Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) semakin memberi perhatian pada kanker darah.
Pasalnya, kanker yang juga dikenal dengan istilah medis leukemia, limfoma, dan mieloma, memiliki jumlah kasus yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Baik di kalangan anak-anak maupun orang dewasa.
Berdasarkan data dari Kemenkes RI, lebih dari 400 ribu orang di dunia mengidap kanker darah dan lebih dari 10.000 orang, terutama anak-anak, di Indonesia mengidap penyakit ini. Fenomena ini menjadi tantangan besar di sektor kesehatan yang membutuhkan penanganan komprehensif.
Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia telah menerapkan transformasi kesehatan 6 pilar, yang salah satunya memfokuskan perhatian pada penanganan kanker.
“Kanker ini harus segera diatasi, karenanya kami punya satu fokus dan satu strategi, jadi kita bisa meletakkan semua usaha dan uang pada strategi ini, yakni mendeteksi kanker sejak dini,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Sabtu (23/11/2024) mengutip Sehatnegeriku.
Menurut Budi, deteksi dini merupakan salah satu langkah krusial dalam menangani kanker. Upaya ini dapat mengurangi angka kematian, mengurangi biaya pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Untuk mendukung strategi tersebut, pemerintah terus meningkatkan fasilitas layanan kesehatan dengan mendistribusikan alat skrining kanker darah ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.
Silvio Berlusconi meninggal dunia pada Senin (12/6/2023) waktu setempat di Rumah Sakit San Raffaele, Milan, Italia. Berlusconi meninggal dunia akibat infeksi paru-paru terkait masalah leukemia kronis yang dirahasiakan.
Target Pemenuhan Alat Deteksi Dini Kanker Darah
Hingga saat ini, pemerintah telah mendistribusikan alat hematoanalyzer dan blood chemical analyzer ke lebih dari 10.000 puskesmas di Indonesia. Pemenuhan alat kesehatan (alkes) tersebut ditargetkan rampung pada 2027.
“Alat ini bisa digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap. Jadi, bila ada anomali yang berpotensi menjadi kanker darah bisa kita identifikasi lebih dini,” kata Budi.
Di tingkat wilayah perkotaan dan rumah sakit, pemerintah telah mengirimkan alat tes PCR yang digunakan untuk tes molekuler biologi, yang tidak tersedia di puskesmas.
Sementara, di tingkat provinsi, pemerintah berencana membangun laboratorium kesehatan masyarakat di 514 kabupaten/kota di 34 provinsi. Laboratorium kesehatan masyarakat ini dilengkapi dengan mesin PCR dan mesin X-ray generasi terbaru.
“Kenapa mesin ini dibutuhkan untuk deteksi kanker, karena kita tidak hanya ingin memeriksa darah dan protein dalam darah, tetapi di masa depan kita juga ingin memiliki teknologi test terbaru seperti sel tumor dan DNA,” ucap Menkes.
Tantangan Penanganan Kanker Darah di Indonesia
Meski pemerintah telah mengimplementasikan berbagai langkah strategis telah diambil, sejumlah tantangan masih harus diatasi. Seperti rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini dan pengobatan kanker darah. Banyak kasus kanker darah baru terdiagnosis pada stadium lanjut.
Selain itu, kendala lainnya, yakni keterbatasan fasilitas di beberapa daerah dan tingginya biaya pengobatan kanker darah, yang masih menjadi beban bagi sebagian masyarakat.
Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah melengkapi semua rumah sakit dengan alat diagnostik yang memadai.
Pemerintah telah mendistribusikan alat diagnostik canggih seperti digital pathology dan flow cytometry ke rumah sakit di 514 kabupaten/kota, SPECT-CT ke rumah sakit di 34 provinsi, serta PET CT Scan ke 16 rumah sakit vertikal Kemenkes.
“Itulah inisiatif pemerintah untuk meningkatkan kemampuan sektor kesehatan dalam melakukan skrining dan diagnostik kanker khususnya kanker darah,” terang Budi.
Dorong Rumah Sakit Adopsi Metode Pengobatan Kanker yang Lebih Maju
Terkait pengobatan kanker, Budi mengatakan, pemerintah mendorong semua rumah sakit untuk menerapkan pendekatan multidisiplin dalam menangani kanker.
Dari sisi infrastruktur, mulai tahun depan, pemerintah juga akan mendistribusikan cytotoxic drug safety cabinet untuk kemoterapi ke 514 kabupaten/kota, serta radiotherapy dan linear accelerator (LINAC) ke 34 provinsi.
Tak hanya itu, Budi mendorong semua rumah sakit untuk mengadopsi metode pengobatan kanker yang lebih maju (advance) guna mempercepat kesembuhan pasien.
Melalui strategi ini, Menkes berambisi dapat menurunkan angka kematian akibat kanker dan meningkatkan kualitas hidup pasien di Indonesia.
“Harapannya, dengan deteksi dini yang lebih masif, alat deteksi yang lebih baik, serta pengobatan yang lebih advance, Indonesia dapat menjadi negara yang lebih siap dalam menghadapi tantangan kanker, baik saat ini maupun di masa depan,” pungkasnya.