Liputan6.com, Jakarta - Sejak lama dipercaya bahwa makanan dapat membantu mengatasi depresi. Sejumlah buah disebut dapat meningkatkan mood. Kini sebuah studi baru yang dipimpin oleh Raaj Mehta, MD, MPH, seorang instruktur kedokteran di Harvard Medical School dan seorang dokter di Rumah Sakit Umum Massachusetts, dan ditulis bersama oleh Andrew Chan, MD, MPH, Dokter Gastroenterologi Terkemuka di Rumah Sakit Umum Massachusetts, membuktikan hal tersebut.
Studi terbaru ini semakin membuktikan hubungan kuat antara usus dan otak kita dengan temuan baru tentang bagaimana jeruk membantu mencegah depresi.
Meskipun depresi memengaruhi sekitar 280 juta orang di seluruh dunia, penyebabnya masih belum jelas. Dan meskipun ada sejumlah obat antidepresan yang dapat membantu mengobatinya, hingga 30% pasien gagal merespons pengobatan awal atau mengalami efek samping yang tidak dapat ditoleransi.
Untungnya, ada semakin banyak data yang menjanjikan yang menunjukkan bahwa mikrobioma usus memainkan peran penting dalam bagaimana masalah kesehatan mental berkembang.
Tujuan dari studi Harvard, dan apa yang perlu diperiksa lebih lanjut, adalah bagaimana tepatnya usus dan otak berinteraksi untuk mengurangi risiko ini. Terinspirasi oleh studi tahun 2016 yang melibatkan lebih dari 100.000 wanita, Dr. Mehta dan Dr. Chan berupaya untuk meneliti lebih dalam apa sebenarnya yang menyebabkan penurunan depresi melalui “sumbu otak-usus.”
Studi itu menyebut juga mengungkap bahwa buah jeruk berpotensi mengatasi depresi.
Hubungan antara kesehatan usus dan kesehatan mental
Selama beberapa tahun terakhir, penelitian telah menyoroti hubungan penting antara kesehatan usus dan kesehatan mental.
Pada tahun 2022, sebuah penelitian dari Australia menunjukkan bahwa mengurangi asupan makanan ultra-olahan dapat meningkatkan kesehatan mental Anda. Gagasan untuk mengurangi makanan yang tidak sehat itu penting, tetapi penelitian Harvard yang baru ini melangkah lebih jauh dalam mengidentifikasi makanan mana yang harus kita tambahkan dalam pola makan kita.
Meskipun data tersebut tidak menunjukkan jeruk sebagai "obat" yang efektif untuk depresi yang sudah ada, namun data tersebut memberikan sedikit harapan bahwa, dengan penelitian lebih lanjut, jeruk dapat berpotensi membantu mengelola depresi.
Penelitian tersebut juga mendorong penelitian tambahan tentang interaksi antara pola makan dan kesehatan mental — selain makanan mana yang harus kita singkirkan dari piring kita.
Mengapa jeruk sangat penting?
Dilansir Good Housekeeping, tentu saja, menambah asupan semua buah dan sayur bermanfaat, tetapi buah jeruk berbeda dari buah-buahan lain karena dapat mencegah depresi.
Buah jeruk khususnya merangsang pertumbuhan Faecalibacterium prausnitzii (F. prausnitzii), sejenis bakteri yang ditemukan di usus manusia.
Jenis bakteri ini penting untuk kesehatan mental karena saat kita makan buah jeruk, usus kita meningkatkan kehadiran F. prausnitzii, yang pada gilirannya menghasilkan neurotransmitter serotonin dan dopamin — dua molekul biologis favorit kita untuk meningkatkan suasana hati.
Berapa banyak buah jeruk yang sebaiknya Anda konsumsi?
Studi Harvard menemukan bahwa mengonsumsi satu buah jeruk berukuran sedang per hari dapat menurunkan risiko terkena depresi hingga sekitar 20%. Dr. Chan menjelaskan bahwa "manfaatnya tampak muncul saat mengonsumsi lebih dari lima porsi buah jeruk per minggu selama setidaknya empat tahun."
Meskipun studi tersebut terutama menggunakan jeruk biasa dan jeruk bali, Dr. Chan mencatat bahwa meskipun mereka tidak dapat secara khusus mengamati jenis buah jeruk lainnya, "kami tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa buah-buahan tersebut tidak memiliki manfaat."
Buah jeruk apa pun — entah itu lemon, jeruk nipis, jeruk bali, atau jeruk — diperkirakan akan membanjiri usus Anda dengan F. prausnitzii dan menghasilkan keajaibannya yang membahagiakan.