Anak Kejang Demam Jangan Panik, Begini Cara Penanganan yang Tepat

3 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta Banyak orangtua panik ketika anaknya tiba-tiba kejang saat demam. Dokter spesialis anak Kamajaya Mulyana mengatakan kejang demam biasanya terjadi karena kenaikan suhu tubuh yang terlalu cepat, bukan akibat penyakit berat seperti infeksi otak.

“Kejang demam terjadi ketika suhu tubuh anak naik dengan cepat, bukan karena penyakit saraf atau infeksi otak,” jelas Kamajaya. 

Jika anak mengalami kejang demam, langkah pertama yang harus dilakukan orangtua adalah tetap tenang dan memastikan posisi anak aman. Lalu, hindari memaksa membuka mulut anak atau memasukkan benda apapun ke dalamnya karena dapat melukai.

“Posisikan anak miring ke kiri agar jalan napas tetap terbuka dan tidak tersumbat oleh air liur atau muntahan,” tambah Kamajaya.

Setelah kejang berhenti, orangtua dapat memberikan obat penurun panas seperti parasetamol atau ibuprofen sesuai dosis, serta mengompres hangat di ketiak atau lipatan paha.

Jika Kejang Lebih dari 5 Menit, Segera ke RS

Jika kejang berlangsung lebih dari lima menit atau disertai kesulitan bernapas, segera bawa anak ke rumah sakit.

“Kuncinya jangan panik. Ketika orangtua tenang, langkah pertolongan bisa lebih cepat dan tepat,” tuturnya saat Talkshow Keluarga Sehat di akun Instagram Kemenkes RI, Selasa, 4 November 2025.

Tanda Anak Kejang Demam dan Kapan Harus ke Dokter

Kamajaya menjelaskan bahwa kejang demam biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun. Kondisi ini bisa disebabkan oleh infeksi ringan seperti flu atau radang tenggorokan.

Ciri khasnya adalah kejang seluruh tubuh selama beberapa detik hingga dua menit, dengan bola mata berputar ke atas dan tubuh kaku atau bergetar 

“Kalau kejangnya hanya terjadi sekali dan berlangsung singkat, itu disebut kejang demam sederhana, biasanya tidak berbahaya,” ujarnya 

Namun ada kondisi tertentu yang harus diwaspadai bila kejang berlangsung lebih dari lima menit, berulang dalam 24 jam, atau hanya mengenai satu sisi tubuh, maka itu termasuk kejang demam kompleks.

“Jenis ini perlu evaluasi medis lebih lanjut karena bisa berhubungan dengan gangguan saraf," katanya.

Orangtua juga perlu memperhatikan gejala penyerta seperti penurunan kesadaran, kulit kebiruan, atau sulit bernapas. Bila gejala tersebut muncul, segera cari pertolongan ke rumah sakit terdekat.

“Kalau anak sudah tidak sadar setelah kejang berhenti, jangan tunda itu tanda harus segera ke IGD,” tegasnya 

Mencegah Kejang Demam Berulang

Orangtua juga bisa mencegah kejang demam berulang. Langkah utamanya adalah mengontrol suhu tubuh anak sejak awal demam, begitu suhu tubuh mencapai 38 derajat Celsius berikan obat penurun panas sesuai anjuran dokter dan kompres dengan air hangat bukan dingin.

“Air hangat membantu membuka pori-pori dan menurunkan suhu tubuh secara alami,” jelas Kamajaya.

Pastikan anak cukup minum dan beristirahat hindari memakai baju terlalu tebal karena bisa memperparah kenaikan suhu. Bila anak memiliki riwayat kejang demam sebelumnya, dokter biasanya akan meresepkan obat diazepam suppositoria yang bisa diberikan lewat anus untuk mencegah kejang berulang.

“Jangan asal kasih obat orang lain atau terapi alternatif tanpa konsultasi. Setiap anak berbeda kondisinya,” pesannya.

Risiko Kejang Demam Berkurang Setelah Usia di Atas 5

Kejang demam umumnya tidak menimbulkan gangguan otak permanen, dan sebagian besar anak akan sembuh total seiring bertambahnya usia.

“Biasanya setelah usia lima tahun, sistem saraf anak sudah matang dan risiko kejang demam berulang akan hilang,” tutupnya

Read Entire Article
Helath | Pilkada |