Liputan6.com, Jakarta Anemia adalah kondisi yang ditandai oleh kurangnya sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin yang rendah, yang penting untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan, kelemahan, dan pusing. Mengenali tanda anemia pada ibu hamil sangat penting untuk kesehatan ibu dan janin.
Selama kehamilan, volume darah ibu meningkat secara signifikan untuk mendukung pertumbuhan janin. Namun, peningkatan sel darah merah seringkali tidak sebanding, yang dapat menyebabkan anemia. Anemia pada kehamilan dapat berdampak buruk pada ibu dan janin, mulai dari persalinan prematur hingga berat badan lahir rendah.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anemia adalah masalah kesehatan global yang memengaruhi sekitar 37% wanita hamil di seluruh dunia. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi anemia di kalangan wanita hamil di Indonesia mencapai 27,7%. Oleh karena itu, berikut Liputan6.com mengulas tanda anemia, gejala, hingga cara mencegahnya pada ibu hamil, Rabu (10/9/2025).
Tanda dan Gejala Anemia pada Ibu Hamil
Anemia pada ibu hamil terjadi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah berada di bawah ambang batas normal. Menurut Irianto dalam buku Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (2014), anemia pada ibu hamil dapat terjadi karena peningkatan plasma darah hingga 30% sementara sel darah hanya meningkat 18%, menyebabkan pengenceran darah.
Tanda-tanda anemia akan tampak lebih jelas jika kadar hemoglobin di bawah 7 gr/dl, namun gejala awal bisa terasa lebih ringan. Syafrudin (2011) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa gejala anemia pada ibu hamil bermula dari suplai oksigen yang berkurang ke jaringan tubuh. Berikut adalah tanda-tanda anemia yang umum terjadi:
1. Kelelahan, Kelemahan, dan Lesu
Ibu hamil dengan anemia seringkali merasa sangat lelah dan kurang bertenaga, bahkan setelah beristirahat. Hal ini terjadi karena tubuh kekurangan oksigen yang dibawa oleh hemoglobin.
2. Pusing dan Pandangan Berkunang-kunang
Gejala ini sering muncul terutama saat ibu bangkit dari posisi duduk atau berbaring. Kondisi ini terjadi karena otak tidak menerima cukup oksigen, yang bisa meningkatkan risiko jatuh.
3. Wajah dan Selaput Lendir Pucat
Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa selaput lendir pada kelopak mata bagian dalam, bibir, dan kuku terlihat pucat. Hal ini adalah tanda langsung dari kurangnya sel darah merah yang membawa hemoglobin.
4. Palpitasi atau Jantung Berdebar-debar
Pada kasus anemia yang lebih berat, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan jantung berdebar atau merasa sesak napas.
5. Perubahan pada Kuku dan Kulit
Kuku bisa menjadi rapuh atau cekung. Perubahan pada jaringan epitel juga dapat terjadi, menunjukkan kekurangan nutrisi yang esensial.
6. Gangguan Tidur
Kekurangan hemoglobin dapat mengganggu regulasi kualitas, kuantitas, dan waktu tidur, menyebabkan ibu hamil sulit mendapatkan istirahat yang cukup.
7. Penurunan Nafsu Makan
Ibu hamil dengan anemia mungkin mengalami penurunan nafsu makan, yang semakin memperburuk kondisi nutrisi.
8. Gangguan Sistem Neuromuskular
Anemia dapat memengaruhi fungsi sistem saraf dan otot, menyebabkan berbagai keluhan fisik.
9. Perubahan Jaringan Epitel Kuku
Kuku bisa menjadi rapuh atau berbentuk sendok (koilonychia), menunjukkan defisiensi nutrisi.
Daya tahan tubuh secara keseluruhan dapat menurun, membuat ibu hamil lebih rentan terhadap penyakit.
Bahaya Anemia bagi Ibu Hamil dan Janin
Anemia pada ibu hamil bukan hanya menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi juga dapat menimbulkan komplikasi serius yang mengancam nyawa ibu dan janin. Pratami dalam buku Evidence Based Dalam Kebidanan (2016) menjelaskan bahwa anemia dapat menyebabkan:
-
Bagi Ibu Hamil:
- Peningkatan risiko infeksi dan perdarahan saat persalinan.
- Kelelahan kronis dan penurunan daya tahan tubuh.
- Risiko terjadinya pre-eklampsia, suatu kondisi berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.
- Kemungkinan keguguran atau abortus.
- Sesak napas dan lemah jantung pada kasus anemia berat.
-
Bagi Janin:
- Bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) atau intra uterine growth retardation (IUGR).
- Persalinan prematur atau lahir sebelum waktunya.
- Peningkatan risiko cacat bawaan.
- Kematian janin dalam kandungan atau kematian perinatal.
- Menurunnya tingkat kecerdasan bayi.
Faktor-faktor Penyebab Anemia pada Ibu Hamil
Anemia pada ibu hamil dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Faktor-faktor ini dapat dikelompokkan menjadi faktor dasar dan faktor tidak langsung.
-
Faktor Dasar:
- Sosial dan Ekonomi: Kondisi ekonomi yang rendah dapat memengaruhi pola konsumsi makanan dan kualitas gizi, sehingga ibu hamil sulit memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Pengetahuan: Tingkat pengetahuan yang rendah tentang gizi dan kesehatan selama kehamilan dapat menyebabkan ibu hamil tidak mengonsumsi makanan yang kaya zat besi.
- Pendidikan: Tingkat pendidikan yang baik akan memudahkan ibu hamil dalam memahami informasi kesehatan. Sebaliknya, pendidikan yang rendah dapat menjadi hambatan dalam upaya menangani masalah gizi.
- Budaya: Adat istiadat atau pantangan terhadap makanan tertentu di beberapa daerah dapat memengaruhi asupan nutrisi ibu hamil, misalnya larangan makan ikan atau telur.
-
Faktor Tidak Langsung:
- Frekuensi Antenatal Care (ANC): Pemeriksaan kehamilan yang tidak rutin dapat menyebabkan anemia tidak terdeteksi sejak dini.
- Paritas: Ibu yang terlalu sering hamil atau memiliki jarak kehamilan yang terlalu dekat berisiko lebih tinggi mengalami anemia karena tubuhnya kehilangan banyak zat besi.
- Umur Ibu: Ibu hamil yang terlalu muda (<20 tahun) atau terlalu tua (>35 tahun) berisiko lebih tinggi. Pada usia muda, organ reproduksi belum matang, sementara pada usia tua, daya tahan tubuh mulai menurun.
- Dukungan Suami: Kurangnya dukungan dari suami, baik secara emosional maupun informasi, dapat memengaruhi pola makan dan kesehatan ibu hamil.
Macam-macam Anemia pada Ibu Hamil
Anemia tidak hanya disebabkan oleh kekurangan zat besi. Selama kehamilan, ada beberapa jenis anemia lain yang juga perlu diwaspadai. Menurut Arisman dalam buku Gizi Dalam Daur Kehidupan (2010), pencegahan anemia defisiensi zat besi dapat dilakukan dengan 4 pendekatan yaitu:
- Anemia Defisiensi Besi
Ini adalah jenis anemia yang paling umum pada ibu hamil. Anemia Gizi Besi (AGB) terjadi karena tubuh kekurangan zat besi yang dibutuhkan untuk membentuk hemoglobin dan sel darah merah. Penyebabnya bisa karena kurangnya asupan zat besi dari makanan (seperti daging merah, hati, dan sayuran hijau tua), meningkatnya kebutuhan zat besi selama kehamilan, atau kehilangan zat besi akibat pendarahan dan infeksi cacing.
- Anemia Defisiensi Asam Folat (Megaloblastik)
Asam folat adalah vitamin yang kebutuhannya meningkat dua kali lipat selama kehamilan. Kekurangan asam folat dapat mengganggu pembentukan sel darah merah dan menyebabkan anemia megaloblastik. Gejala yang muncul bisa berupa kelelahan berat, depresi, dan pucat.
- Anemia Defisiensi B12 (Perniciosa)
Vitamin B12 sangat penting untuk pembentukan sel darah merah. Anemia ini tidak selalu disebabkan oleh kurangnya asupan, tetapi bisa juga karena tubuh tidak dapat menyerap vitamin B12 dengan baik. Gejalanya termasuk kelelahan parah, diare, depresi, dan pucat.
Mencegah Anemia pada Ibu Hamil
Mencegah anemia pada ibu hamil jauh lebih baik daripada mengobatinya. Pencegahan dapat dilakukan melalui pendekatan nutrisi dan medis.
- Pola Konsumsi yang Sehat:
- Konsumsi makanan kaya zat besi, seperti daging merah, hati, bayam, brokoli, dan kacang-kacangan.
- Konsumsi makanan yang kaya vitamin C, seperti jeruk dan paprika, karena vitamin C membantu penyerapan zat besi.
- Hindari mengonsumsi teh atau kopi bersamaan dengan makanan kaya zat besi, karena tanin dapat menghambat penyerapannya.
- Pemberian Suplemen Tambah Darah (TTD):
- Pemberian suplemen zat besi dan asam folat secara rutin selama kehamilan merupakan langkah efektif yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan.
- Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) Rutin:
- Pemeriksaan kehamilan secara berkala memungkinkan deteksi dini tanda anemia. Tenaga kesehatan dapat memantau kadar hemoglobin dan memberikan konseling yang tepat.
Penatalaksanaan Anemia pada Ibu Hamil
Jika anemia sudah terdeteksi, penatalaksanaan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi. Penatalaksanaan ini mencakup beberapa pendekatan dirangkum dari publikasi di Poltekkes Kemenkes Yogyakarta-eprints.poltekkesjogja.ac.id :
Pengobatan
Pengobatan utama adalah dengan pemberian tablet tambah darah (TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat. Dosis dan durasi pemberian akan disesuaikan oleh tenaga kesehatan. Penting untuk meminum tablet ini secara teratur dan tidak melewatkan dosis.
Konseling
Ibu hamil akan diberikan konseling tentang pentingnya pengobatan, penyebab anemia, gejala, serta dampak yang dapat terjadi. Konseling ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran ibu hamil agar lebih patuh dalam menjalani pengobatan.
Informasi Pola Makan yang Baik
Tenaga kesehatan akan memberikan edukasi tentang pola makan yang seimbang dan beragam. Ibu hamil disarankan untuk meningkatkan frekuensi makan (4-5 kali sehari), memilih jenis makanan yang kaya zat besi (protein hewani dan nabati), dan mengonsumsi makanan dengan kuantitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin.
FAQ Seputar Tanda Anemia
Apa perbedaan utama antara anemia pada ibu hamil dan anemia pada orang biasa?
Perbedaan utamanya terletak pada penyebab dan dampaknya. Anemia pada ibu hamil seringkali disebabkan oleh hemodilusi atau pengenceran darah karena peningkatan volume plasma. Dampaknya tidak hanya memengaruhi ibu, tetapi juga kesehatan dan perkembangan janin, seperti risiko BBLR dan IUGR, yang tidak terjadi pada anemia di luar kehamilan.
Seberapa sering ibu hamil harus memeriksa kadar hemoglobinnya?
Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) biasanya dilakukan pada kunjungan Antenatal Care (ANC) pertama dan kemudian secara berkala, terutama pada trimester kedua dan ketiga. Dokter atau bidan akan menyesuaikan frekuensi pemeriksaan berdasarkan kondisi kesehatan ibu.
Apakah ibu hamil yang vegetarian atau vegan berisiko lebih tinggi mengalami anemia?
Ya. Ibu hamil yang vegetarian atau vegan memiliki risiko lebih tinggi mengalami anemia defisiensi besi dan vitamin B12 karena zat besi dan B12 dari sumber nabati lebih sulit diserap oleh tubuh. Mereka harus memastikan asupan nutrisi yang cukup melalui makanan fortifikasi atau suplemen.
Apakah minum teh atau kopi dapat menyebabkan anemia?
Teh dan kopi mengandung tanin, senyawa yang dapat mengikat zat besi dari makanan dan menghambat penyerapannya oleh tubuh. Oleh karena itu, disarankan untuk tidak mengonsumsi teh atau kopi bersamaan dengan waktu makan, terutama saat mengonsumsi suplemen zat besi.
Apakah suplemen zat besi memiliki efek samping?
Beberapa ibu hamil mungkin mengalami efek samping seperti mual, sembelit, atau sakit perut saat mengonsumsi suplemen zat besi. Untuk mengurangi efek samping ini, suplemen dapat dikonsumsi setelah makan atau sebelum tidur. Jika efek sampingnya parah, konsultasikan dengan dokter untuk mencari alternatif.
Bagaimana anemia dapat memengaruhi janin?
Anemia pada ibu hamil dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke janin melalui plasenta. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan janin, meningkatkan risiko persalinan prematur, dan menyebabkan berat badan lahir rendah. Dalam kasus yang parah, anemia bahkan dapat meningkatkan risiko kematian janin dalam kandungan.
Apakah anemia dapat dicegah hanya dengan mengonsumsi makanan kaya zat besi?
Meskipun pola makan kaya zat besi sangat penting, itu mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan zat besi yang sangat tinggi selama kehamilan. Oleh karena itu, pemberian suplemen zat besi dan asam folat sangat dianjurkan sebagai bagian dari standar perawatan prenatal untuk mencegah dan mengobati anemia.