Liputan6.com, Jakarta - Salah satu tameng untuk melindungi anak dari pelecehan seksual adalah pendidikan atau edukasi seks sejak dini.
Menurut Kepala Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada (UGM) Widya Nayati, Ph.D., pengetahuan seks ini tidak hanya bermanfaat untuk mencegah pelecehan, tetapi juga membantu mencegah trauma yang dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan mental anak-anak.
“Oleh karenanya, orangtua perlu untuk senantiasa peka terhadap kebutuhan dan perasaan anak-anak mereka, serta menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk berdiskusi mengenai hal-hal yang mungkin dianggap sensitif. Dengan cara ini, anak-anak dapat lebih terbuka kepada orangtua dan merasa didukung,” kata Widya mengutip keterangan di laman UGM, Senin (18/11/2024).
Widya menekankan, pengenalan pendidikan seksual sejak usia dini adalah langkah penting untuk melindungi anak-anak dari potensi pelecehan seksual. Ia menjelaskan bahwa anak-anak perlu diajarkan untuk mengenali bagian-bagian tubuh mereka, terutama bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain selain orangtua atau pengasuh yang dipercaya.
Menurut Widya, pemahaman mengenai batasan tubuh ini sangat penting untuk dikenalkan kepada anak-anak sejak kecil.
“Dengan pemahaman yang benar, anak-anak akan lebih mampu melindungi diri mereka sendiri dari potensi pelecehan seksual, yang sering kali dilakukan oleh orang terdekat,” tegas Widya.
Seksolog Zoya Amirin membeberkan pesan dari "Fighting Patriarchy System in Sexual Life"
Bangun Komunikasi Terbuka dengan Anak
Widya juga menyoroti bahwa sebagian besar kasus pelecehan seksual melibatkan orang terdekat, seperti anggota keluarga seperti dari paman, bibi, kakek, nenek, atau sepupu maupun orang-orang yang tinggal bersama, termasuk anak kost.
Oleh sebab itu, ia mengajak para orangtua untuk terus waspada dan memperhatikan setiap perubahan perilaku atau tanda-tanda yang mungkin menunjukkan bahwa anak mereka mengalami ketidaknyamanan atau gangguan.
Sebagai tambahan, Widya memberikan beberapa tips praktis mengenai cara berdiskusi dengan anak tentang pendidikan seksual.
Ia menyarankan agar orangtua mendengarkan anak-anak dengan penuh perhatian dan tidak langsung menghakimi.
“Komunikasi terbuka dan positif akan menciptakan hubungan yang lebih kuat antara orangtua dan anak sehingga anak merasa aman untuk menyampaikan apapun yang dialaminya,” katanya.
Bikin Orangtua Lebih PD Beri Edukasi Seks pada Anak
Edukasi soal pendidikan seksual ini mendapatkan respons positif dari para peserta. Banyak ibu-ibu yang merasa mendapatkan wawasan baru dan lebih siap untuk melindungi anak-anak mereka dari potensi bahaya.
“Setelah ini jadi lebih PD (percaya diri) untuk mengenalkan pendidikan seksual ke anak-anak,” ungkap salah seorang peserta.
Widya berharap bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan seksual pada anak-anak sejak dini.
Pendidikan Seksual yang Sehat dan Tepat Guna
Melalui kegiatan ini, ia mengajak para orangtua untuk berperan aktif dalam memberikan pendidikan seksual yang sehat dan tepat guna, sehingga tercipta lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi generasi mendatang.
“Dengan adanya inisiatif seperti ini, diharapkan masyarakat dapat lebih terbuka untuk membicarakan topik pendidikan seksual dalam konteks perlindungan anak, serta mampu mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegah kekerasan dan pelecehan seksual,” harapnya.