Liputan6.com, Jakarta Mata silinder atau astigmatisme banyak dialami oleh masyarakat dan biasanya diatasi dengan penggunaan kacamata.
Menurut dokter spesialis mata Maria Magdalena Purba, mata silinder adalah gangguan refraksi mata yang terjadi akibat ketidakmampuan mata membiaskan cahaya. Akibatnya, titik fokus jatuh tidak tepat di retina, sehingga menyebabkan penglihatan menjadi kabur.
Seperti rabun jauh (miopia) dan rabun dekat (hiperopia), mata silinder atau astigmatisme merupakan terjadinya bias pada mata akibat kesalahan kornea ketika memproses cahaya yang masuk. Kesalahan ini membuat cahaya jatuh tidak pada titik fokus retina, permukaan peka cahaya di belakang mata, sehingga objek yang dilihat menjadi kabur.
“Pada mata silinder, hal ini disebabkan oleh kelengkungan kornea yang berbentuk lonjong, bukan kornea dengan bentuk bulat atau normal,” kata Maria dalam keterangan pers KMN Eyecare dikutip Sabtu (26/10/2024).
Maria menambahkan, gangguan refraksi adalah masalah mata yang paling umum terjadi. Menurut data infografis dari Kementerian Kesehatan RI, gangguan refraksi menempati urutan pertama sebagai gangguan mata yang paling banyak dialami oleh masyarakat dunia sejumlah 48,99 persen. Meski demikian, hal ini tidak dapat disepelekan sebab gangguan refraksi termasuk mata silinder dapat menyebabkan disabilitas netra.
Secara global, tunanetra akibat gangguan ini berada pada urutan kedua setelah katarak yaitu sekitar 20.62 persen.
Meski begitu, Maria mengimbau untuk tidak khawatir. Pasalnya, gangguan refraksi khususnya mata silinder dapat dideteksi gejalanya sejak dini sehingga pasien bisa lebih waspada sebelum terlambat.
Adapun penanganan terhadap gangguan mata ini sudah semakin berkembang dan canggih sehingga risiko menjadi lebih rendah.
Penghuni rumah susun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, mengeluhkan adanya polusi batu bara di hunian yang mereka tempati. Hal ini mengakibatkan para penghuni mengalami penyakit gatal-gatal, ISPA, hingga iritasi mata. Debu batu bara tertiup angin dar...
Apa Penyebab Mata Silinder?
Mata silinder terjadi karena bentuk kornea yang tidak bulat sempurna atau lonjong. Penyebab perbedaan bentuk kornea masih menjadi perdebatan di kalangan dokter dan peneliti, tapi ada beberapa kemungkinan yang diduga menjadi faktornya.
Pertama, pertumbuhan yang tidak normal ini sudah muncul sejak lahir atau karena faktor keturunan.
Kedua, mata silinder dapat juga berkembang setelah mengalami cedera mata atau melakukan operasi mata. Pada beberapa kasus langka, keratoconus atau kondisi di mana kornea semakin tipis dan berbentuk kerucut bisa menjadi faktor penyebabnya.
Kelengkungan pada kornea bisa berubah sewaktu-waktu sehingga mata silinder dapat bertambah atau berkurang mengikuti perubahan tersebut.
Apa Saja Gejala Mata Silinder?
Ada beberapa tanda atau gejala yang merujuk pada kondisi mata silinder yakni:
- Penglihatan kabur atau terdistorsi.
- Mata terasa tidak nyaman.
- Mata terasa tegang.
- Perlu menyipitkan mata saat mencoba untuk melihat sesuatu dengan jelas.
- Sakit kepala.
- Terasa sangat sulit melihat saat cahaya redup atau saat malam.
- Mata kesulitan untuk fokus saat membaca atau melihat komputer.
“Beberapa orang mungkin tidak memerhatikan bahwa ternyata mereka mengalami mata silinder sehingga membiarkannya dalam jangka waktu panjang dan bertambah parah. Padahal, mata yang bermasalah dapat mengganggu tugas dan aktivitas sehari-hari.”
“Untuk itu, penting memeriksakan mata secara teratur ke dokter atau fasilitas kesehatan mata yang profesional dan terpercaya agar dapat segera dideteksi sejak dini sehingga penanganan yang tepat dapat diberikan untuk memperbaiki penglihatan Anda,” kata Maria.
Bagaimana Penanganan Mata Silinder?
Perkembangan teknologi yang semakin maju khususnya dalam bidang kedokteran, memungkinkan adanya pelayanan dan penanganan yang semakin baik pada gangguan mata.
Secara khusus untuk mata silinder, dapat dilakukan dengan dua cara seperti menggunakan alat bantu dan laser.
Menggunakan alat bantu penglihatan adalah hal yang paling umum dipilih oleh sebagian besar orang seperti:
Kacamata
Layaknya mata dengan gangguan rabun jauh atau rabun dekat, penanganan mata silinder dapat menggunakan kacamata untuk meningkatan ketajaman penglihatan. Kacamata dengan resep lensa silinder yang tepat dapat membantu penglihatan menjadi lebih jelas dan fokus.
Lensa Kontak
Selain kacamata, lensa kontak juga cukup populer untuk gangguan ini. Bagi beberapa orang, lensa kontak memberikan hasil lebih baik serta sudut pandang yang lebih luas karena lensa kontak langsung menempel pada bola mata.
Namun, karena langsung bersentuhan, penggunaan lensa kontak harus sangat berhati-hati dan pastikan kebersihannya sebelum digunakan.
Orthokeratology (ortho-K)
Alat bantu lainnya dikenal dengan nama ortho-K yaitu sebuah lensa kontak kaku untuk membentuk kornea mata.
Penggunaannya hanya pada waktu tertentu, misalnya malam hari, lalu setelah itu dilepas ketika kornea mata sudah terbentuk cukup bulat. Namun hasil nya tidak permanen karena bentuk kornea akan kembali dan menyebabkan kondisi penglihatan juga kembali seperti semula.
Adapun laser atau bedah refraktif lainnya dapat menjadi pilihan untuk mengobati masalah mata silinder seperti:
Photorefractive Keratectomy
Photorefractive Keratectomy (PRK) adalah penanganan dengan mengangkat jaringan dari lapisan dangkal dan dalam kornea.
LASIK (Laser in situ keratomileusis)
Teknologi LASIK kini menjadi salah satu penanganan yang diunggulkan. Proses LASIK sendiri adalah menghilangkan jaringan dari lapisan dalam kornea dan pemulihan pasca penanganan dapat lebih baik dibandingkan PRK.
Saat ini teknologi LASIK berkualitas dan murah sudah dapat ditemukan di beberapa tempat dengan fasilitas kesehatan mata.
“Gangguan mata dapat dialami oleh siapa saja tanpa terkecuali. Semakin cepat gangguan terdeteksi maka semakin cepat pula penanganan yang dapat diberikan. Dengan demikian, perlu dilakukan pemeriksaan dan konsultasi mata secara rutin sebagai bentuk antisipasi. Periksa dan konsultasikanlah mata Anda hanya di klinik dan dokter mata berpengalaman dan terpercaya,” pungkas Maria.