Cara Cegah Kolesterol dan Hipertensi Setelah Idul Adha dari Dokter Spesialis Penyakit Dalam

8 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Hidangan berbahan daging mudah ditemukan ketika Idul Adha tiba. Mulai dari sate, gulai, hingga rendang disajikan dalam jumlah yang tak sedikit. Namun, di balik kelezatan hidangan itu, ada konsekuensi kesehatan yang tidak boleh diabaikan.

Menurut dr. Nindya Putri Permata Risadayu, Sp.PD, dari RS Soeradji Tirtonogoro, lonjakan pasien ke rumah sakit kerap terjadi pasca-hari raya kurban, khususnya dengan keluhan kesehatan seputar sistem pencernaan, tekanan darah, dan kadar kolesterol.

“Biasanya pasien datang dengan keluhan dari pencernaan. Karena itu tadi, dapat daging banyak, langsung dimasak, tidak ada jeda. Makannya cuma daging dan nasi. Itu sangat tidak sehat, tidak seimbang sama sekali,” jelas dr. Nindya dalam talkshow bersama Kementerian Keseahatan RI, dikutip Sabtu (7/6).

Kombinasi karbohidrat dan lemak tanpa sayuran atau serat dapat menyebabkan gangguan seperti nyeri perut, sembelit, hingga keluhan maag, apalagi bila olahannya bersantan dan pedas.

Lebih lanjut, ia menyoroti pola konsumsi daging yang tidak bijak.

“Orang Indonesia kalau makan daging itu tidak cuma gulai. Ada sate, ada rendang. Proses pengolahannya ini yang bisa menyebabkan kadar tekanan darah meningkat dan kolesterol juga ikut naik.”

Namun, dr. Nindya menegaskan bahwa kolesterol tidak serta-merta melonjak hanya karena satu kali makan daging.

“Kalau kolesterol sendiri tidak bisa langsung naik dalam waktu sekejap. Mungkin sebenarnya dia sudah ada kolesterolnya dari awal, tapi belum dipantau atau dicek. Jadi merasa menyalahkan daging kurban.”

Selain itu, asam urat juga menjadi keluhan yang umum muncul. “Padahal, masalahnya bukan pada daging semata, tapi pada bagaimana cara kita mengonsumsinya.”

Tips Sehat Selepas Hari Raya Kurban

Menurut dr. Nindya, salah satu kesalahan paling umum adalah terburu-buru mengolah seluruh daging kurban sekaligus.

“Semuanya langsung dimasak, satu panci besar rendang, satu panci gulai, sate dibakar berkali-kali. Ini membuat makanan yang kita dapat menjadi tidak sehat,” ungkapnya.

Ia menyarankan agar daging dibagi ke dalam porsi kecil dan disimpan dengan baik di dalam freezer. Setiap kali hendak dimasak, cukup ambil satu porsi saja.

“Kalau bisa malah bikin santannya baru. Santan yang dihangatkan berulang-ulang itu bisa menjadi lemak jenuh dan mengandung trans fat, yang meningkatkan risiko inflamasi dan penyumbatan pembuluh darah.”

Masakan seperti rendang dan gulai memang lezat, tetapi harus diproses dengan benar.

“Rendang yang paling bagus ya yang baru saja dimasak. Kalau dihangatkan berkali-kali, apalagi dengan santan, itu bisa menurunkan tingkat kesehatan dari masakan tersebut.”

Sementara untuk sate atau daging panggang lainnya, dr. Nindya mengingatkan soal risiko karsinogenik.

“Daging yang dibakar sampai gosong bisa menjadi karsinogenik. Proses pembakaran yang tidak tepat bisa membuat daging yang awalnya sehat menjadi berbahaya.”

Bijak Olah Daging, Sehat Selama dan Setelah Lebaran

Alternatif metode memasak seperti merebus atau mengukus bisa jadi pilihan yang lebih sehat. Tapi jika tetap ingin membuat sajian khas seperti rendang atau steak, dr. Nindya menyarankan untuk menggunakan teknik dan peralatan memasak yang baik. Misalnya, hindari penggunaan minyak yang berulang kali dipanaskan atau panggangan yang mudah berkarat.

Selain cara memasak, penting juga untuk mengatur porsi makan dan menyeimbangkannya dengan sayur serta buah.

“Kita bisa tetap menikmati daging kurban, asal dengan porsi yang wajar, teknik masak yang tepat, dan pola makan yang seimbang,” tutup dr. Nindya.

Foto Pilihan

Tim Gates Foundation yang diwakili Senior CMC Advisor Vaccine Development Rayasam Prasad mendapat penjelasan dari seorang staf saat meninjau Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |