Wamenkes Benny: Batuk 2 Minggu Lebih Jangan Dianggap Sepele, Bisa Jadi TBC

6 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Benjamin Paulus Octavianus mengingatkan masyarakat untuk tidak anggap sepele batuk berkepanjangan. Jika sudah batuk dua minggu atau lebih segera periksakan guna menegakkan diagnosis tuberkulosis (TBC) atau bukan.

"Batuk dua minggu atau lebih harus diperiksa, jangan dianggap sepele. Bisa jadi TBC," kata pria yang karib disapa Bennyi dalam temu media di Kantor Kemenkes pada Jumat, 17 Oktober 2025.

Ia juga mengatakan bahwa masa inkubasi TBC relatif panjang, antara 10 hingga 12 minggu. Ini artinya, seseorang yang terpapar pada Oktober baru akan menunjukkan gejala pada Januari atau Februari tahun berikutnya.

“Itu sebabnya deteksi dini sangat penting. Kalau tunggu batuk darah baru periksa, sudah terlambat. Makanya, batuk dua minggu harus segera rontgen, jangan tunggu parah,” tambah pria berlatar pendidikan dokter spesialis paru ini mengutip keterangan resmi Kemenkes.

Pengobatan TBC Gratis

Jika memang tuberkulosis pun tidak perlu takut. TBC bisa disembuhkan dan pengobatannya gratis.

“TBC bisa disembuhkan, pengobatannya gratis, dan negara menjamin ketersediaan obat," katanya. 

Cara Penularan TBC

Benny mengatakan bahwa penularan TBC bisa terjadi di ruang tertutup, lembap, tanpa sinar matahari. 

Penularan TBC umumnya terjadi melalui udara. Ketika pasien TBC aktif memercikkan lendir atau dahak saat batuk atau bersin, bakteri TB akan ikut keluar melalui lendir tersebut dan terbawa ke udara. Selanjutnya, bakteri TB akan masuk ke tubuh orang lain melalui udara yang dihirupnya.

Guna mencegah penularan maka perlu mengupayakan lingkungan yang sehat dan menjalankan perilaku hidup sehat.

"Kuncinya kebersihan, ventilasi yang baik, dan perilaku hidup sehat,” ujar Benny.

Temuan TBC 2026 Ditargetkan Capai 1,6 Juta Kasus

Benny yang memiliki tugas khusus untuk mengatasi TBC ini mengatakan semakin banyak kasus tuberkulosis yang ditemukan itu berarti keberhasilan upaya deteksi yang semakin masif.

"Kalau angka kasus yang ditemukan naik, itu bukan berarti penyakitnya tambah banyak. Justru artinya kita bekerja lebih keras menemukan pasien yang sebelumnya tidak terdiagnosis,” ujar Benny.

Berdasarkan estimasi global, Indonesia diperkirakan memiliki 1,09 juta kasus TBC setiap tahun. Target Kemenkes tahun depan adalah bisa menemukan kasus TBC di 2026 hingga 1,5 juta.

"Target kami tahun depan justru menemukan lebih banyak lagi, bahkan bisa sampai satu setengah juta kasus. Kalau sudah ditemukan dan diobati, barulah penularannya bisa turun drastis,” tegasnya.

Berhasil Kendalikan TBC, Indikator Kemajuan Negara

Benny menyebut bahwa keberhasilan mengendalikan TBC merupakan salah satu indikator kemajuan suatu negara.

“Negara dengan angka TBC tinggi tidak bisa disebut negara maju. Edukasi, gizi, dan kesadaran masyarakat mencerminkan kualitas pembangunan," katanya. 

"Saat ini Indonesia masih berada di peringkat kedua dunia setelah India dalam jumlah kasus TBC. Ini menjadi tanggung jawab bersama agar dalam tiga tahun ke depan, angka TBC di Indonesia bisa turun drastis,” pungkasnya.

Foto Pilihan

Tenaga kesehatan Siti Nurjanah (kiri) dibantu rekan-rekannya memberikan vaksin campak kepada seorang anak dalam kampanye vaksinasi campak dari rumah ke rumah menyusul wabah di Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, Senin 8 September 2025. (AP Photo/Dita Alangkara)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |