Pola Makan atau Diet Kerap Dikaitkan Sebagai Penyebab Migrain, Bagiamana Penjelasannya?

7 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Bagi banyak orang, serangan migrain bisa muncul tanpa aba-aba. Bisa saja Anda sedang tenang di meja kerja, lalu tiba-tiba sakit kepala berdenyut muncul, disertai mual dan sensasi silau saat melihat cahaya.

Tak jarang, muncul pertanyaan “Apa pemicunya?”. Salah satu hal yang sering dicurigai adalah pola makan atau diet. Tapi, seberapa besar sebenarnya pengaruh makanan terhadap migrain?

Menurut Lauren R. Natbony, M.D., ahli saraf sekaligus spesialis sakit kepala di Icahn School of Medicine di Mount Sinai, makanan memang dapat berperan, tetapi bukan satu-satunya faktor pemicu.

“Mencoba mencari tahu apakah ada pemicu makanan bisa sangat menakutkan,” kata Dr. Natbony.

“Pasien migrain diminta untuk menghindari banyak makanan — namun, tidak semua makanan tersebut akan memicu serangan migrain pada setiap orang.”

Daftar Makanan yang Diduga Bisa Picu Migrain

Beragam jenis makanan pernah disebut-sebut sebagai biang kerok migrain. Namun, faktanya, pemicu sakit kepala pada satu orang bisa berbeda dengan orang lain.

Beberapa makanan yang sering masuk dalam daftar “tersangka” antara lain:

  • keju
  • cokelat
  • buah jeruk
  • alkohol
  • kopi
  • tomat, hingga
  • daging olahan

Selain itu, bahan tambahan makanan seperti MSG, nitrit, histamin, gluten, dan pemanis buatan seperti aspartam atau sukralosa juga sering dicurigai.

Namun, Dr. Natbony menekankan, “Pemicu makanan yang paling umum adalah kafein, MSG, nitrit (misalnya daging olahan), alkohol (terutama anggur merah), pemanis buatan (terutama aspartam), buah jeruk, dan keju tua. Namun, buktinya secara keseluruhan cukup buruk. Dan pemicu bersifat spesifik untuk setiap orang dan tidak universal.”

Menariknya, dalam hal cokelat, buktinya pun saling bertentangan.

“Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa cokelat merupakan pemicu yang mungkin. Namun, penelitian lain telah menunjukkan bahwa cokelat berpotensi bermanfaat bagi migrain,” tambahnya, dilansir Good Housekeeping.

Bagaimana Diet Eliminasi Bekerja?

Salah satu pendekatan yang kerap disarankan untuk menemukan kaitan migrain dengan makanan adalah diet eliminasi. Metode ini dilakukan dengan menyingkirkan makanan yang dicurigai sebagai pemicu, kemudian mengamatinya.

“Diet eliminasi memerlukan identifikasi makanan, minuman, atau bahan yang memicu, dan menyingkirkannya dari diet,” kata Dr. Natbony. “Pasien mungkin menyadari bahwa serangan migrain terjadi setelah terpapar pemicu makanan yang jelas. Dalam kasus ini, penghindaran pemicu tertentu dapat direkomendasikan.”

Jika tertarik mencoba, Dr. Natbony menyarankan untuk membuat buku harian makanan sekaligus buku harian sakit kepala.

“Jika Anda merasa ada makanan yang memicu serangan migrain, saya sarankan untuk tidak mengonsumsinya selama sekitar 4 minggu. Pantau gejalanya untuk melihat apakah ada perbaikan. Anda kemudian dapat menambahkan kembali makanan tersebut ke dalam pola makan Anda dan memantau efeknya.”

Pendekatan lain yang bisa dicoba adalah menghindari delapan pemicu paling umum selama 8 minggu, lalu menambahkan kembali satu per satu untuk melihat efeknya.

Diet Spesifik Lain yang Mungkin Membantu

Selain diet eliminasi, beberapa pola makan tertentu pernah diuji untuk membantu mengurangi intensitas migrain. Diet ketogenik (tinggi lemak, rendah karbohidrat) misalnya, disebut dapat menurunkan stres oksidatif dan peradangan saraf.

“Ada beberapa penelitian tentang diet ini untuk migrain,” ujar Dr. Natbony. “Meskipun buktinya terbatas, masuk akal jika diet ketogenik berdampak positif pada migrain.”

Selain itu, diet tinggi asam lemak omega-3 dan rendah omega-6 juga menunjukkan hasil menjanjikan. Menurut Dr. Natbony,

“Ini adalah salah satu diet yang memiliki bukti paling kuat.” Diet rendah glikemik, yang menghindari makanan berindeks glikemik tinggi, juga sempat dikaitkan dengan penurunan intensitas migrain.

Beberapa orang melaporkan bahwa pola makan Mediterania atau makanan kaya probiotik membantu meredakan migrain. Namun, bukti ilmiah untuk kaitannya masih terbatas.

Tips Realistis dari Pakar

Daripada menebak-nebak, Dr. Natbony mendorong pasien migrain untuk tetap realistis dan tidak stres berlebihan mengejar pemicu yang belum tentu relevan. “Pendekatan klinis saya adalah pertama-tama merekomendasikan diet yang sehat, segar, dan sebisa mungkin tidak diolah, karena ini sudah menghilangkan banyak pemicu makanan potensial,” katanya.

Jika ingin mencoba pola makan tertentu, Dr. Natbony menyarankan fokus pada tiga opsi yang bukti ilmiahnya relatif paling banyak: diet tinggi omega-3/rendah omega-6, diet rendah lemak seperti keto, atau diet eliminasi.

Bagaimanapun juga, tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua orang. Yang terpenting adalah mendengarkan sinyal tubuh sendiri, mencatat pola makan, dan berkonsultasi dengan dokter jika migrain semakin mengganggu kualitas hidup.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |