Malaysia Pertimbangkan Larangan Penggunaan Ponsel pada Siswa di Bawah 16 Tahun

14 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Malaysia tengah mempertimbangkan larangan penggunaan ponsel bagi siswa di bawah usia 16 tahun. Menurut Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, penggunaan ponsel dan media sosial dapat memicu perilaku kriminal di kalangan pelajar.

“Kami menemukan bahwa pengaruh media sosial dan permainan daring terkadang dapat menyebabkan perilaku kriminal. Karena itu, kami sedang mempertimbangkan untuk melarang penggunaan ponsel bagi siswa berusia 16 tahun ke bawah,” kata Anwar, dikutip dari New Straits Times pada Jumat, 17 Oktober 2025.

Dilansir dari Channel News Asia, rencana ini merespons atas serangkaian kasus kejahatan di sekolah, termasuk penikaman yang menewaskan siswi 16 tahun, Yap Shing Xuen, di Petaling Jaya pada 14 Oktober lalu.

Menurut Anwar, pemerintah tidak akan bertindak terburu-buru. Namun, sejumlah langkah dapat segera diterapkan seperti memperketat pengawasan keamanan di sekolah serta memperkuat pendidikan moral dan karakter.

Anwar Tegaskan Kepala Sekolah Jangan Tutupi Pelanggaran

Anwar juga mengingatkan kepala sekolah agar tidak menutup-nutupi pelanggaran siswa demi menjaga citra sekolah.

“Menyembunyikan kesalahan sama saja dengan menutupi kejahatan,” katanya, seperti dikutip dari The Star.

Dia menyebut, banyak pimpinan sekolah yang lebih mementingkan reputasi daripada tanggung jawab moral terhadap murid. Menurutnya, kasus perundungan atau pelanggaran ringan yang diabaikan dapat berkembang menjadi insiden yang lebih serius.

“Kadang, ketika kasus perundungan tampak kecil, kita anggap sepele. Tapi bila tidak ditangani, hal itu bisa berujung fatal,” tambahnya.

Peringatan ini muncul di tengah maraknya laporan kekerasan seksual, perundungan, dan pembunuhan di kalangan pelajar beberapa bulan terakhir.

Serangkaian Kasus Kekerasan di Malaysia

Kementerian Pendidikan Malaysia kini menyiapkan reformasi besar di 10.243 sekolah untuk memperkuat keselamatan dan kesejahteraan siswa.

Menteri Pendidikan, Fadhlina Sidek, menjelaskan bahwa langkah tersebut mencakup lima fokus utama: kesehatan fisik dan mental, pendidikan sosial dan reproduksi, perlindungan anak, kesejahteraan guru, serta suara siswa.

Langkah ini mendesak setelah muncul rentetan kasus kekerasan. Seorang siswa 14 tahun ditangkap karena diduga melakukan pelecehan seksual terhadap siswi 15 tahun di Sabak Bernam pada 13 Oktober. Beberapa hari kemudian, siswi Yap Shing Xuen tewas ditikam oleh teman sekolahnya di Damansara.

Kasus-kasus lain juga mencakup pemerkosaan berkelompok di Kedah dan Melaka, serta kematian Zara Qairina Mahathir di Sabah akibat dugaan perundungan. Pemerintah menegaskan, reformasi keamanan dan nilai moral akan menjadi prioritas nasional.

Fokus pada Penguatan Nilai dan Karakter Siswa

Selain rencana pelarangan ponsel, kabinet Malaysia juga menyoroti pentingnya pendidikan yang menanamkan nilai moral sesuai konsep Malaysia Madani yang menekankan enam nilai utama: keberlanjutan, kemakmuran, inovasi, rasa hormat, kepercayaan, dan kasih sayang.

“Dalam kerangka Madani, kami menekankan nilai, karakter, dan pendidikan seimbang tanpa ideologi sempit atau ekstrem,” jelas Anwar.

Dia, menambahkan, jika kebijakan larangan diterapkan, ponsel masih dapat digunakan untuk kegiatan belajar, namun di bawah pengawasan ketat guru. Pemerintah juga berencana menaikkan batas usia penggunaan media sosial menjadi 16 tahun.

“Kami melihat kemungkinan untuk membatasi atau melarang penggunaan media sosial di sekolah bagi mereka yang berusia 16 tahun ke bawah,” tambahnya.

Foto Pilihan

Tenaga kesehatan Siti Nurjanah (kiri) dibantu rekan-rekannya memberikan vaksin campak kepada seorang anak dalam kampanye vaksinasi campak dari rumah ke rumah menyusul wabah di Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, Senin 8 September 2025. (AP Photo/Dita Alangkara)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |