Liputan6.com, Jakarta Hari Prematur Sedunia diperingati setiap 17 November tiap tahunnya. Ini adalah momen untuk kembali mengingat pentingnya penangan komprehensif pada bayi yang lahir sebelum 37 minggu masa kehamilan.
Terlebih, angka persalinan prematur di Indonesia masih tinggi yakni mencapai 657.700 kasus dari sekitar 4,5 juta kelahiran bayi setiap tahunnya. Ini membuat Indonesia menduduki posisi ke-5 sebagai negara dengan angka persalinan prematur tertinggi di dunia.
Menurut dokter spesialis anak RSIA Bunda Jakarta, dr. I.G.A.N. Partiwi, bayi prematur kerap memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi ketimbang bayi pada umumnya. Maka dari itu, mereka memerlukan penanganan medis yang lebih intensif dan terarah.
“Keberhasilan perawatan bayi prematur sangat bergantung pada intervensi medis yang tepat waktu, termasuk pemantauan fungsi organ vital dan pertumbuhan fisik yang berkelanjutan,” kata dokter yang akrab disapa Tiwi dalam peringatan World Prematurity Day di RSIA Bunda Jakarta, Rabu (20/11/2024).
“Setiap tahap dalam perkembangan bayi prematur, dari perawatan di NICU (Neonatology Intensive Care Unit) hingga pemantauan tumbuh kembang, harus dilakukan dengan pendekatan medis yang cermat dan multidisipliner untuk memastikan mereka dapat tumbuh dengan optimal dan mengurangi potensi gangguan jangka panjang,” tambahnya.
Mengharukan, Bayi Prematur Sapa Ibunya
Bayi Prematur Kerap Alami Masalah Pernapasan
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis anak konsultan neonatologi, Adhi Teguh Perma Iskandar, menjelaskan bahwa bayi prematur kerap mengalami masalah pernapasan.
“Bayi di bawah satu kilo atau bayi amat sangat prematur karena di bawah 28 minggu masalahnya banyak. Masalah nomor satu paling sering itu pernapasan,” kata Adhi.
“Mereka sering mengalami sesak napas yang harus dibantu dengan alat bantu napas,” tambahnya.
Lantas, mengapa banyak bayi prematur mengalami masalah pernapasan?
Terkait hal ini, Adhi menjelaskan, organ tubuh bayi prematur memang secara teori belum siap termasuk paru-parunya.
“Paru-parunya itu sulit untuk mengembang karena memang unit terkecil dari pertukaran gasnya masih sedikit. Jadi, bayi-bayi ini 90 persen mungkin akan mengalami sesak napas kalau di bawah satu kilo (berat lahirnya),” papar Adhi.
Libatkan Orangtua dalam Merawat Bayi Prematur
Mengingat bayi prematur menghadapi berbagai masalah dalam perkembangan hidupnya, maka perawatan kesehatan terbaik perlu diberikan.
Salah satunya dengan NICU yang dirancang khusus untuk merawat bayi prematur dengan kebutuhan medis kompleks. Salah satu fasilitas utama di NICU RSIA Bunda Jakarta adalah Family Integrated Care for Premature Babies (FICare).
Fasilitas ini memberikan perawatan berbasis keluarga, memungkinkan orangtua untuk terlibat langsung dalam proses perawatan dan pemulihan bayi secara lebih efektif.
“Bayi-bayi yang lahir prematur, sebagian besar masuk ke NICU. Mereka terpisah dari orangtua – dalam hal ini ibu, yang seharusnya sejak awal merawat bayi dan memberi ASI secara langsung. Program FICare dikembangkan untuk menjembatani hal tersebut,” ucap Tiwi.
Dengan layanan ini, orangtua dapat ikut merawat bayi mereka yang ada di NICU, didampingi panduan tenaga medis. Sehingga hal-hal dasar yang dibutuhkan bayi untuk bertahan dan bertumbuh tetap didapatkannya.
Perawatan Bayi Prematur Libatkan 14 Dokter
Guna memastikan tumbuh kembang anak prematur optimal, maka perlu ada dukungan layanan tumbuh kembang yang komprehensif.
Ini meliputi layanan rehabilitasi anak dan jajaran 14 dokter anak subspesialis dengan berbagai keahlian. Mulai dari bidang neonatologi, pulmonologi, kardiologi, hingga endokrinologi.
Layanan unggulan dan berbagai spesialisasi ini memungkinkan pendekatan medis yang holistik untuk memantau tumbuh kembang bayi prematur secara menyeluruh. Memastikan setiap aspek kesehatan bayi, mulai dari perkembangan fisik hingga kognitif dapat ditangani dengan optimal.
Salah satunya seperti layanan rehabilitasi anak yang dikelola oleh dokter anak subspesialis tumbuh kembang serta dokter subspesialis rehabilitasi medik anak. Layanan ini dirancang untuk mendukung perkembangan anak secara menyeluruh.
Kebijakan rumah sakit yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan menyelamatkan bayi prematur.
“Idealnya, kelahiran prematur harus dicegah. Namun jika tidak dapat dihindari dan terjadi, inilah saatnya kita bekerja sama membantu bayi yang baru lahir itu untuk bertahan dan menjadi baik,” kata Hospital Director RSIA Bunda Jakarta, dr. Imelda Rachmawati.