Liputan6.com, Jakarta Kehamilan adalah masa yang penuh harapan bagi banyak perempuan. Namun, tidak semua kehamilan dapat berakhir dengan kelahiran yang sehat. Salah satu komplikasi yang paling ditakuti adalah keguguran, atau dalam istilah medis disebut spontaneous abortion. Keguguran adalah kondisi di mana kehamilan berakhir sebelum janin cukup berkembang untuk bertahan hidup di luar rahim.
Menurut data dari Cleveland Clinic, diperkirakan 10–20% kehamilan yang diketahui berakhir dengan keguguran, dan sebagian besar terjadi pada trimester pertama, yaitu sebelum usia kehamilan mencapai 13 minggu. Bahkan, banyak keguguran terjadi sebelum seorang perempuan menyadari bahwa dirinya hamil, sehingga angkanya bisa lebih tinggi lagi. Di sisi lain, laman NHS UK menyebutkan bahwa sekitar 1 dari 8 kehamilan yang diketahui juga berakhir dengan keguguran.
Meski menjadi kondisi yang umum, memahami tanda-tanda keguguran dan penanganannya secara tepat sangat penting agar perempuan dan pasangannya bisa segera mendapatkan bantuan medis dan dukungan emosional. Berikut ulasan Liputan6.com, Kamis (24/7/2025).
Tanda-tanda Keguguran Berdasarkan Jenisnya
Penting untuk memahami bahwa tanda-tanda keguguran bisa berbeda pada setiap wanita dan juga tergantung pada jenis keguguran yang terjadi. Berikut ini tanda-tanda keguguran berdasarkan jenisnya:
1. Abortus Insipiens (Keguguran yang Tidak Bisa Dihindari)
Pada kondisi ini, kehamilan masih ada dalam rahim, tetapi proses keguguran sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah. Gejala utama yang dialami meliputi:
- Perdarahan dari vagina yang lebih banyak dibanding bercak biasa.
- Nyeri hebat di bagian bawah perut yang menyerupai kram menstruasi, tapi lebih intens.
- Pembukaan serviks (leher rahim) yang dapat diketahui lewat pemeriksaan dalam oleh dokter kandungan.
Menurut informasi dari RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, pada kasus abortus insipiens, embrio atau janin belum keluar dari rahim, tetapi sudah berada dalam kondisi berisiko tinggi untuk luruh. Dalam banyak kasus, bila tidak ditangani secara medis, kondisi ini akan berkembang menjadi abortus inkomplit atau komplit.
Apa yang perlu dilakukan:
Segera hubungi rumah sakit atau layanan kesehatan. Dokter mungkin akan melakukan pemantauan ketat atau memberikan obat untuk mempercepat proses evakuasi jaringan, tergantung kondisi klinis pasien.
2. Abortus Inkomplit (Keguguran Tidak Lengkap)
Jenis ini terjadi ketika sebagian jaringan kehamilan telah luruh dari rahim, namun masih ada sisa yang tertinggal, seperti plasenta atau jaringan embrionik.
Gejalanya antara lain:
- Perdarahan berat yang berlangsung terus-menerus dan tidak berhenti dalam waktu singkat.
- Nyeri hebat atau kontraksi berulang, mirip dengan proses melahirkan dalam skala lebih kecil.
- Keluar jaringan dari vagina, bisa berupa gumpalan darah atau jaringan janin.
- Rasa lemas atau pusing, yang bisa menjadi tanda kehilangan darah cukup banyak.
Menurut Cleveland Clinic, kondisi ini membutuhkan perhatian medis segera karena jaringan yang tertinggal bisa menyebabkan infeksi rahim (endometritis) atau perdarahan berkepanjangan. Jika dibiarkan, pasien berisiko mengalami komplikasi serius seperti sepsis.
Apa yang perlu dilakukan:
Biasanya memerlukan tindakan kuretase atau pemberian obat misoprostol untuk membersihkan rahim. Pemberian antibiotik juga penting jika ada tanda-tanda infeksi.
3. Abortus Komplit (Keguguran Lengkap)
Pada jenis keguguran ini, seluruh jaringan kehamilan telah keluar dari rahim secara alami. Biasanya terjadi pada usia kehamilan yang masih sangat muda.
Tanda-tandanya meliputi:
- Perdarahan yang berkurang drastis setelah jaringan kehamilan keluar seluruhnya.
- Nyeri perut yang mereda secara signifikan.
- Rahim kembali mengecil, dan serviks menutup kembali secara alami.
Menurut laman NHS UK, banyak wanita yang mengalami keguguran lengkap tidak lagi memerlukan intervensi medis, hanya pemantauan lanjutan untuk memastikan tidak ada jaringan yang tertinggal.
Apa yang perlu dilakukan:
Walau terlihat selesai, tetap perlu dilakukan pemeriksaan USG atau pengukuran hCG untuk memastikan rahim benar-benar bersih. Kadang masih diperlukan terapi tambahan seperti antibiotik atau pemeriksaan lanjutan bila terjadi infeksi sekunder.
4. Missed Abortion (Keguguran yang Terlewatkan)
Missed abortion adalah kondisi di mana janin telah meninggal di dalam rahim, namun tubuh ibu tidak merespon dengan tanda-tanda fisik keguguran seperti perdarahan atau nyeri.
Gejala yang sering tidak muncul, sehingga banyak ibu yang tidak menyadari keguguran sudah terjadi. Biasanya diketahui saat:
- USG menunjukkan tidak adanya detak jantung janin.
- Kantong kehamilan tampak kosong (blighted ovum) atau janin tidak berkembang sesuai usia kehamilan.
- Hormon hCG tidak meningkat seperti seharusnya.
Informasi dari Cleveland Clinic menyebutkan bahwa missed abortion seringkali terjadi karena kelainan kromosom, yang terjadi secara acak tanpa penyebab yang jelas.
Apa yang perlu dilakukan:
Dokter akan memberi pilihan berupa tindakan kuretase, obat peluruh, atau menunggu proses alami keluar sendiri. Namun, pengawasan ketat tetap dibutuhkan agar tidak terjadi komplikasi infeksi.
5. Recurrent Abortion (Keguguran Berulang)
Kondisi ini ditetapkan bila seorang perempuan mengalami dua kali atau lebih keguguran secara berturut-turut. Meskipun langka, kejadian ini sangat memengaruhi kondisi psikologis dan memerlukan pemeriksaan menyeluruh.
Tanda-tandanya serupa dengan keguguran biasa, namun yang membedakan adalah frekuensi dan pola kejadian.
Penyebab yang umum menurut RSUP Soeradji dan Kemenkes RI meliputi:
- Kelainan genetik atau kromosom pada ibu atau ayah.
- Penyakit autoimun seperti sindrom antifosfolipid.
- Masalah pembekuan darah.
- Kelainan bentuk rahim atau kelemahan serviks.
Apa yang perlu dilakukan:
Pasien dengan riwayat keguguran berulang perlu menjalani serangkaian pemeriksaan seperti USG transvaginal, tes genetik, dan tes darah lengkap. Dokter dapat memberikan terapi hormonal, pengencer darah, atau intervensi medis khusus untuk meningkatkan peluang kehamilan yang sukses.
Penyebab Keguguran
Banyak faktor yang bisa menyebabkan keguguran, namun penyebab paling umum adalah kelainan kromosom, seperti dijelaskan dalam laman Cleveland Clinic dan NHS:
- Kelainan kromosom: menyebabkan janin tidak berkembang normal atau kehamilan kosong (blighted ovum).
- Usia ibu hamil: risiko meningkat di atas usia 35 tahun.
- Penyakit infeksi: rubella, toxoplasmosis, sifilis, HIV, dan lainnya.
- Penyakit autoimun: seperti lupus dan sindrom antifosfolipid.
- Gangguan hormon: misalnya PCOS dan penyakit tiroid.
- Kelainan rahim atau leher rahim.
- Gaya hidup tidak sehat: merokok, alkohol, NAPZA.
- Obat-obatan tertentu: termasuk isotretinoin, methotrexate.
- Kondisi medis serius: diabetes yang tidak terkontrol, penyakit ginjal, dan malnutrisi parah.
Cara Menghindari Risiko Keguguran
Meski tidak semua keguguran bisa dicegah, beberapa hal berikut bisa membantu menurunkan risikonya:
- Hindari merokok, alkohol, dan NAPZA selama hamil.
- Kelola kondisi medis seperti diabetes atau penyakit tiroid sebelum dan selama kehamilan.
- Jaga berat badan ideal, baik sebelum maupun selama hamil.
- Rutin periksa kehamilan, agar setiap gangguan bisa dideteksi lebih awal.
- Vaksinasi dan hindari infeksi, terutama TORCH.
- Hindari paparan zat beracun, radiasi, atau lingkungan kerja berisiko tinggi.
FAQ tenteng Keguguran
1. Apakah keguguran bisa terjadi tanpa gejala?
Ya, keguguran seperti missed abortion bisa terjadi tanpa perdarahan atau nyeri. Biasanya baru diketahui melalui USG.
2. Apakah keguguran berarti saya tidak bisa hamil lagi?
Tidak. Sebagian besar wanita yang mengalami satu kali keguguran bisa kembali hamil dan melahirkan dengan sehat.
3. Apa bedanya perdarahan implantasi dan tanda keguguran?
Perdarahan implantasi terjadi sekitar 6–12 hari setelah pembuahan, biasanya ringan dan singkat. Perdarahan akibat keguguran cenderung lebih banyak dan disertai kram.
4. Apakah olahraga atau stres bisa menyebabkan keguguran?
Menurut Cleveland Clinic, tidak ada bukti ilmiah bahwa olahraga ringan atau stres emosional dapat menyebabkan keguguran.
5. Kapan saya bisa mencoba hamil lagi setelah keguguran?
Secara fisik, kehamilan bisa dicoba lagi setelah satu atau dua siklus haid. Namun, secara emosional, tunggulah hingga Anda benar-benar siap.
Sumber Rujukan:
- Cleveland Clinic. Miscarriage: Causes, Symptoms, Risks, Treatment & Prevention. https://my.clevelandclinic.org
- NHS UK. Miscarriage. https://www.nhs.uk
- RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro. Keguguran. https://rsupsoeradji.id