Liputan6.com, Jakarta Saat ini, konsep berpikir positif banyak diadopsi oleh berbagai kalangan termasuk tenaga kesehatan, karena dianggap mampu membantu mengelola stres dan kecemasan.
Melalui afirmasi positif, self-talk, dan visualisasi, seseorang diyakini dapat membentuk pola pikir yang lebih optimistis. Namun, efeknya tidak selalu sebesar yang dibayangkan banyak orang.
Menurut sebuah artikel tahun 2019, berpikir positif berarti mengganti pola pikir negatif, seperti pesimisme menjadi pola pikir positif atau optimisme. Namun, penulis artikel tersebut menegaskan bahwa berpikir positif juga memiliki keterbatasan.
“Tidak semua emosi negatif harus dihapuskan. Kadang, perasaan seperti sedih atau marah justru perlu diakui agar seseorang bisa lebih realistis dan tangguh,” tulisnya.
Dilansir dari Psych Central, sebuah studi tahun 2020 juga menyebutkan bahwa berpikir positif yang didasari kenyataan serta harapan yang wajar dapat meningkatkan kesejahteraan mental seseorang. Para peneliti menyarankan agar berpikir positif dilakukan dengan tetap menyadari dan menerima emosi yang muncul, bukan menekannya.
Apa Itu Berpikir Positif?
Secara sederhana, berpikir positif adalah upaya mengganti pikiran dan keyakinan negatif dengan yang lebih baik dan membangun. Bentuknya bisa berupa mengulang afirmasi positif, membayangkan keberhasilan, atau berbicara baik pada diri sendiri untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Menurut penelitian, cara ini efektif membantu seseorang lebih fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan dibanding terjebak dalam pikiran negatif. Namun, berpikir positif bukan berarti menolak kenyataan.
“Berpikir positif tidak bisa dilakukan tanpa mengakui realitas dan perasaan yang sedang dirasakan,” tulis hasil studi 2020 tersebut.
Dengan mengenali emosi melalui latihan seperti body scanning atau self-regulation, seseorang dapat menenangkan diri dan tetap berpikir jernih di tengah tekanan.
Cara Melatih Pikiran agar Lebih Positif
Berpikir positif membutuhkan latihan, terutama bagi mereka yang cenderung memiliki pandangan pesimis terhadap dunia. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain tersenyum di situasi sulit, memeriksa pikiran sendiri secara berkala, serta mencoba memberi makna positif pada pengalaman negatif.
Peneliti juga menyarankan untuk bergaul dengan teman-teman yang memiliki pandangan optimis, berolahraga secara rutin, dan menjaga pola makan sehat.
“Latihan seperti self-talk positif dan afirmasi dapat membantu membangun rasa percaya diri serta ketahanan mental,” tulis hasil riset tersebut.
Kebiasaan kecil seperti menulis rasa syukur setiap hari pun terbukti membantu seseorang menjaga keseimbangan emosi.
Manfaat Berpikir Positif bagi Kesehatan
Menurut studi tahun 2021 pada pasien dialisis ginjal, berpikir positif terbukti menurunkan tingkat stres dan kecemasan dibanding kelompok kontrol. Penelitian itu juga menemukan adanya peningkatan skor kualitas hidup, meski tingkat depresi tidak mengalami perubahan signifikan.
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpikir positif bisa membantu menurunkan stres dan meningkatkan kesejahteraan secara umum,” tulis para peneliti.
Dampak berkurangnya stres pun beragam, mulai dari kualitas tidur yang lebih baik, suasana hati lebih stabil, hingga hubungan sosial yang lebih harmonis.
Studi lain tahun 2016 menyebutkan bahwa mengganti pikiran negatif dengan ide positif efektif mengurangi kekhawatiran berlebihan dan risiko burnout. Sementara penelitian tahun 2017 pada mahasiswa menunjukkan bahwa latihan berpikir positif dapat meningkatkan kreativitas dan menurunkan stres.
Secara keseluruhan, berpikir positif memang tidak bisa menghapus semua masalah, namun bisa menjadi alat sederhana untuk menghadapi hidup dengan lebih tenang.