Penyebab Meninggalnya Paus Fransiskus, Stroke Diikuti Koma dan Gagal Jantung

13 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Paus Fransiskus meninggal dunia setelah terserang stroke yang diikuti oleh koma dan gagal jantung.

Penyebab wafatnya Paus Fransiskus diumumkan secara resmi oleh Direktur Direktorat Kesehatan dan Kebersihan Negara Kota Vatikan Dr. Andrea Arcangeli. Dan dipublikasikan oleh Kantor Pers Takhta Suci pada Senin (21/4/2025) malam.

Berdasarkan laporan medis, Paus Fransiskus memiliki riwayat gagal napas akut akibat pneumonia ganda yang disebabkan oleh berbagai mikroba, bronkiektasis multipel, hipertensi, dan diabetes tipe II seperti dilansir kantor berita Vatican News.

Wafatnya Paus Fransiskus dipastikan melalui pemeriksaan thanatografi elektrokardiografik.

"Dengan ini saya menyatakan bahwa penyebab kematian Paus Fransiskus, berdasarkan pengetahuan dan penilaian medis saya, adalah sebagaimana disebutkan di atas," tulis Dr. Arcangeli.

Sebelumnya, Camerlengo Gereja Katolik Roma Kardinal Kevin Farrell mengumumkan kematian Paus Fransiskus dari Domus Sanctae Marthae atau Casa Santa Marta pada Senin (21/4) pukul 09.45 waktu setempat dengan kata-kata berikut:

"Saudara-saudari terkasih, dengan duka yang mendalam, saya harus mengumumkan wafatnya Bapa Suci kita, Fransiskus. Pada pukul 07.35, Uskup Roma, Fransiskus, telah kembali ke Rumah Bapa.”

“Seluruh hidupnya didedikasikan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya. Beliau mengajarkan kita untuk hidup setia dalam nilai-nilai Injil, penuh keberanian dan cinta kasih yang menyeluruh, khususnya kepada mereka yang paling miskin dan tersisih.”

“Dengan hati yang penuh syukur atas teladannya sebagai murid sejati Kristus, kami percayakan jiwa Paus Fransiskus kepada kasih Allah yang Maha Pengasih, Bapa, Putra, dan Roh Kudus."

Paus Fransiskus meninggal dunia di usia 88 tahun. Paus asal Argentina ini tutup usia pada Senin pagi waktu Roma, setelah berjuang melawan pneumonia selama lebih dari sebulan di Rumah Sakit Gemelli.

Pemindahan Jenazah Paus Fransiskus

Direktur Kantor Pers Takhta Suci, Matteo Bruni, menyatakan kepada wartawan bahwa jenazah Paus Fransiskus kemungkinan akan dipindahkan ke Basilika Santo Petrus pada Rabu pagi (23/4/2025) agar umat dapat berdoa di hadapan jasadnya.

"Pemindahan jenazah Bapa Suci ke Basilika Vatikan untuk penghormatan umat dapat dilaksanakan pada Rabu pagi, 23 April 2025, sesuai dengan tata cara yang akan ditetapkan dan diumumkan besok, setelah kongregasi pertama para kardinal," kata Bruni seperti dikutip dari Vatican News.

Riwayat Kesehatan Paus Fransiskus

Sebelum kabar duka ini diumumkan, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sempat jatuh sakit. Pada awal Februari 2025, Kepala Negara Vatikan sudah merasa tidak fit karena mengalami bronkitis.

Akibat penyakit pernapasan itu, Paus Fransiskus membatalkan acara-acara yang telah dijadwalkan dan harus dirawat di rumah sakit.

Sang Bapa Suci dirawat di Rumah Sakit Gemelli di Roma pada Jumat, 14 Februari 2025 setelah dilaporkan mengalami kesulitan bernapas saat menghadiri salah satu pertemuan.

Dalam pernyataan pada Jumat malam, Vatikan mengatakan Paus Fransiskus dirawat di rumah sakit karena bronkitis yang memburuk dan tes diagnostik awal menunjukkan infeksi saluran pernapasan. Pernyataan yang sama menambahkan, Paus Fransiskus telah memulai terapi obat di rumah sakit dan kondisi klinisnya baik, namun dia mengalami sedikit demam. Demikian dikutip dari The Guardian.

Umumkan Idap Pneumonia Bilateral pada 17 Februari 2025

Pada 17 Februari 2025, Vatikan mengumumkan bahwa Paus Fransiskus mengidap pneumonia bilateral.

"Berdasarkan CT scan dada yang dijalani Bapa Suci menunjukkan timbulnya pneumonia bilateral yang memerlukan terapi farmakologis lebih lanjut," tutur pihak otoritas Vatikan mengutip Fox News.

Pneumonia bilateral membuat Paus harus dirawat di rumah sakit selama 38 hari. Ada momen-momen kritis kala Paus Fransiskus menjalani perawatan di Rumah Sakit Gemelli Roma, Italia.

Momen Paling Kritis 28 Februari 2025

Menurut salah satu dokter, Professor Sergio Alfieri, Paus sempat mengalami momen paling kritis.

Sergio mengungkapkan, momen paling kritis Paus Fransiskus terjadi pada 28 Februari. Saat itu, Paus mengalami krisis pernapasan dan menghirup muntah.

Pada momen itu, tim dokter harus memutuskan untuk melepaskan atau melanjutkan pengobatan dengan risiko ada kemungkinan merusak organ tubuh lain.

"Kami harus memutuskan apakah akan berhenti dan membiarkannya pergi atau melanjutkan dengan semua obat dan terapi yang tersedia, dengan mengetahui ada risiko yang sangat tinggi untuk merusak organ lain," kata Profesor Sergio.

"Pada akhirnya, kami memilih untuk terus maju," jelas Sergio saat berbicara dengan surat kabar Italia, Corriere della Sera.

Keputusan untuk terus melanjutkan pengobatan dengan risiko yang ada disampaikan oleh perawat pribadi Paus Fransiskus, yakni Massimiliano Strappetti.

"Bapak Suci mempercayakan semua keputusan kepada Massimiliano Strappetti, asisten kesehatan pribadinya. Ia sosok yang mengetahui keinginan Paus dengan baik," kata Sergio menjelaskan.

Saat momen kritis itu, Strappetti mengatakan kepada Sergio untuk mengupayakan segala cara yang bisa dicoba.

"Coba semuanya, kami tidak menyerah. Itulah yang semua kami pikirkan dan tidak ada yang menyerah," seperti disampaikan Sergio mengingat-ingat ucapan Strappetti waktu itu.

Kembali Stabil pada 23 Maret 2025

Upaya maksimal dari tim medis dan Paus Fransiskus yang tak kenal menyerah membuat hasil baik pada kesehatan Bapa Suci. Upaya ini membuat kondisi Paus Fransiskus stabil dan bisa keluar dari RS Gemelli pada 23 Maret 2025.

Sejak keluar dari RS Gemelli, Paus Fransiskus kembali ke kediamannya, Casa Santa Marta.

Selama masa pemulihan Bapa Suci akan menjalani perawatan. Mulai dari fisioterapi untuk mobilitas, terapi pernapasan, dan pemulihan suara.

Namun, pada 21 April 2025, pemimpin Katolik itu mengembuskan napas terakhir dan menyisakan duka mendalam di hati para umat Katolik dunia termasuk Indonesia. Seperti diketahui, Paus Fransiskus sempat berkunjung ke Indonesia pada 3 hingga 6 September 2024. Saat itu, umat Katolik Indonesia menyambut imam mereka dengan hangat dan penuh bahagia.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |