Liputan6.com, Jakarta Setidaknya ada enam gejala kanker kandung empedu yang perlu diwaspadai terutama bila ada riwayat tifoid atau tipes (tifus).
Menurut epidemiolog, Dr. Dicky Budiman, PhD., pada tahap awal, gejalanya sering tidak khas tapi bisa berupa:
- Nyeri perut kanan atas, bisa tumpul atau tajam, terutama setelah makan berlemak.
- Mual, muntah, dan gangguan pencernaan seperti kembung.
- Penurunan berat badan tanpa sebab jelas.
- Demam ringan berulang.
- Kulit dan mata menguning (ikterik) jika kanker menyumbat saluran empedu.
- Feses pucat dan urine gelap.
Dicky menjelaskan, infeksi tifoid berulang bisa menyebabkan kanker kandung empedu. Tifoid sendiri disebabkan oleh Salmonella typhi sebagai agen karsinogenik.
Salmonella typhi dapat bersifat karsinogenik, terutama bila infeksi terjadi berulang atau menetap dalam jangka panjang di kantong empedu (carrier state).
Kolonisasi kronis di kandung empedu, bila tidak sembuh tuntas, memungkinkan bakteri bertahan dalam biofilm dan batu empedu. Bakteri ini menghasilkan toksin dan senyawa pro-inflamasi (seperti nitrosamin) yang bisa menyebabkan kerusakan DNA sel epitel kandung empedu.
“Inflamasi kronik ini mempercepat transformasi sel normal menjadi sel kanker (adenokarsinoma),” jelas Dicky saat menghadiri Global Conference One Health di Shenzhen, China, 27-30 Juni 2025.
Diyah Peserta LIDA 2020 Cerita Tentang Sakit Tifus yang Pernah Dialaminya
Faktor Risiko Kanker Kandung Empedu Terkait Tifoid
Beberapa faktor risiko kanker kandung empedu terkait tifoid adalah:
- Riwayat infeksi tifus berulang, lebih dari 2 kali atau sering dalam 5 tahun terakhir.
- Pasien pembawa kronis S. typhi (asymptomatic carrier).
- Memiliki batu empedu (gallstone), karena S. typhi mudah menempel dan bertahan dalam biofilm batu empedu.
- Kebersihan makanan dan air buruk (endemis di wilayah Indonesia).
- Usia lebih dari 40 tahun, dan wanita lebih berisiko.
Tifoid di Indonesia
Di Indonesia, tifus masih endemis di banyak wilayah, terutama daerah dengan sanitasi buruk, air minum tidak bersih, dan jajanan kaki lima yang tidak higienis.
Banyak kasus tidak terdiagnosis (underdiagnose) dan pengobatan tifus tidak tuntas, sehingga meningkatkan risiko pembawa kronis.
Sementara, akses USG abdomen masih rendah sehingga deteksi dini batu empedu dan infeksi kronis sering terlewat.
Ditambah, kebiasaan konsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat (seperti gorengan dan jeroan) hal tersebut memperburuk risiko batu empedu. Apalagi edukasi tentang hubungan infeksi kronik dan kanker pun masih kurang.
Bagaimana Cara Mencegah Tifoid?
Guna mencegah tifoid atau tipus, Dicky menyarankan beberapa cara, yakni:
- Air minum harus direbus atau diklorinasi.
- Hindari makanan yang terbuka dan tidak higienis, terutama di pinggir jalan.
- Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air.
- Vaksinasi tifoid setiap 3 tahun (terutama anak-anak dan orang di daerah endemis).
Sedangkan, jika sudah terkena tifoid, maka perlu ditangani hingga tuntas. Jangan menghentikan antibiotik sebelum waktunya, walaupun gejala hilang. Lakukan pemeriksaan feses/urine ulang untuk memastikan bakteri hilang.
Perlu juga deteksi batu empedu dan infeksi kronik. Bisa dengan USG abdomen rutin bila ada gejala dispepsia (mual, muntah, kembung), riwayat tifus berulang, atau usia 40 tahun ke atas. Serta, pemeriksaan pembawa S. typhi kronik (carrier screening) pada yang pernah kena tifus berulang.
Terakhir, terapkan gaya hidup sehat. Hindari makanan tinggi kolesterol dan gorengan (faktor batu empedu). Sebaliknya, perbanyak serat, sayur, air putih dan olahraga teratur.