Sosok Dokter Tan Shot Yen, Ahli Gizi yang Lantang Serukan Pangan Lokal

Liputan6.com, Jakarta Nama dokter Tan Shot Yen menjadi sorotan usai memberikan kritik tajam terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI pada Senin, 22 September 2025.

Tan menilai sebenarnya program MBG memiliki misi mulia untuk meningkatkan status gizi anak-anak. Namun, saat program tersebut berjalan malah ada anak-anak mendapatkan menu fast food. Seperti menu burger dan spageti yang di dalamnya berisi patty-pattyan dan fake keju.

Menurut Tan, hal itu tidak mencerminkan kedaulatan pangan. Ia pun meminta agar MBG menggunakan pangan lokal yang sebenarnya melimpah di Indonesia.

"Alokasikan menu lokal sebagai 80 persen isi MBG di seluruh wilayah," kata ahli gizi masyarakat saat itu.

"Saya ingin anak Papua bisa menikmati ikan kuah asam, dan anak Sulawesi bisa merasakan kapurung. Namun, kenyataannya dari Lhoknga hingga Papua yang dibagikan justru burger," tuturnya di hadapan anggota Komisi IX DPR RI.

Kiprah dokter Tan Shot Yen dalam menyuarakan edukasi gizi dengan fokus pada pangan lokal bukan baru-baru ini. Wanita kelahiran 17 September 1964 di Beijing, China ini memang aktif memberikan edukasi gizi di media sosial pribadi yakni Instagram @drtanshotyen dengan 1,2 juta pengikut.

Tan mengungkapkan bahwa awal mulanya terjun mengedukasi kepada masyarakat usai melihat makin banyak ibu yang takut memberikan Air Susu Ibu (ASI) usai gencarnya narasi soal susu formula. Disebut-sebut kalau bayi yang minum susu formula bisa bikin gemoy. Hal itu yang coba Tan luruskan di media sosialnya.

Bukan cuma soal ASI dan menyusui, saat ini banyak masyarakat yang sudah melupakan pangan lokal. Bahkan, anak-anak pun termasuk yang di pelosok sudah makan mi kremes, biskuit bayi dan makanan produksi industri massal lainnya.

"Negara kita kurang apa sih? Sumber daya alam kita loh jinawi (subur makmur) lho. Laut kita jaya. Namun, makan makanan khas kita sendiri malah asing di Tanah Air sendiri," kata Tan.

Indonesia sebagai negara kepulauan berlimpah dengan ikan. Namun, malah narasi yang mencuat di beberapa kalangan 'Enggak bisa makan ikan karena takut alergi'. Hal yang membuat miris lainnya adalah ikan yang punya nilai gizi tinggi malah dijual ke luar negeri.

"Malah ikan yang sehat seperti ikan cakalang, ikan tude itu dijual ke orang asing," katanya.

Aktif membagikan edukasi soal gizi membuat para pengikutnya di Instagram jadi melek gizi. Misalnya saat pengikutnya yang seorang ibu melaporkan bahwa anaknya mendapatkan MBG susu dengan rasa dan tinggi gula, maka sudah bisa mengajukan protes.

"Yang saya banggakan dari follower saya menjadi teredukasi. Bisa protes kalau mendapatkan mendapatkan susu berasa," kata Tan.

Konsisten mengedukasi masyarakat tentang pangan lokal Indonesia kerap mendapatkan cibiran bahkan kritikan di kolom komentar media sosialnya. Namun, hal tersebut tak membuat Tan berkecil hati.

"Di bawa happy aja," katanya.

Jika memang ada komentar jahat di kolom komentar di media sosial, yang akan meneror balik adalah followernya.

"Yang berani neror malah diteror balik oleh follower saya," katanya sambil tertawa.

Dokter Tan Shot Yen memulai perjalanan akademis di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara pada 1983-1990.

Kemudian Tan melanjutkan program Profesi Kedokteran Negara di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada tahun 1991.

Pada 2009 Tan menyelesaikan pendidikan pascasarjana di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, pada tahun 2009.

Gelar Doktor Ilmu Gizi diraih Tan usai lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2014 setelah empat tahun menempuh pendidikan. 

Foto Pilihan