Liputan6.com, Jakarta - Penyakit infeksi menular seksual (IMS) menunjukkan tren peningkatan di dunia. Salah satu IMS yang paling umum adalah Kondiloma Akuminata (KA) yang disebabkan oleh Human papillomavirus (HPV). Terutama HPV-6 dan HPV-11 (pada 90 persen kasus) serta kadang-kadang HPV-16 dan HPV-18.
Kondiloma akuminata juga dikenal dengan istilah kutil kelamin atau penyakit jengger ayam yang muncul sebagai kutil di genitalia atau daerah sekitar anus.
“Penyakit ini dapat menyebabkan tekanan psikologis yang membuat pasien merasa malu dan kurang menarik, sehingga menurunkan kualitas hidup mereka,” tulis dokter spesialis dermatologi venereologi RS EMC Cikarang, Tania Azhari, di laman EMC dikutip Rabu (27/11/2024).
Penularan HPV terjadi melalui kontak dengan cairan genital yang mengandung HPV. Penularan infeksi HPV terjadi terutama melalui hubungan seksual dengan risiko yang lebih tinggi pada kasus gonta-ganti pasangan dan seks tanpa kondom.
Bila seseorang melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang telah terinfeksi HPV, maka kemungkinan akan tertular dan timbul kondiloma akuminata adalah sebesar 75 persen. Secara umum, kelainan fisik dimulai 2-3 bulan setelah kontak. Selain itu, sekitar 20 persen orang dengan kutil kelamin akan menunjukkan penyakit menular seksual lainnya.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat membagikan alat kontrasepsi atau kondom kepada wanita penjaja seksual. Hal itu dilakukan demi memutus rantai penularan HIV/AIDS.
Gambaran Klinis Kondiloma Akuminata alias Kutil Kelamin
Bentuk kutil bisa datar, seperti kembang kol atau bertangkai. Kutil dapat berkembang sebagai papula atau plak keratotik soliter, serta paling sering terlihat menggumpal.
Bentuk papul atau bintil, paling sering ditemukan di daerah batang penis, bagian lateral vulva, perineum, serta perianal.
Kutil bisa berukuran diameter 1-2 mm, diikuti oleh pertumbuhan volume hingga beberapa sentimeter atau bahkan bentuk raksasa/giant.
Gejala Kutil Kelamin
Beberapa gejala yang dapat timbul akibat kutil kelamin adalah:
- Rasa tidak nyaman;
- gatal;
- rasa terbakar;
- berdarah saat bersentuhan dengan pakaian atau saat berhubungan seksual;
- kesulitan buang air kecil atau besar.
Pada pria, lesi muncul di sekitar penis atau bahkan intrauretra dan mungkin berhubungan dengan disuria, hematuria, atau perdarahan aktif.
Beberapa pasien mengeluhkan bau yang tidak sedap dari daerah yang terkena.
Cegah dengan Vaksinasi HPV
Vaksinasi terhadap human papillomavirus (HPV) direkomendasikan untuk pencegahan infeksi HPV dan penyakit terkait HPV, termasuk kutil kelamin.
“Menjaga dan membatasi aktivitas seksual adalah metode yang paling dapat diandalkan untuk mencegah infeksi HPV genital,” ujar Tania.
“Seseorang dapat mengurangi terjadinya infeksi dengan cara menggunakan kondom yang konsisten dan benar serta membatasi jumlah pasangan seks mereka,” pungkasnya.
Pengobatan Kutil Kelamin
Jika kutil yang tumbuh tidak menimbulkan ketidaknyamanan, pengobatan kutil kelamin mungkin tidak diperlukan. Namun, tindakan pengobatan mungkin diperlukan jika timbul perasaan gatal, terbakar, hingga nyeri.
Hal ini juga baik untuk mengatasi penyebaran infeksinya. Meski begitu, kutil dapat kembali setelah perawatan karena tidak adanya pengobatan untuk virus.
Beberapa pengobatan kutil kelamin yang dapat ditempuh seperti mengutip Halodoc adalah:
Obat-Obatan
Ada beberapa jenis obat topikal yang bisa digunakan untuk mengatasi kutil kelamin seperti:
Imiquimod
Krim ini bisa meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kutil kelamin.
Jangan melakukan kontak seksual saat mengaplikasikan krim ini pada kulit. Sebab, obat ini bisa melemahkan kondom dan diafragma serta mengiritasi kulit pasangan.
Salah satu efek samping yang bisa muncul saat menggunakan krim ini adalah perubahan warna kulit di area yang diobati. Efek samping lainnya bisa berupa lepuh, nyeri tubuh, batuk, ruam, dan kelelahan.
Podofilin
Podofilin adalah zat dari tumbuhan yang bisa menghancurkan jaringan kutil kelamin. Jenis obat ini mengandung senyawa aktif dan bisa dioleskan sendiri di rumah.
Akan tetapi, pastikan tidak mengoleskan podofiloks ke dalam tubuh. Selain itu, obat ini tidak disarankan untuk digunakan selama kehamilan. Efek sampingnya bisa berupa iritasi kulit ringan, luka, dan nyeri.
Operasi Kutil Kelamin
Selain dengan obat, kutil kelamin juga bisa ditangani dengan operasi. Jika kutil berukuran lebih besar, dokter mungkin merekomendasikan tindakan bedah untuk mengatasinya.
Bagi wanita yang sedang hamil, dokter umumnya juga merekomendasikan operasi untuk menghilangkan kutil agar tidak bersentuhan dengan bayi saat persalinan.
Salah satu operasi kutil kelamin adalah pembekuan dengan nitrogen cair (krioterapi). Tindakan ini dilakukan dengan membekukan area yang terkena kutil sehingga terbentuk lepuhan. Setelah lepuhan sembuh, kutil akan terlepas dan kulit baru muncul.
Pengidap kutil mungkin perlu mengulangi pengobatan ini. Efek samping utamanya adalah nyeri dan pembengkakan.
Ada pula elektrokauter, prosedur ini menggunakan arus listrik untuk membakar kutil. Efek samping usai tindakan umumnya berupa nyeri dan pembengkakan.
Kutil bisa pula dipotong saat operasi atau disebut eksisi bedah. Dokter biasanya akan memberikan bius agar pasien tidak merasakan nyeri selama pengobatan ini. Usai tindakan, efek samping yang muncul umumnya berupa rasa nyeri.