Waspada Penularan COVID-19 Saat Idul Adha, Pakar: Pakai Masker Tidak Ada Salahnya

2 weeks ago 22
Update Warta News Dini Akurat Online

Liputan6.com, Jakarta - Idul Adha kali ini bertepatan dengan adanya laporan peningkatan kasus COVID-19 di beberapa negara Asia seperti Singapura, Thailand, dan Hong Kong.

Idul Adha sendiri merupakan hari raya umat Islam yang diwarnai dengan berbagai kegiatan yang dilakukan bersama. Mulai dari mudik, shalat sunnah Idul Adha, penyembelihan hewan kurban, mengurus pembagian daging, hingga makan bersama.

Lantas, apakah potensi penularan COVID-19 di momen Idul Adha terbilang tinggi?

“Idul Adha kalau bicara apakah berpotensi penularan tinggi, ya sangat berpotensi. Namanya juga padat manusia, mobilitas tinggi, ada juga mudik, ini yang tentu meningkatkan risiko itu. Ditambah juga aktivitas indoor, di dalam ruangan,” kata epidemiolog Dicky Budiman kepada Health Liputan6.com saat dihubungi pada Kamis (6/6/2025).

Dicky menambahkan, meski bukan situasi berbahaya bagi masyarakat usia muda, tapi penularan COVID-19 bisa berdampak besar bagi kelompok rentan seperti bayi dan lanjut usia (lansia).

“Nah dalam situasi ini tentu potensi penularan tinggi, tapi yang perlu dilindungi adalah kelompok yang rawan, bayi ataupun lansia. Kalau yang dewasa gitu enggak masalah tapi kalau lingkungannya berisiko tinggi ya pakai masker tidak ada salahnya dan itu akan menurunkan risiko dan melindungi kelompok rawan serta komorbid,” jelas Dicky.

Tradisi Muslim di Indonesia berbagi daging qurban kepada yang membutuhkan. Hewan kurban disembelih untuk mendekatkan diri kepada Allah

Kenaikan COVID-19 di Negara Tetangga Bisa Terjadi Pula di Indonesia

Seperti diketahui, kasus COVID-19 merangkak naik di negara-negara Asia seperti Thailand, Hong Kong, dan Singapura.

Terkait kenaikan kasus ini, Dicky mengatakan bahwa hal serupa bisa saja terjadi di Indonesia.

“Negara-negara tetangga, seperti Thailand, Hong Kong, Singapura, saat ini memang sudah memperlihatkan data peningkatan kasus COVID-19. Terutama di subvarian terbaru Omicron,” kata Dicky.

“Nah, melihat pola ini, Indonesia tentu berpotensi mengalami peningkatan kasus serupa karena lalu lintas perjalanan internasional yang tinggi di ASEAN, kemudian keluar ASEAN dari Indonesia,” imbuhnya.

Tak Boleh Anggap Remeh

Dicky menambahkan, usai pandemi mereda, Indonesia mulai ketergantungan pada pelaporan mandiri, sementara tes dan surveilans sudah melemah dibanding saat masa pandemi.

Di sisi lain, kepatuhan terhadap protokol kesehatan telah menurun drastis terutama di ruang publik yang padat.

“Artinya, kita tidak boleh menganggap remeh tapi juga tidak usah dan tidak perlu panik. Meskipun angka resmi saat ini rendah tapi ya sebetulnya kalau kasus infeksi bisa banyak. Tapi kan mayoritas tidak bergejala, kalaupun bergejala, sangat ringan,” jelasnya.

Ini adalah pola kenaikan kasus COVID-19 yang juga terjadi di negara-negara lain termasuk di kawasan ASEAN.

Angka Resmi Bukan Satu-satunya Indikator

Pekan lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada tujuh kasus COVID-19. Kasus tersebut tercatat pada minggu ke-22 tahun 2025 tepatnya tanggal 25 Mei-31 Mei.

Data ini dilihat berdasarkan laman resmi Infeksi Emerging Kemenkes RI yang Health Liputan6.com pantau pada Kamis, 5 Juni 2025 pagi. Pada pekan sebelumnya, yakni minggu ke-21, ditemukan 3 kasus COVID-19.

Terkait angka ini, epidemiolog Dicky Budiman menjelaskan bahwa angka resmi bukan satu-satunya indikator. Pasalnya, tes yang sangat menurun membuat kasus yang tidak bergejala atau ringan tidak akan tercatat.

“Sebetulnya, dari kacamata epidemiologi, angka resmi bukan satu-satunya indikator. Karena, testing yang sangat menurun sehingga banyak kasus tidak bergejala ataupun ringan jelas tidak akan tercatat.”

Di sisi lain, gejala yang mirip flu biasa membuat masyarakat tak melakukan tes COVID-19.

“Karena gejalanya mirip flu biasa, membuat masyarakat tidak melakukan tes COVID sehingga underreporting-nya juga tinggi. Hal lain juga karena surveillance genomic-nya terbatas, jadi varian baru mungkin sudah menyebar tanpa terdeteksi luas,” paparnya.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |