diupayakan oleh semua yang terlibat dalam penyediaan obat baik industri farmasi dan para peneliti,” ujar Ajeng megutip laman resmi Unpad, Senin (11/11/2024).
5 Obat Lambung Ranitidine yang Berpotensi Picu Kanker
Soal Aplikasi Mobile JKN
Dalam 10 tahun terakhir, transformasi kualitas yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan berhasil membawa Indonesia menjadi salah satu negara yang mencapai cakupan kesehatan universal tercepat di dunia, sambung Ghufron.
Ini dibuktikan dengan didapatkannya penghargaan Universal Health Coverage Award dari International Social Security Association (ISSA).
Untuk mencapai hal tersebut tentu banyak hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah mempersiapkan catastrophic financing bagi beberapa penyakit dengan pembiayaan yang sangat besar, salah satunya adalah kanker.
Oleh karena itu, sangat diperlukan intervensi dalam produksi obat untuk kanker serta mengelola catastrophic illnesses dengan mengoptimalkan kompetensi penyedia layanan kesehatan, standarisasi layanan kesehatan, dan melakukan promosi kesehatan sebagai upaya pencegahan.
“Semua dapat mengakses pemeriksaan riwayat kesehatan hanya dengan menjawab 47 pertanyaan di aplikasi Mobile JKN yang dikembangkan oleh BPJS. Jika pasien berisiko terkena kanker, secara otomatis pasien disarankan memeriksa IVA di fasilitas kesehatan primer.”
“Jika positif, mereka akan diberikan perawatan dengan prosedur yang benar untuk merawat pasien kanker,” jelas Ghufron.
Inovasi Lainnya
Inovasi lainnya dari aplikasi Mobile JKN adalah fitur “BUGAR” yang berfungsi untuk mencatat dan merekam vitalitas tubuh. Seperti detak jantung, tekanan darah, pengeluaran energi, jumlah langkah, waktu tidur, dan sebagainya.
Intervensi lainnya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan adalah fitur yang menghubungkan dokter di berbagai tempat dapat mengetahui kondisi kesehatan pasien.
Pada kesempatan ini, Ghufron menyampaikan harapannya agar standarisasi layanan dan fasilitas kesehatan di Indonesia dilakukan dengan mempertimbangkan kontrol kualitas dan kontrol biaya. Tidak hanya itu, memetakan area prioritas untuk mengembangkan fasilitas layanan kanker dan sumber daya manusia juga perlu dilakukan.
“Memetakan area prioritas untuk mengembangkan fasilitas layanan kanker dan sumber daya manusia, terutama pembangunan kapasitas untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dalam perawatan kanker, obat-obatan, dan apotek sangat penting. Serta distribusi yang merata untuk layanan di seluruh negeri.”
Kemudian, lanjutnya, memperkuat layanan kesehatan primer sebagai pemantau pasien sehingga perawatan dapat mengurangi perburukan penyakit.
Inisiatif Dirikan Rumah Sakit Kanker
Sementara itu, guru besar Fakultas Farmasi Unpad, Prof. Muchtaridi, mengatakan, topik ISPST ke-6 kali ini mengangkat isu inovasi ilmu farmasi dalam teknologi pelayanan kesehatan kanker. Termasuk penemuan dan pengembangan obat serta alat diagnosa kanker.
“Universitas Padjadjaran sangat peduli terhadap penyakit kanker, salah satu bukti nyata kepeduliannya, Unpad berinisiatif mendirikan rumah sakit kanker dan akan segera hadir di Bandung,” ujar Muchtaridi.
Dia menambahkan, ISPST ke-6 ini melibatkan 19 pembicara termasuk 9 pembicara utama, dan 18 pembicara undangan dari 7 negara. Yakni Jepang, Korea Selatan, Australia, Malaysia, Thailand, Yordania, dan Indonesia.