Liputan6.com, Jakarta Perkembangan teknologi di era digital mempermudah berbagai kegiatan tapi juga memicu berbagai ancaman risiko kesehatan yang mengintai.
Penyakit degeneratif seperti hipertensi, serangan jantung, stroke, kanker, dan diabetes melitus kini semakin banyak diidap, terutama akibat pola hidup dan pola makan yang tidak sehat.
Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang dirilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2023 menunjukkan tingginya prevalensi hipertensi sebesar 30,8 persen dan diabetes sebesar 11,7 persen. Angka ini didapat berdasarkan pengukuran tekanan darah serta pemeriksaan kadar gula darah.
Selain itu, prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk, di mana penyakit ini merupakan penyakit katastropik dengan pembiayaan tertinggi ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Data tersebut menggarisbawahi pentingnya pengelolaan kesehatan yang lebih baik, untuk mengurangi laju peningkatan kasus.
Maka dari itu, Penasihat Khusus Presiden Bidang Kesehatan, Terawan Agus Putranto menyampaikan pentingnya pengelolaan rutinitas dan gaya hidup agar terhindar dari penyakit kritis. Seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes yang acap kali menyerang masyarakat di Indonesia.
Menurut Terawan, banyak orang yang merasa dirinya sehat, padahal tanda-tandanya seringkali tidak terlihat.
“Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk melakukan pemeriksaan dini guna mendeteksi penyakit dengan lebih seksama,” kata Terawan dalam diskusi Wealth Wisdom 2024 yang diselenggarakan oleh Permata Bank pada Senin, 18 November 2024.
“Selain itu, mengubah gaya hidup yang lebih sehat, seperti pola makan seimbang dan olahraga teratur, dapat menjadi langkah preventif yang efektif untuk mencegah penyakit berisiko tinggi di kemudian hari,” tambahnya.
Santri yang berada di pesantren sebaiknya di cek kesehatannya untuk mencegah penularan penyakit termasuk tuberkulosis (TBC). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang rentan terjadi di pesantren.
Singgung Soal Stroke pada Anak
Terawan juga sempat menyinggung soal stroke yang acap kali dianggap sebagai penyakit orang tua. Padahal, penyakit ini dapat diidap orang yang lebih muda bahkan anak-anak.
Dokter Terawan pun menceritakan pengalaman menangani anak berumur 9 tahun yang terkena serangan stroke.
Awalnya, kata Terawan, banyak orangtua yang tidak menyadari bahwa anak mereka mengalami stroke. "Biasanya, para orangtua mengira anak mereka mengalami kelainan fisik atau hambatan tertentu, dan berusaha melakukan rehabilitasi atau fisioterapi," paparnya.
Namun, setelah dievaluasi lebih lanjut, barulah diketahui bahwa itu adalah serangan stroke. "Karena itu, data, fakta, dan melakukan medical check-up itu sangat penting," tambahnya.
Cegah Stroke pada Anak
Menurut Terawan, stroke dapat memengaruhi banyak aspek kesehatan anak, termasuk fisik, psikologi, dan fungsi bicara.
Meskipun gejalanya mungkin tidak selalu terlihat jelas, stroke bisa memengaruhi motorik atau sensorik tubuh. "Maka dari itu pemeriksaan yang detail diperlukan," kata Terawan.
Salah satu pemicu stroke pada anak yang disoroti oleh Terawan adalah dehidrasi.
"Yang simple saja, jangan sampai terjadi dehidrasi. Anak-anak kita main terus tapi lupa untuk disiapkan minumnya, itu membuat mekanisme peredaran darahnya juga berubah," katanya.
Lebih lanjut Terawan menjelaskan bahwa inflamasi yang meningkat bisa memicu penggumpalan darah, yang pada gilirannya bisa menyebabkan stroke pada anak.
Selain kekurangan cairan atau dehidrasi, stroke pada anak juga bisa dipicu oleh efek dari operasi besar.
Terawan mendapat cerita dari seorang ibu yang anaknya mengalami stroke di umur 5 tahun. Anak tersebut awalnya menjalani operasi tumor, tapi setelah itu sang anak mengalami stroke.
Akibat stroke ini, sang buah hati pun mengalami berbagai kemunduran bahkan kelumpuhan di tubuh bagian kanannya.
"Saya turut prihatin karena anak umur lima tahun sudah terkena stroke. Seperti tadi saya jabarkan, inflamasi akan memicu timbulnya stroke. Operasi yang besar seperti operasi tumor itu bisa memicu inflamasi juga," tambahnya.
Kekayaan Jadi Tak Berarti Tanpa Kesehatan
Dalam kesempatan yang sama, Branch Network Director Permata Bank, Eddie Sajoga, mengungkapkan bahwa ajang Wealth Wisdom selama satu dekade telah menjadi wujud komitmen pihaknya dalam meningkatkan literasi keuangan. Serta membantu nasabah mengelola kekayaannya dengan bijak.
“Tapi untuk tahun ini, kami menghadirkan sesi Health Class untuk mengajak nasabah agar bisa menjalankan gaya hidup sehat secara berkelanjutan. Karena tentunya pengelolaan kekayaan yang baik sama sekali tidak berarti jika tidak disertai dengan upaya menjaga kesehatan,” ujarnya.
Ini menjadi alasan pihak Eddie mengundang pembicara dengan latar belakang sebagai ahli radiologi dan mantan Menteri Kesehatan periode 2019 sampai dengan 2020, yakni Terawan.