Liputan6.com, Jakarta - Hari Kesehatan Nasional (HKN) diperingati setiap 12 November. Menyambut HKN ke-60 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggelar Health Innovation Festival (HAi Fest) di Jakarta pada 7-9 November 2024.
Ajang ini dihadiri pula oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno. Dalam sambutannya dia menyampaikan, untuk membangun sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul dan berdaya saing, harus dimulai dengan memberikan inovasi pelayanan kesehatan bermutu bagi masyarakat.
“Kesehatan itu pengali satu dari prestasi, tetapi sebaliknya sakit itu pengali nol dari prestasi. Sehat adalah utama, jadi membangun SDM itu sehat yang paling utama, dan mencegah penyakit adalah utama,” ujar Pratikno dalam HAi Fest di Jakarta Convention Center, Jumat (8/11/2024).
Dia menambahkan, untuk mendorong terciptanya inovasi pelayanan kesehatan bermutu, pengembangan sistem teknologi kesehatan perlu terus dilakukan. Dan bisa difokuskan untuk memberi produk-produk di dalam negeri.
“Perlu dibangun sistem teknologi yang mampu mendeteksi tingkat kesehatan dan keamanan makanan untuk dikonsumsi. Upaya pengembangan itu dapat dilakukan melalui sinergi para peneliti lintas disiplin ilmu, industri, dan pemerintah.”
“Saya membayangkan kalau gadget bisa mendeteksi lemak jenuh dalam makanan, bisa mendeteksi makanan yang telah terindikasi berbagai macam bakteri membahayakan atau tidak,” tutur Pratikno.
Pratikno juga mengatakan, Kemenko PMK akan terus berperan menjadi ‘jembatan’ yang mengoordinasikan berbagai kepentingan. Tidak hanya secara internal, tetapi juga menjadi penghubung antar kementerian koordinator untuk menciptakan solusi dan inovasi menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat.
Tak hanya Anda memiliki orang untuk berbagi suka dan duka, kehadiran sahabat dan keluarga berperan penting meningkatkan kualitas kesehatan hidup Anda. Studi terbaru ungkap seseorang yang kurang memiliki hubungan sosial berdampak negatif pada kesehatan.
Menuju Kemandirian Sistem Kesehatan Indonesia
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pihaknya berharap sistem kesehatan Indonesia makin mandiri.
“Hari ini kami undang Pak Menko (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan/Menko PMK Pratikno). Semua inovator alat kesehatan sama obat-obatan, perusahaan, industri datang ke sini. Harapannya adalah lebih banyak lagi industri alkes farmasi yang bisa dibangun di Indonesia supaya nanti kalau ada pandemi lagi kita bisa tahan nggak usah impor, beli aja produk kami,” kata Budi.
Budi menambahkan, pihaknya bukan ingin memonopoli pasar Indonesia tapi untuk membangun resiliensi atau ketahanan sistem kesehatan Indonesia agar siap menghadapi berbagai ancaman misalnya pandemi.
“Jadi, memang kita bukannya mau monopolistik harus produk nasional ya, approach-nya adalah kita harus bangun resiliensi security, kalau ada pandemi lagi obat-obatan sama vaksin itu harus tersedia di dalam negeri.”
Strategi Bangun Kapasitas Produksi
Guna menuju kemandirian sistem kesehatan tersebut, maka perlu dibangun kapasitas produksi yang baik.
“Untuk itu kita mesti membangun kapasitas produksi, bangunnya dengan cara apa? Nomor satu, izinnya dipermudah, udah dipermudah semua tuh sama bu Rizka (Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes),” papar Budi.
Tak henti di situ, cara lain untuk membangun kapasitas produksi di Indonesia adalah menggunakan produk asing yang produksi obatnya di dalam negeri.
“Nomor dua, kita undang orang-orang asing. Kita mau pakai produk asing selama kualitasnya bagus dan harganya murah, tapi produksinya dalam negeri dong, kongsi lah mereka sama orang-orang Indonesia.”
Cara ketiga, pemerintah pasti akan membeli produk yang diproduksi dalam negeri, lanjut Budi, karena itu diperbolehkan.
“Anggaran berarti kan besar, dan anggaran pemda-pemda itu harus dibelikan ke dalam negeri. Jadi izinnya, kemudian kita undang ahlinya, kita ajak, permudah, kemudian afirmasi dari pembelian.”
Kemandirian Farmasi adalah Hal yang Sangat Mungkin bagi Indonesia
Masih di ajang yang sama, Dekan Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. apt. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D., mengatakan bahwa kemandirian farmasi adalah hal yang sangat mungkin.
“Peluang atau potensi paling besar untuk kita mandiri atau tahan di bidang kesehatan khususnya farmasi adalah bahan alam. Kenapa? Karena sumber daya alam kita nomor satu dunia kalau kita gabung antara darat dengan laut,” kata I Ketut Adnyana.
“Jadi, sangat mungkin kita mandiri dan tahan di bidang kefarmasian,” tambahnya.
Hal ini semakin didukung dengan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang tak kalah dengan SDM asing.
“Sudah dibuktikan, tadi salah satu staf kami mendapatkan penghargaan inovator marker untuk tanaman obat. Itu fungsinya untuk apa? Untuk melakukan standarisasi bahan alam kita supaya kualitasnya (memenuhi) standar, termasuk efikasi dan keamanannya.”
Di sisi lain, penyakit-penyakit yang banyak ditemui di tengah masyarakat Indonesia seperti stroke, kardiovaskular, diabetes umumnya dapat diredam dengan obat bahan alam.
“Jadi potensi yang sudah kita warisi sejak lama harus kita manfaatkan secara optimal dan sekolah farmasi ITB sangat mendukung untuk itu,” ucapnya.