Liputan6.com, Jakarta Korban meninggal akibat campak di Pamekasan, Jawa Timur mencapai 10 orang hingga 8 Oktober 2025. Respons segera yang dilakukan pemerintah menghadapi Kejadian Luar Biasa (KLB) itu dengan melakukan imunisasi tambahan.
“Untuk Pamekasan, konteksnya ketika mereka terdampak KLB (Kejadian Luar Biasa), itu kita sudah lakukan pemberian imunisasi tambahan untuk bisa langsung mengatasi outbreak atau KLB yang terjadi di sana.” kata Direktur Imunisasi, Kementerian Kesehatan RI, dr. Prima Yosephine, M.K.M, kepada Health Liputan6.com dalam temu media bertajuk Program Sepekan Mengejar Imunisasi (PENARI): Selamatkan Nyawa dari Penyakit Berbahaya di Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Mengingat Pamekasan sudah terdampak KLB campak, maka daerah ini memiliki banyak pekerjaan rumah (PR) terutama dalam capaian Outbreak Response Immunization (ORI) yang minimal harus capai 95 persen.
Jika belum tercapai, maka dapat dikejar dalam Program PENARI alias Program Sepekan Mengejar Imunisasi, program yang digelar setahun tiga kali dan yang terdekat akan digelar pada 27 Oktober hingga 1 November 2025.
“Kami berharap Pamekasan bisa mengambil kesempatan ini untuk kembali mengejar target-target ORI yang tadi belum didapat,” harap Prima.
Guna membangun semangat daerah dalam mengejar target imunisasi, PENARI kini dilombakan. Daerah dengan capaian tertinggi akan mendapat hadiah dari Kemenkes.
“Untuk Pamekasan, kita tidak ada pengecualian untuk PENARI, semua daerah boleh (ikut serta) karena ini sifatnya nanti akan kami lombakan, mana daerah yang terbanyak berhasil mengejar layanan imunisasi dalam sepekan, itu yang akan menjadi juara,” katanya.
Kasus Campak di Pamekasan
Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur mengungkapkan jumlah pasien campak yang meninggal dunia di wilayah itu bertambah menjadi 10 orang dari sebelumnya tujuh orang.
"Data penderita yang meninggal dunia ini sesuai dengan data terbaru per tanggal 8 Oktober 2025, hasil rapat koordinasi dengan puskesmas se-Kabupaten Pamekasan," kata Kepala Dinkes Pamekasan Saifudin di Pamekasan, Jumat, mengutip Antara.
Ia menjelaskan, total jumlah warga yang terdeteksi positif terserang penyakit itu sebanyak 178 orang dari jumlah terduga sebanyak 734 orang.
"Berdasarkan hasil analisis para tenaga medis, rata-rata pasien campak yang meninggal karena mengalami komplikasi seperti infeksi paru dan otak," katanya.
Ada pula yang meninggal karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan. "Kondisinya sudah sangat parah, sehingga tidak tertolong," katanya.
Pastikan Anak Dapatkan Imunisasi Campak
Atas dasar itu Saifudin meminta kepada para orangtua untuk tidak menunda membawa anak ke faskes terdekat apabila mengalami gejala campak untuk mencegah komplikasi.
Gejala campak sendiri meliputi demam tinggi, batuk, pilek, mata merah, dan bercak merah di kulit.
Selain itu, pihaknya juga mendorong para petugas medis untuk terus melakukan deteksi dini, dengan melakukan survei secara langsung ke lapangan, dan mengimbau orangtua agar anaknya mendapatkan imunisasi campak.
"Minimal anak harus mendapat imunisasi dua kali pada usia 9 dan 18 bulan," kata Saifudin.
Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu kabupaten di Pulau Madura yang ditetapkan oleh Pemprov Jatim sebagai kabupaten yang rawan kasus campak.
Dinkes Pamekasan juga telah menetapkan sebanyak 18 desa di wilayah itu masuk kategori KLB campak.
Ke-18 desa itu masing-masing Batukalangan, Bugih, Campor, Dasok, Gladak Anyar, Groom, Jambringin, Jarin, Kramat, Larangan Badung, Majungan, Pamoroh, Bangkes, Panaguan, Pangbatok, Sumber Waru, Terrak, dan Desa Polagan.