Tak Perlu Takut, Pendonor Ginjal Kini Bisa Pulih Lebih Cepat dengan Inovasi Medis

1 week ago 7

Liputan6.com, Jakarta Pengambilan ginjal dari pendonor untuk transplantasi kerap dianggap sesuatu yang menakutkan dan menyakitkan.

Padahal, seiring berkembangnya inovasi medis, kini pengambilan ginjal dapat dilakukan tanpa membuat pendonor harus dirawat dalam waktu lama.

Salah satu inovasi itu disebut metode laparoskopi intraperitoneal. Menurut dokter spesialis urologi RS Siloam ASRI Nur Rasyid, sejak 2017, pihaknya telah menerapkan metode tersebut untuk pengambilan ginjal dari pendonor hidup. Dan tidak pernah lagi menggunakan metode konvensional operasi terbuka (dengan sayatan besar).

Metode laparoskopi intraperitoneal hanya memerlukan sayatan kecil 1-2 cm sebanyak 3-4 buah sehingga mengurangi risiko komplikasi mencederai organ vital di sekitar ginjal.

“Pengembangan lebih lanjut sejak tahun 2020 dilakukan teknik laparoskopi retroperitoneal ini mengurangi risiko komplikasi karena tidak mengganggu organ-organ intra abdomen lain seperti saluran pencernaan dan pembuluh darah utama,” ujar Nur Rasyid dalam keterangan tertulis, Selasa (26/11/2024).

Pendonor yang menjalani prosedur ini juga merasakan pemulihan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode operasi terbuka. Umumnya, mereka hanya membutuhkan waktu perawatan 2-3 hari dan bisa kembali beraktivitas normal dalam waktu seminggu setelah operasi.

Selain itu, untuk kondisi dengan keterbatasan donor, RS Siloam ASRI juga melakukan teknik canggih operasi bedah mikro. Teknik ini dapat menggabungkan 2-3 pembuluh darah arteri ginjal agar donor dengan variasi pembuluh darah bisa menjadi donor dan lama waktu penyambungan arteri sama dengan donor dengan arteri tunggal. Hal tersebut memperpendek warm ischemik dan meningkatkan keberhasilan transplantasi.

Kegemarannya mengkonsumsi mie instan berujung petaka, bocah perempuan berusia 13 tahun ini divonis gagal ginjal kronis stadium 5. Vonis yang diterimanya pada akhir 2022 lalu harus membuat anak ini menjalani cuci darah seminggu dua kali sampai sekara...

Terapkan Protokol Ketat Seleksi Pendonor dan Penerima Ginjal

Menurut Nur Rasyid, dengan penerapan inovasi-inovasi ini, pihaknya dapat memberikan hasil yang lebih baik dan mengurangi risiko komplikasi pascaoperasi baik bagi pendonor maupun penerima.

Keberhasilan transplantasi ginjal didukung oleh standar prosedur tinggi yang diterapkan pada setiap tahap. Rumah sakit ini memiliki protokol ketat untuk seleksi pendonor dan penerima ginjal, serta prosedur medis yang disesuaikan dengan kondisi pasien.

Prosedur penapisan donor melalui tim advokasi yang terlatih terdiri dari psikiater, medikolegal, etikolegal dan hukum, untuk menghindari terjadinya jual beli organ. Selanjutnya, apabila telah lolos dari team advokasi maka dilanjutkan pemeriksaan menyeluruh pada pendonor, termasuk tes darah dan pemantauan fungsi ginjal untuk memastikan ginjal dalam kondisi optimal. Tim medis juga menjalankan tes untuk memastikan ginjal yang diterima dapat berfungsi baik dan tidak ditolak tubuh pasien.

Standar prosedur ini mencakup aspek medis dan komunikasi antara tim medis, pasien, dan keluarga. Sebelum melakukan tindakan, pihak RS memberikan edukasi mendalam tentang transplantasi ginjal kepada pasien dan keluarga untuk mengurangi kecemasan dan memastikan pemahaman yang baik tentang proses sebelum dan sesudah prosedur. Pendekatan ini menciptakan lingkungan yang mendukung, berkontribusi pada keberhasilan prosedur.

Peran Tim Multidisiplin dalam Keberhasilan Transplantasi Ginjal

Keberhasilan transplantasi ginjal didukung oleh kerja sama tim medis multidisiplin, termasuk:

  • Dokter;
  • spesialis nefrologi;
  • spesialis urologi;
  • ahli anestesi;
  • ahli radiologi;
  • ahli jantung;
  • ahli paru;
  • perawat;
  • ahli gizi; dan semua unsur.

Setiap anggota tim memiliki peran penting dalam menjaga kelancaran prosedur.

Misalnya, dokter spesialis nefrologi memeriksa kecocokan donor dan resipien, serta pemantauan berkala sepanjang umur pasien. Spesialis urologi bertugas melakukan pengambilan dan penanaman ginjal. Sedangkan ahli anestesi memastikan kondisi pasien aman selama operasi.

Selain itu, ahli radiologi dengan pemeriksaan imaging memberikan informasi anatomi pembuluh darah donor dan resipien dengan teknologi agar memudahkan tim operasi dan memonitor hasil operasi dengan USG Doppler.

Tim perawat terlatih memberikan perawatan pascaoperasi untuk pemulihan optimal. Bahkan untuk memberikan pelayanan paripurna tersedia pelayanan home care agar pasien dapat terpantau dengan baik dan menjaga stres pasca operasi.

Komunikasi yang efektif antara tim medis juga sangat penting untuk memastikan bahwa semua langkah sesuai rencana, selama persiapan, pelaksanaan, dan setelah transplantasi ginjal.

Tantangan dalam Transplantasi Ginjal dan Solusinya

Salah satu tantangan utama dalam transplantasi ginjal adalah keterbatasan jumlah ginjal yang tersedia, baik dari pendonor hidup maupun pendonor yang telah meninggal dunia (jenazah).

Saat ini, jumlah pasien gagal ginjal yang membutuhkan transplantasi ginjal sangat tinggi, sementara jumlah pendonor yang tersedia sangat terbatas.

“Menumbuhkan kesadaran dalam upaya mengatasi masalah donor ginjal yang terbatas, masyarakat perlu memahami tentang pentingnya donor ginjal dari jenazah, yang meskipun sudah diatur dalam undang-undang, masih kurang diterima oleh sebagian besar masyarakat Indonesia,” sebut dokter spesialis penyakit dalam Prof. Endang Susalit.

Tantangan lainnya adalah risiko penolakan ginjal oleh tubuh penerima. Untuk mengatasinya, tim ahli mengelola pasien yang mengalami reaksi penolakan dengan menggunakan obat imunosupresan dan pemantauan yang ketat untuk mencegah penolakan ginjal.

Tim medis juga mengedukasi pasien tentang pentingnya kepatuhan pada pengobatan dan gaya hidup sehat untuk menjaga fungsi ginjal yang baru.

Orang-orang berjalan di sekitar taman di tengah kondisi kabut asap tebal di Lahore pada Kamis 7 November 2024. (Arif ALI/AFP)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |