Liputan6.com, Jakarta Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini dapat menular melalui hubungan intim tanpa pengaman dengan penderita. Mengenali tanda-tanda sifilis sejak awal penting agar pengobatan bisa dilakukan lebih cepat dan efektif.
Pada tahap awal, tanda-tanda sifilis biasanya muncul berupa luka kecil tanpa rasa sakit di area kelamin, mulut, atau anus. Luka ini bisa hilang sendiri, namun bukan berarti infeksinya sembuh. Justru, bakteri terus berkembang dan berpindah ke tahap berikutnya jika tidak diobati.
Seiring waktu, tanda-tanda sifilis bisa bertambah parah, seperti munculnya ruam di tubuh, nyeri otot, demam, hingga pembengkakan kelenjar getah bening. Bila dibiarkan, infeksi dapat menyerang organ dalam dan menimbulkan komplikasi serius. Karena itu, deteksi dan pengobatan sejak dini sangat disarankan.
Berikut Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang penjelasan lengkap tanda-tanda sifilis, Senin (20/10/2025).
Tanda Sifilis Primer: Luka Kecil Tak Nyeri
Mengutip buku berjudul Buku Ajar Ulkus Genital oleh Flora Ramona Sigit Prakoeswa, sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spirochaeta Treponema pallidum. Manusia adalah satu- satunya host dari patogen ini. Sifilis dianggap sebagai infeksi menular seksual karena sebagian besar kasus ditularkan melalui kontak vaginal, anogenital, atau orogenital.
Berikut ini gejala atau tanda sifilis primer:
1. Munculnya Luka Kecil (Chancre)
Tahap awal sifilis atau sifilis primer ditandai dengan munculnya luka kecil yang disebut chancre. Luka ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya. Kemunculan chancre menjadi salah satu tanda tanda sifilis paling awal dan penting untuk diwaspadai.
2. Waktu dan Lokasi Munculnya Luka
Chancre biasanya muncul dalam waktu 10 hingga 90 hari setelah terpapar bakteri, dengan rata-rata sekitar tiga minggu. Lokasi luka bergantung pada titik masuknya bakteri, seperti mulut, alat kelamin, anus, bibir, atau tenggorokan.
3. Sembuh Sendiri tetapi Infeksi Tetap Aktif
Meskipun chancre dapat sembuh sendiri dalam 3 hingga 6 minggu tanpa meninggalkan bekas, infeksi sifilis tidak benar-benar hilang. Bakteri tetap aktif di dalam tubuh dan dapat berkembang ke tahap berikutnya jika tidak diobati.
4. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening
Selain luka chancre, pembengkakan kelenjar getah bening di area selangkangan juga sering menjadi salah satu tanda tanda sifilis primer yang perlu diperhatikan.
Gejala Sifilis Sekunder: Ruam dan Keluhan Sistemik
Mengutip buku berjudul Buku Ajar Epidemiologi Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS (2021) oleh Hanifah Ardiani, S.K.M, M.K.M,, Avicena Sakufa Marsanti, S.K.M, M.Kes, penularan sifilis bisa melalui kontak langsung yang menyebabkan perpindahan bakteri Treponema pallidum yang terdapat pada luka di area genital dan kulit luar area genital.
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa bakteri Treponema pallidum pada kulit manusia dan membran mukosa mempunyai kecendrungan untuk bisa menembus kulit normal dan membran mukosa. Sedangkan, penularan sifilis secara tidak langsung dapat terjadi melalui penggunaan barang yang sifatnya pribadi seperti handuk, pisau cukur, alas tidur dan tinggal dalam kamar yang sama maupun menggunakan fasilitas toilet secara bersamaan.
Berikut ini gejala atau tanda sifilis sekunder:
1. Munculnya Ruam Kulit Tanpa Gatal
Setelah luka chancre pada sifilis primer menghilang, penderita dapat memasuki tahap sifilis sekunder. Salah satu tanda tanda sifilis pada tahap ini adalah munculnya ruam kulit yang tidak gatal di berbagai bagian tubuh, termasuk telapak tangan dan kaki. Ruam ini bisa tampak kasar, merah, atau cokelat kemerahan, dan sering kali sulit dikenali karena bentuknya yang samar.
2. Gejala Sistemik yang Menyerupai Flu
Selain ruam, sifilis sekunder biasanya menimbulkan gejala sistemik seperti kelelahan, demam ringan, sakit tenggorokan, serta nyeri otot atau sendi. Kondisi ini bisa membuat penderitanya merasa lemah secara umum. Pembengkakan kelenjar getah bening juga kerap menyertai fase ini sebagai reaksi tubuh terhadap infeksi yang menyebar.
3. Tanda Tambahan yang Perlu Diwaspadai
Tanda-tanda sifilis sekunder lainnya meliputi penurunan berat badan tanpa sebab jelas dan kerontokan rambut tidak merata (syphilitic alopecia), yang bisa terjadi di kulit kepala, alis, atau janggut. Beberapa penderita juga mengalami luka menyerupai kutil (condylomata lata) di area mulut, genital, atau anus. Gejala-gejala ini dapat hilang timbul selama satu tahun bila tidak ditangani dengan tepat.
Sifilis Laten: Periode Tanpa Gejala yang Berbahaya
Menurut Gossman (2022) sebagaimana dikutip dalam kajian di Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 5 No 4, November 2023, sifilis merupakan penyakit yangdapat diobati secara tuntas menggunakan antibiotik dan dicegah dengan perilaku seksual yang sehat.
Mengutip buku What’s New in HIV Infections Related to STIs (2021) oleh By dr. Herwinda Brahmanti, M. Sc., Sp.KK, dkk., sifilis laten ditandai dengan hasil pemeriksaan serologis yang reaktif tetapi tidak didapatkan gejala dan tanda-tanda sifilis stadium primer dan sekunder. Gejala dan tanda-tanda kambuhnya sifilis sekunder dapat terjadi di awal stadium laten.
Berikut ini tanda sifilis laten:
1. Tahap Diam Tanpa Gejala yang Menipu
Setelah fase sekunder berakhir, penyakit dapat memasuki tahap sifilis laten, yaitu periode di mana tanda tanda sifilis tidak terlihat sama sekali. Meskipun tampak sehat, bakteri Treponema pallidum tetap bersembunyi dan aktif di dalam tubuh, menunggu kesempatan untuk berkembang kembali. Inilah yang membuat fase ini berbahaya, karena penderita sering tidak sadar bahwa infeksi masih ada.
2. Lamanya Masa Laten dan Risiko Penularan
Fase sifilis laten dapat berlangsung sangat lama—dari beberapa tahun hingga puluhan tahun. Selama 12 bulan pertama, penyakit masih berpotensi menular, meskipun tidak ada gejala. Setelahnya, penularan menjadi lebih jarang, tetapi infeksi tetap menetap. Banyak penderita mengira dirinya sembuh, padahal bakteri masih tersembunyi dan bisa aktif kembali sewaktu-waktu.
3. Pentingnya Deteksi dan Pengobatan Dini
Tanpa penanganan medis, sifilis laten berisiko berkembang ke tahap paling serius, yaitu sifilis tersier, yang dapat merusak organ penting seperti jantung dan otak. Karena itu, meskipun tidak tampak gejala, pemeriksaan darah dan diagnosis dini sangat penting bagi mereka yang pernah terpapar atau menunjukkan tanda awal sifilis.
Sifilis Tersier: Komplikasi Serius pada Organ Vital
Berikut ini tanda sifilis tersier:
1. Tahap Akhir yang Paling Berbahaya
Sifilis tersier merupakan fase paling parah dari infeksi sifilis dan dapat muncul bertahun-tahun setelah seseorang pertama kali terinfeksi. Sekitar 30–40% penderita yang tidak menjalani pengobatan berisiko mencapai tahap ini. Pada fase ini, tanda tanda sifilis bisa sangat beragam karena infeksi telah menyebar luas dan merusak berbagai organ vital tubuh.
2. Dampak Berat pada Organ Dalam
Pada tahap sifilis tersier, bakteri Treponema pallidum dapat menyerang otak, saraf, mata, jantung, hati, tulang, dan sendi. Kerusakan yang terjadi sering bersifat permanen dan berpotensi mengancam nyawa. Meskipun pengobatan masih bisa diberikan untuk menghambat perkembangan penyakit, efek jangka panjangnya sering sulit dipulihkan sepenuhnya.
3. Beragam Komplikasi yang Dapat Terjadi Beberapa komplikasi berat sifilis tersier meliputi:
- Neurosifilis – infeksi menyerang otak atau sumsum tulang belakang, menimbulkan sakit kepala hebat, kelumpuhan, gangguan koordinasi, hingga demensia.
- Sifilis okular – memengaruhi mata dan menyebabkan penglihatan kabur, nyeri, sensitivitas cahaya, bahkan kebutaan.
- Otosifilis – mengganggu pendengaran dan keseimbangan, dengan gejala seperti vertigo atau dengungan di telinga.
- Sifilis kardiovaskular – merusak jantung dan pembuluh darah, termasuk risiko aneurisma dan kerusakan katup jantung.
- Gummas – benjolan lunak yang bisa terbentuk di kulit, tulang, hati, atau organ lain akibat peradangan kronis.
Sifilis Kongenital: Ancaman Serius bagi Ibu Hamil dan Bayi
Berikut ini tanda sifilis kongenital:
1. Penularan dari Ibu ke Janin
Sifilis kongenital terjadi ketika ibu hamil yang terinfeksi menularkan bakteri Treponema pallidum kepada janinnya selama masa kehamilan atau proses persalinan. Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati, atau kematian segera setelah lahir. Oleh sebab itu, deteksi dini melalui tes kehamilan rutin menjadi langkah penting untuk mencegah penularan.
2. Gejala Awal yang Sering Tidak Terlihat
Bayi yang lahir dengan sifilis kongenital sering kali tampak sehat pada awalnya, namun tanda tanda sifilis bisa muncul beberapa minggu hingga bulan setelah kelahiran. Gejala bisa mencakup ruam kulit, luka, atau peradangan pada organ vital. Jika tidak segera diobati, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan gangguan serius pada berbagai sistem organ.
3. Dampak Jangka Panjang dan Komplikasi Berat
Beberapa komplikasi sifilis kongenital meliputi pembengkakan hati dan limpa, anemia, serta masalah pada tulang dan sendi. Bayi juga dapat mengalami pilek kronis (rhinitis), kuning (jaundice), atau gangguan saraf seperti kebutaan, tuli, meningitis, hingga keterlambatan perkembangan. Dalam kasus parah, kelainan fisik seperti hidung pelana (saddle nose) atau kelainan gigi dapat muncul seiring pertumbuhan.
Q & A Seputar Topik
Apa tanda tanda sifilis pada tahap awal?
Tahap awal atau sifilis primer biasanya ditandai dengan munculnya luka kecil tidak nyeri yang disebut chancre. Luka ini muncul di area masuknya bakteri, seperti alat kelamin, mulut, atau anus, dan dapat sembuh sendiri dalam beberapa minggu meski infeksi masih ada di tubuh.
Bagaimana gejala sifilis sekunder muncul setelah luka awal sembuh?
Beberapa minggu setelah chancre hilang, sifilis sekunder dapat muncul dengan ruam tidak gatal di telapak tangan, kaki, atau tubuh. Gejala lain meliputi demam, kelelahan, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, dan kerontokan rambut tidak merata.
Apakah sifilis bisa tidak menimbulkan gejala sama sekali?
Ya, pada tahap sifilis laten, penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sifilis yang terlihat. Meskipun tanpa gejala, bakteri tetap aktif di dalam tubuh dan dapat menyebabkan kerusakan serius pada organ vital jika tidak diobati.
Apa yang terjadi jika sifilis tidak diobati hingga tahap lanjut?
Pada tahap sifilis tersier, infeksi dapat menyerang otak, jantung, mata, tulang, dan saraf. Akibatnya bisa sangat fatal, termasuk kelumpuhan, kebutaan, demensia, gangguan jantung, hingga kematian.
Apakah sifilis bisa menular dari ibu ke bayi?
Ya, penularan dapat terjadi melalui sifilis kongenital, yaitu ketika ibu hamil yang terinfeksi menularkan bakteri ke janinnya. Kondisi ini berbahaya karena dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati, atau gangguan serius pada organ, tulang, dan saraf bayi.